LANDASAN TEORI BELAJAR &
PEMBELAJARAN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teknologi Pembelajaran MI/SD
Yang dibina oleh Elen Nurjanah, M.Pd.
Oleh:
Kelompok 2
1. Risma Nur Izzati (17205153002)
2. Ahmad Fahim .F. (17205153007)
3. Layli Binti .M. (17205153030)
4. Rahayu Septi .N.A. (17205153050)
PENDIDIKAN
GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH
FAKULTAS
TARBIYAH & ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
Maret 2016
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur
kami panjatkan ke
hadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam
semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad saw. dan semoga kita akan selalu mendapat syafaatnya
baik di dunia maupun di
akhirat kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya penulis dapat
menyusun makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah
Teknologi Pembelajaran MI/SD yang berjudul
LANDASAN
TEORI BELAJAR & PEMBELAJARAN.
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak
penulisan makalah ini tidak mungkin terlaksana dengan baik. Oleh karena itu
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.
Dr. Mafthukin, M.Ag., selaku Rektor IAIN
Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di
IAIN Tulungagung ini,
2.
Elen Nurjanah, M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi Pembelajaran MI/SD yang
telah membimbing dan mengarahkan kami dengan sabar agar mempunyai pemahaman
yang benar mengenai mata kuliah ini,
3.
Semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat
membuahkan ilmu yang maslahahfiidinniwadunyawalakhirah.
Tulungagung, 18 Februari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.
Tujuan Penulisan................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Teori Belajar........................................................................ 3
B.
Pengertian Teori Pembelajaran.............................................................. 4
C. Prinsip-prinsip Teori Belajar.................................................................. 5
D. Teori Belajar.......................................................................................... 8
E. Teori Pembelajaran................................................................................ 10
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................... 13
B.
Saran..................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Tak dapat
dipungkiri, sekarang ini minat peserta didik akan belajar sangatlah rendah.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satunya yang paling sederhana saja, mereka
belum tahu belajar iru seperti apa. Selama ini belajar hanya identik dengan
sebuah kegiatan yang diisi dengan membaca, mengerjakan soal-soal dan cenderung
membosankan. Hal inilah yang membuat mereka enggan melakukannya. Padahal
apabila mereka tahu bahwa jalan belajar iru sangat beragam, dan dapat dipilih
sesuai dengan kemampuan dan minat mereka sehingga akan berlangsung dengan
menyenangkan, pasti pada akhirnya mereka tidak terbebani untuk menjalankannya.
Tak hanya
itu saja di zaman modern seperti sekarang ini para tenaga pengajar umumnya
masih cenderung untuk tenggelam dalam rutinitas mengajar yang berkiblat pada
pengalaman yang diperolehnya di masa lalu. Dengan kata lain mereka mencontoh
bagaimana cara gurunya sewaktu mengajar ia dahulu, tanpa memikirkan apakah cara
yang ia gunakan tersebut dapat membuat peserta didiknya merasa nyaman sewaktu
proses pembelajaran. Walaupun tidak ada yang salah dengan teori pembelajaran
kuno itu, dimana gurulah yang terus-menerus memberikan informasi, yang juga
cenderug untuk menerima bahwa dalam tiap kelas terdapat seperempat persen anak
yang pandai, setengah persen anak yang pas-pasan, dan seperempat persen anak
yang mendapat angka kurang. Padahal ada banyak teori pembelajaran yang jauh
lebih baik yang bisa membuat 80 % peserta didik mendapatkan nilai tinggi dan
membuat peserta didik merasa nyaman dengan situasi belajarnya. Oleh karena itu,
sekiranya sangat perlulah bagi kedua komponen utama tersebut untuk mengetahui
dan memehami apakah belajar dan pembelajaran itu serta apa sajakah prinsip-prinsip
dan teori-teori yang ada didalamnya yang begitu bermanfaat bagi berkembangnya
suatu teknologi pembelajaran.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian teori belajar?
