Sabtu, 15 September 2018

TEKNOLOGI PENDIDIKAN: Makalah Landasan Teori Belajar dan Pembelajaran (Semester 2)


LANDASAN TEORI BELAJAR & PEMBELAJARAN



MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teknologi Pembelajaran MI/SD
Yang dibina oleh Elen Nurjanah, M.Pd.








                                   









Oleh:
Kelompok 2
1.      Risma Nur Izzati         (17205153002)
2.      Ahmad Fahim .F.        (17205153007)
3.      Layli Binti .M. (17205153030)
4.      Rahayu Septi .N.A.     (17205153050)





PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH
FAKULTAS TARBIYAH & ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
Maret 2016

KATA PENGANTAR


Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta  salam  semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad saw. dan semoga kita akan selalu mendapat syafaatnya baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya  penulis dapat  menyusun makalah ini untuk memenuhi  tugas mata kuliah Teknologi Pembelajaran MI/SD yang berjudul LANDASAN TEORI BELAJAR & PEMBELAJARAN.
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak penulisan makalah ini tidak mungkin terlaksana dengan baik. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.        Dr. Mafthukin, M.Ag., selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di IAIN Tulungagung ini,
2.        Elen Nurjanah, M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi Pembelajaran MI/SD yang telah membimbing dan mengarahkan kami dengan sabar agar mempunyai pemahaman yang benar mengenai mata kuliah ini,
3.        Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat membuahkan ilmu yang maslahahfiidinniwadunyawalakhirah.
Tulungagung, 18 Februari 2016


       Penulis

DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.       Tujuan Penulisan................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A.      Pengertian Teori Belajar........................................................................ 3
B.       Pengertian Teori Pembelajaran.............................................................. 4
C.       Prinsip-prinsip Teori Belajar.................................................................. 5
D.      Teori Belajar.......................................................................................... 8
E.       Teori Pembelajaran................................................................................ 10

BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan........................................................................................... 13
B.       Saran..................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14


BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang Masalah
Tak dapat dipungkiri, sekarang ini minat peserta didik akan belajar sangatlah rendah. Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satunya yang paling sederhana saja, mereka belum tahu belajar iru seperti apa. Selama ini belajar hanya identik dengan sebuah kegiatan yang diisi dengan membaca, mengerjakan soal-soal dan cenderung membosankan. Hal inilah yang membuat mereka enggan melakukannya. Padahal apabila mereka tahu bahwa jalan belajar iru sangat beragam, dan dapat dipilih sesuai dengan kemampuan dan minat mereka sehingga akan berlangsung dengan menyenangkan, pasti pada akhirnya mereka tidak terbebani untuk menjalankannya.
Tak hanya itu saja di zaman modern seperti sekarang ini para tenaga pengajar umumnya masih cenderung untuk tenggelam dalam rutinitas mengajar yang berkiblat pada pengalaman yang diperolehnya di masa lalu. Dengan kata lain mereka mencontoh bagaimana cara gurunya sewaktu mengajar ia dahulu, tanpa memikirkan apakah cara yang ia gunakan tersebut dapat membuat peserta didiknya merasa nyaman sewaktu proses pembelajaran. Walaupun tidak ada yang salah dengan teori pembelajaran kuno itu, dimana gurulah yang terus-menerus memberikan informasi, yang juga cenderug untuk menerima bahwa dalam tiap kelas terdapat seperempat persen anak yang pandai, setengah persen anak yang pas-pasan, dan seperempat persen anak yang mendapat angka kurang. Padahal ada banyak teori pembelajaran yang jauh lebih baik yang bisa membuat 80 % peserta didik mendapatkan nilai tinggi dan membuat peserta didik merasa nyaman dengan situasi belajarnya. Oleh karena itu, sekiranya sangat perlulah bagi kedua komponen utama tersebut untuk mengetahui dan memehami apakah belajar dan pembelajaran itu serta apa sajakah prinsip-prinsip dan teori-teori yang ada didalamnya yang begitu bermanfaat bagi berkembangnya suatu teknologi pembelajaran.
B.       Rumusan Masalah
1.    Bagaimana pengertian teori belajar?
2.    Bagaimana pengertian teori pembelajaran?
3.    Bagaimana prinsip-prinsip teori belajar?
4.    Apa saja teori belajar itu?
5.    Apa saja teori pembelajaran itu?


C.      Tujuan Penulisan
1.    Untuk menjelaskan pengertian teori belajar.
2.    Untuk menjelaskan pengertian teori pembelajaran.
3.    Untuk menjelaskan prinsip-prinsip teori belajar.
4.    Untuk menjelaskan teori belajar.
5.    Untuk menjelaskan teori pembelajaran.

















BAB II
PEMBAHASAN

                                                   
A.      Pengertian Teori Belajar
1.        Teori
Secara etimologi, teori berasal dari kata ‘theoria’ yang dalam bahasa Latin berarti perenungan, serta dapat juga berasal dari kata ‘thea’ yang dalam bahasa Yunani berarti memandang atau cara pandang. Beberapa ahli juga mengemukakan pendapatnya mengenai arti dari kata teori, salah theory is a set of interrelated constructs (concept), definition, and propositins that present a systematic view of fhenomena by specifying relations among variables, with the purpose of explanation and predicting of the phenomena” yang memiliki arti bahwa sebuah teori adalah seperangkat konstruksi yang saling terkait (konsep), definisi, dan proposisi yang menyajikan pandangan sistematis dari fenomena dengan menentukan hubungan antara variabel, dengan tujuan untuk menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena.
Dari kedua pandangan arti tersebut dapat disimpulkan bahwa teori adalah sebuah prinsip yang menjadi dasar pembentukan suatu ilmu pengetahuan.