2. Bagaimana pengertian teori pembelajaran?
3. Bagaimana prinsip-prinsip teori belajar?
4. Apa saja teori belajar itu?
5. Apa saja teori pembelajaran itu?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian teori
belajar.
2. Untuk menjelaskan pengertian teori pembelajaran.
3. Untuk menjelaskan prinsip-prinsip teori
belajar.
4. Untuk menjelaskan teori belajar.
5. Untuk menjelaskan teori pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Teori Belajar
1.
Teori
Secara
etimologi, teori berasal dari kata ‘theoria’
yang dalam bahasa Latin berarti perenungan, serta dapat juga berasal dari
kata ‘thea’ yang dalam bahasa Yunani
berarti memandang atau cara pandang. Beberapa ahli juga mengemukakan
pendapatnya mengenai arti dari kata teori, salah theory is a set of interrelated constructs (concept), definition, and
propositins that present a systematic view of fhenomena by specifying relations
among variables, with the purpose of explanation and predicting of the
phenomena” yang memiliki arti bahwa sebuah teori adalah seperangkat
konstruksi yang saling terkait (konsep), definisi, dan proposisi yang menyajikan
pandangan sistematis dari fenomena dengan menentukan hubungan antara variabel,
dengan tujuan untuk menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena.
Dari kedua
pandangan arti tersebut dapat disimpulkan bahwa teori adalah sebuah prinsip
yang menjadi dasar pembentukan suatu ilmu pengetahuan.
2.
Belajar
Hilgard
dan Bower mengungkapkan bahwa “learn is
to gain knowledge, comprehension, or mastery of trough experince or study, to
fix in the mind or memory, memorize, to acquire trough experience, to become in
forme of to find out” Yang memiliki arti bahwa belajar adalah memperoleh
atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman,
dan mendapatkan informasi atau menemukan.[1]
Dari uraian yang mengacu pada pendapat seorang ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa yang dinamakan dengan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk
mengubah tingkah laku, menambah pengetahuan, dan pemahaman yang melibatkan jiwa
dan raga, yang dilakukan melalui suatu latihan ataupun pengalaman yang dialami
dalam hidupnya. Atau yang paling sederhana saja yakni belajar adalah sebuah
kegiatan penguasaan tentang sesuatu.[2]
3.
Teori Belajar
Dari
penjabaran sebelumnya mengenai arti dari masing-masing kata yakni Teori dan
Belajar, dapat kita pahami bahwa teori belajar adalah suatu upaya yang
digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga dapat
membantu kita semua untuk memahami proses kompleks dari kegiatan belajar.[3]
B.
Pengertian Teori Pembelajaran
1.
Pembelajaran
Istilah
pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar,
mengajar, dan pembelajaran
terjadi secara bersama-sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pembelajaran
adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan menurut salah satu ahli, yakni pasangan
Gagne dan Briggs
instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang
dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya
proses belajar siswa yang bersifat internal.[4] Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
2.
Teori Pembelajaran
Dari penjabaran sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa teori pembelajaran merupakan suatu kumpulan
prinsip-prinsip yang terintegrasi dan dapat memberikan deskripsi untuk mengatur situasi atau
lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga dapat membantu siswa mencapai
tujuan belajarnya dengan mudah.
C. Prinsip-Prinsip Belajar
Belajar sebagai kegiatan sistimatis dan kontinyu memiliki prinsip-prinsip
dasar sebagai berikut :
1.
Belajar
berlangsung seumur hidup
Belajar merupakan
proses perubahan perilaku peserta didik sepanjang hayat (long life education) dari mulai buaian ibu hingga menjelang msuk ke
liang lahat (minal mahdi ilallahdi)
yang berlangsung tanpa henti (never
ending), serasi dan selaras dengan periodesasi tugas perkembangannya (development task) peserta didik.
2.
Proses
belajar adalah kompleks namun terorganisir
Proses belajar
banyak aspek yang mempengaruhinya antara lain kualitas dan kuantitas raw input (peserta didik) dengan segala
latar belakangnya, instrumental input,
dan environmental input yang
kesemuanya diorganisasikan secara terpadu (integrative)
dan sistematis dalam rangka mencapai tujuan belajar.
3.
Belajar
berlangsung dari yang sederhana menuju yang kompleks
Proses
pembelajaran disesuaikan dengan tugas perkembangan (development task) dan tingkat kematangan (maturation) peserta didik baik secara fisik (fisically) maupun secara kejiwaan (psychological) dari mulai bahan ajar yang sederhana menuju bahan
ajar yang kompleks.
4.
Belajar dari
mulai yang faktual menuju konseptual
Proses pembelajaran
merupakan proses yang sistematis dan integratif dimana penyajian bahan ajar
disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta didik, yang dimulai dengan bahan
ajar yang bersifat faktual yang mudah diamati oleh panca indra menuju bahan
ajar yang membutuhkan imajinasi berpikir tingkat tinggi (konseptual).
5.
Belajar
mulai dari yang kongkrit menuju abstrak
Proses
pembelajaran berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dari
mulai bahan ajar yang mudah diamati secara nyata (kongkrit) menuju proses pembelajaran yang memerlukan daya nalar
yang imaginatif, proyektif, dan prospektif.
6.
Belajar
merupakan bagian dari perkembangan
Proses
pembelajaran merupakan mata rantai perjalanan kehidupan peserta didik. Episode
perkembangan peserta didik harus diisi dengan berbagai pengalaman yang bermakna
(meaningfull), paling mendasar (essencial), dan mendesak harus
didahulukan (crucial), serasi,
selaras, dan seimbang dengan tingkat perkembangan mental (mental age), dan umur kalender (cronological
age) peserta didik.
7.
Keberhasilan
belajar dipengaruhi oleh 4 faktor
Keberhasilan
belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan (heredity), lingkungan (environment),
kematangan (time or maturation) serta
usaha keras peserta didik sendiri (endeavor).
8.
Belajar
mencakup semua aspek kehidupan yang penuh makna
Belajar mencakup
semua aspek kehidupan yang penuh yang makna dalam rangka membangun manusia
seutuhnya dan bulat, baik dari sisi agama, ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, dan ketahanan.
9.
Kegiatan
belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu
Baik dalam
lingkungan keluarga (home schooling),
sebagai pendidikan awal (tarbiyatul ula)
bagi lingkungan masyarakat (non formal
education), dan di lingkungan sekolahnya (formal education).
10. Belajar berlangsung dengan guru ataupun
tanpa guru
Proses
pembelajaran di abad modern ini, guru bukan satu-satunya sumber belajar (resourches person), melainkan masih
banyak sumber belajar lainnya seperti teman sebaya (peer group), perputakaan manual, perpustakaan dunia maya (internet), lingkungan sekitar secara
kontekstual (contextual teaching and
learning).
11. Belajar yang berencana
Disengaja menuntut motivasi yang tertinggi.
12. Dalam belajar dapat terjadi
hambatan-hambatan lingkungan internal
Seperti hambatan
psikis dan fisik (psikosomatis), dan eksternal seperti lingkungan yang kurang
mendukung, baik sosial, budaya, ekonomi, keamanan, dan sebagainya.
13. Kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya
bimbingan dari orang lain
Mengingat tidak
semua bahan ajar dapat dipelajari sendiri. Dengan bimbingan peserta didik akan
mampu berefleksi untuk berkaca diri (self
mirror, introsfeksi), memahami
diri (self understanding) mengenai
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, menerima diri (self acceptance) atau menolak diri (self rejection), mengarahkan diri (self direction), mengembangkan diri (self development), dan menyesuaikan diri (self adjustment).[5]
D. Teori Belajar
Untuk menjelaskan bagaimana proses belajar itu
berlangsung, timbul berbagai teori. Kekeliruan yang banyak dilakukan ialah,
menganggap bahwa segala macam belajar dapat diterangkan dengan satu teori
tertentu. Tiap teori mempunyai dasar tertentu. Ada teori belajar yang
didasarkan atas asosiasi, ada pula
atas insight misalnya, dan prinsip
yang satu tak dapat dipadukan dengan yang lain. Tiap teori memberi penjelasan
tentang aspek belajar tertentu dan tidak sesuai dengan segala macam bentuk
belajar. Dalam mempelajari arti kata asing digunakan misalnya teori asosiasi dan bukan problemsolving. Sebaliknya untuk memecahkan suatu masalah teori
asosiasi tak ada faedahnya.