2.        Belajar
Hilgard dan Bower mengungkapkan bahwa “learn is to gain knowledge, comprehension, or mastery of trough experince or study, to fix in the mind or memory, memorize, to acquire trough experience, to become in forme of to find out” Yang memiliki arti bahwa belajar adalah memperoleh atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan.[1] Dari uraian yang mengacu pada pendapat seorang ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dinamakan dengan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mengubah tingkah laku, menambah pengetahuan, dan pemahaman yang melibatkan jiwa dan raga, yang dilakukan melalui suatu latihan ataupun pengalaman yang dialami dalam hidupnya. Atau yang paling sederhana saja yakni belajar adalah sebuah kegiatan penguasaan tentang sesuatu.[2]

3.        Teori Belajar
Dari penjabaran sebelumnya mengenai arti dari masing-masing kata yakni Teori dan Belajar, dapat kita pahami bahwa teori belajar adalah suatu upaya yang digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga dapat membantu kita semua untuk memahami proses kompleks dari kegiatan belajar.[3]

B.       Pengertian Teori Pembelajaran
1.        Pembelajaran
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar, dan pembelajaran terjadi secara bersama-sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan menurut salah satu ahli, yakni pasangan Gagne dan Briggs instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.[4] Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

2.        Teori Pembelajaran
Dari penjabaran sebelumnya dapat disimpulkan bahwa teori pembelajaran merupakan suatu kumpulan prinsip-prinsip yang terintegrasi dan dapat memberikan deskripsi untuk mengatur situasi atau lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga dapat membantu siswa mencapai tujuan belajarnya dengan mudah.

C.      Prinsip-Prinsip Belajar
Belajar sebagai kegiatan sistimatis dan kontinyu memiliki prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :
1.        Belajar berlangsung seumur hidup
Belajar merupakan proses perubahan perilaku peserta didik sepanjang hayat (long life education) dari mulai buaian ibu hingga menjelang msuk ke liang lahat (minal mahdi ilallahdi) yang berlangsung tanpa henti (never ending), serasi dan selaras dengan periodesasi tugas perkembangannya (development task) peserta didik.

2.        Proses belajar adalah kompleks namun terorganisir
Proses belajar banyak aspek yang mempengaruhinya antara lain kualitas dan kuantitas raw input (peserta didik) dengan segala latar belakangnya, instrumental input, dan environmental input yang kesemuanya diorganisasikan secara terpadu (integrative) dan sistematis dalam rangka mencapai tujuan belajar.

3.        Belajar berlangsung dari yang sederhana menuju yang kompleks
Proses pembelajaran disesuaikan dengan tugas perkembangan (development task) dan tingkat kematangan (maturation) peserta didik baik secara fisik (fisically) maupun secara kejiwaan (psychological) dari mulai bahan ajar yang sederhana menuju bahan ajar yang kompleks.

4.        Belajar dari mulai yang faktual menuju konseptual
Proses pembelajaran merupakan proses yang sistematis dan integratif dimana penyajian bahan ajar disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta didik, yang dimulai dengan bahan ajar yang bersifat faktual yang mudah diamati oleh panca indra menuju bahan ajar yang membutuhkan imajinasi berpikir tingkat tinggi (konseptual).

5.        Belajar mulai dari yang kongkrit menuju abstrak
Proses pembelajaran berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dari mulai bahan ajar yang mudah diamati secara nyata (kongkrit) menuju proses pembelajaran yang memerlukan daya nalar yang imaginatif, proyektif, dan prospektif.

6.        Belajar merupakan bagian dari perkembangan
Proses pembelajaran merupakan mata rantai perjalanan kehidupan peserta didik. Episode perkembangan peserta didik harus diisi dengan berbagai pengalaman yang bermakna (meaningfull), paling mendasar (essencial), dan mendesak harus didahulukan (crucial), serasi, selaras, dan seimbang dengan tingkat perkembangan mental (mental age), dan umur kalender (cronological age) peserta didik.

7.        Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh 4 faktor
Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan (heredity), lingkungan (environment), kematangan (time or maturation) serta usaha keras peserta didik sendiri (endeavor).



8.        Belajar mencakup semua aspek kehidupan yang penuh makna
Belajar mencakup semua aspek kehidupan yang penuh yang makna dalam rangka membangun manusia seutuhnya dan bulat, baik dari sisi agama, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan ketahanan.

9.        Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu
Baik dalam lingkungan keluarga (home schooling), sebagai pendidikan awal (tarbiyatul ula) bagi lingkungan masyarakat (non formal education), dan di lingkungan sekolahnya (formal education).

10.    Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru
Proses pembelajaran di abad modern ini, guru bukan satu-satunya sumber belajar (resourches person), melainkan masih banyak sumber belajar lainnya seperti teman sebaya (peer group), perputakaan manual, perpustakaan dunia maya (internet), lingkungan sekitar secara kontekstual (contextual teaching and learning).

11.    Belajar yang berencana
Disengaja menuntut motivasi yang tertinggi.

12.    Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan lingkungan internal
Seperti hambatan psikis dan fisik (psikosomatis), dan eksternal seperti lingkungan yang kurang mendukung, baik sosial, budaya, ekonomi, keamanan, dan sebagainya.

13