Rasanya tokoh-tokoh yang menciptakan teori itu sendiri
tidak bertolak dari segala macam bentuk belajar. Thorndike mempelajari asosiasi pada bintang. Pavlov mengadakan eksprimen mengenai refleks, Ebbinghaus mempelajari ingatan verbal, Kohler mempelajari cara binatang memecahkan masalah. Semua
tokoh-tokoh itu memberi sumbangan tertentu dalam memahami proses belajar.
Mempertentangkan berbagai teori belajar itu tidak tepat. Demikian pula menerima
salah satu teori untuk menjelaskan segala macam belajar atau sebagian besar
dari lapangan belajar juga tidak pada tempatnya karena bertentangan dengan
dunia kenyataan. Tidak tepat bila kita menerima salah satu di antara berbagai teori
belajar itu dengan menolak teori-teori lainnya. Untuk suatu aspek tertentu
salah satu teori lebih bermanfaat, untuk aspek lain kita menggunakan teori lain
yang lebih sesuai.
Teori belajar yang paling tua adalah teori asosiasi, yakni hubungan antara
stimulus dan respons. Hubungan itu bertambah kuat bila sering diulangi dan
respons yang tepat diberi ganjaran berupa makanan atau pujian atau cara lain
yang memberi rasa puas dan senang.
E. L. Thorndike
mempelajari masalah belajar pada binatang dengan merintis cara yang baru, yakni
dengan eksperimen. Antara lain ia terkenal dengan teori “trial-and-error”. Objeknya adalah seekor kucing. Ternyata pada
manusia tidak selalu bertindak secara “trial-and-error”.
Manusia berpikir lebih dahulu tentang akibat apa yang akan dilakukannya dan
menyampingkan alternatif-alternatif yang tidak akan memberi hasil. Dengan
demikian cara belajar memecahkan maslah yang digunakan oleh binatang tidak
begitu saja dapat diterapkan pada manusia.
I. P. Pavlov
terkenal dengan conditioned response-nya.
Ia juga mempelajari hal belajar pada binatang. Dalam percobaannya air liur
anjing keluar bila mendengar lonceng terjadi berkat conditoning. Banyak kelakuan kita peroleh melalui “conditioning”, seperti masuk kelas bila
lonceng berbunyi, berhenti di jalan ketika lampu merah, dan sebagainya. Namun,
banyak yang tidak kita pelajari dengan conditioning,seperti
main bola, belajar naik sepeda atau belajar matematika. Jadi, menerima teori
conditioning sebagai penjelasan atas segala macam bentuk belajar pasti suatu
kekeliruan.
Herman
Ebbinghaus menyelidiki ingatan dengan menggunakan dirinya dalam eksperi-men
untuk mengingat suku kata yang tak bermakna seperti VEF, DUX, GUH, dan
sebagainya. Hasil penelitiannya adalah belajar verbal hanya mempunyai lapangan
belajar yang sangat terbatas, misalnya belajar abjad. Namun, dalam belajar
verbal kita tidak banyak menghafal hal-hal yang tak bermakna. Menghafal
kata-kata biasanya dihubungkan dengan makna kata-kata itu.
Harlow
mengadakan eksperimen di mana ia membuktikan adanya pengaruh pengalaman yang
lampau atas perbuatan yang baru. Hasilnya yaitu pemecahan masalah baru dengan insight tidak terjadi dengan melihat
struktur situasi itu, melainkan berkat pengalaman yang telah diperoleh.
Teori “reinforcement”
telah dikemukakan oleh Thorndike
dengan “law of effect”nya, yakni
bahwa belajar dibantu bila binatang cobaan itu memperoleh suatu kepuasan dengan
kegiatannya, misalnya memperoleh makanan atau bentuk “hadiah” lainnya.
Beragam teori belajar telah diciptakan, di antaranya yang didasarkan atas eksperimen
terutama dengan binatang. Seperti telah kami kemukakan di atas semua teori memberi
sumbangan yang berharga untuk memahami jenis belajar tertentu. Dengan demikian
semua teori dapat memberi bantuan kepada guru dalam proses belajar-mengajar.
Kita tidak perlu memilih satu teori belajar tertentu bagi segala bentuk
belajar. Juga tidak perlu kita menolak teori tertentu.[6]
E.
Teori Pembelajaran
Teori-teori pembelajaran masa kini
diklasifikasikan menjadi lima mahzab yang utama yakni: behavioris, kognitif, konstruktivisme,
sosialis, dan humanis. Teori-teori pembelajaran ini dapat memberikan arahan dalam pemilihan
metode pembelajaran. Berikut adalah
penjelasan mengenai 5 macam teori pembelajaran :
1.
Teori Behaviorisme
Sebenarnya teori behaviorisme ini adalah
aliran dari psikologi yang percaya bahwa manusia utamanya, belajar karena
pengaruh lingkungan. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Pavlov, yang
berbicara tentang stimulus yang dipersyaratkan untuk memberikan respons yang
diharapkan oleh lingkungan sesuai dengan tuntutan lingkungan, yang selanjutnya
lebih dikenal dengan classical
conditioning. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Thorndike dan Skinner,
sedikit berbeda dengan Pavlov Skinner beranggapan bahwa belajar adalah akibat
dari suatu perbuatan yang menghadirkan perbuatan tersebut kembali. Misalnya
seseorang yang lapar akan makan, kemudian setelah makan ia merasa nikmat karena
kenyang. Jika suatu hari seseorang itu lapar lagi pasti ia akan makan lagi.
Teori ini kemudian dikenal dengan operant
conditionig. Teori pembelajaran mereka kebanyakan dihasilkan dari percobaan
yang dilakukan pada hewan seperti anjing, tikus, dan kucing. Sebenarnya, kedua
teori tersebut sama-sama merumuskan bahwa pembelajaran berkaitan dengan
perubahan tingkah laku. Dan secara umum teori behaviorisme ini menyatakan bahwa
pembelajaran akan mempengaruhi segala perbuatan atau tingkah laku peserta
didik. Teori ini juga menjelaskan bahwa tingkah laku peserta didik boleh
diperhatikan, dikawal, dan diramal.[7]
2.
Teori Kognitif
Teori ini berpendapat bahwa pembelajaran
ialah suatu proses yang berlaku di dalam akal fikiran, sehingga tidak dapat diperhatikan secara langsung.
Ahli-ahli psikologi kognitif seperti Bruner dan Piaget menumpukan kajian kepada
berbagai jenis pembelajaran dalam proses penyelesaian masalah. Teori-teori
pembelajaran mereka bertumpu pada cara pembelajaran seperti pemikiran, kaedah
penyelesaian masalah, penemuan dan pengkategorian. Menurut teori ini, manusia
memiliki struktur kognitif, dan semasa proses pembelajaran, otak akan menyusun
segalanya di dalam ingatan.
3.
Teori Konstruktivisme
Teori ini merupakan salah satu pandangan
dari psikologi kognitif. Konstruktivisme ini meyakini bahwa belajar adalah
membangun pengetahuan itu sendiri. Dalam teori ini, bukan apa isi
pembelajarannya yang penting, melainkan bagaimana kita mempergunakan peralatan
mental kita untuk menguasai hal-hal yang kita pelajari. Pada dasarnya,
pengetahuan itu diciptakan kembali dan dibangun dari dalam diri seseorang
melalui pengalaman, pengamatan, pencernaan, dan pemahaman. Teori ini
mengajarkan peserta didik untuk belajar berpikir inovatif sehingga mereka dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.
4.
Teori Sosial
Teori ini merupakan gabungan dari behavioris dan kognitif. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Albert
Bandura, yang menyatakan bahwa proses
pembelajaran akan dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan
pendekatan ‘permodelan’. Albert juga menjelaskan bahwa peserta didik akan
memberikan perhatian kepada pengajar yang memberikan kesan lebih sewaktu
mengajar. Aspek ini juga akan mempengaruhi terhadap tingkat pemahaman peserta
didik atas pelajaran yang disampaikan.
5.
Teori
Humanis
Teori
ini berpedoman bahwa pembelajaran manusia bergantung pada emosi dan perasaannya.
Carl Rogers menyatakan bahwa setiap individu itu mempunyai cara belajar yang
berbeda dengan individu yang lain. Oleh karena itu,
strategi dan pendekatan dalam proses pembelajaran hendaklah dirancang dan
disusun mengikuti kehendak dan perkembangan emosi peserta didiknya. Carl
juga menjelaskan bahwa setiap individu mempunyai potensi dan keinginan untuk
mencapai keberhasilan. Menurut teori ini guru
yang baik adalah Guru yang mempunyai anggapan bahwa masing-masing peserta didik
itu memiliki cara tersendiri dalam memecahkan masalah, tidak harus selalu
sesuai dengan ketetapan kita. Karena tidak semua peserta didik suka dengan cara
yang kita instruksikan, pada intinya kembalikan kepada diri mereka sendiri
sesuai dengan sifat kodrati manusia yang ada padanya, pasti nantinya akan membuahkan
hasil yang maksimal.[8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar dan pembelajaran adalah komponen yang tak
terpisahkan di dalam dunia pendidikan. Selain itu, Teori belajar dan
pembelajaran sangat beragam contohnya di teori belajar salah satunya terdapat
teori asosiasi dan di teori pembelajaran misalnya terdapat lima buah teori
yakni behaviourisme, konstruktivisme, humanis, kognitif, dan sosial. Dengan adanya
berbagai macam teori ini, akan dapat mempermudah kita dalam proses belajar
mengajar baik itu sebagi pendidik maupun peserta didik.
B. Saran
Dalam kegiatan belajar dan pembelajaran hendaknya lebih
memperhatikan lagi teori-teori belajar dan pembelajaran yang ada. Agar pada
nantinya kegiatan belajar maupun pembelajaran bisa disesuaikan dengan
karakteristik diri masing-masing (dalam hal belajar) dan diri peserta didik
(dalam hal pembelajaran) karena karakteristik anak-anak pada dasarnya
berbeda-beda. Harapannya dengan penyesuaian sebelumnya, kegiatan belajar
mengajar dapat terlaksana dengan baik dan membuahkan hasil yang maksimal. Dan
untuk makalah ini jika terdapat banyak kekurangan kami mohon maaf, dan kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,
Abu. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Badarudin.
2007. Belajar dan pembelajaran. Surabaya: Galia Press.
Baharuddin.
2010. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta: Arruz Media.
Fajar.
2007. Teori Belajar. Surabaya: UNS
Press.
Nasution. 2011. Berbagai Pendekatan
dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Semiawan, Conny. 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan
Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Suhana, Cucu. 2014. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT Refika Aditama.
[1] Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Arruz Media,2010),
hlm. 13.
[2] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka
Cipta,2010), hlm. 2-10.
[3] Fajar, Teori
Belajar, (Surabaya: UNS Press,2007), hlm. 1.
[4] Badarudin, Belajar dan pembelajaran, (Surabaya: Galia Press,2007), hlm. 9.
[5] Cucu
Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran,
(Bandung : PT Refika Aditama, 2014), hlm. 18.
[6]
Nasution, Berbagai Pendekatan dalam
Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), hlm. 131
[7] Conny Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar, (Jakarta: PT
Indeks,2008), hlm.3.
[8] Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,2004), hlm. 235-238.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar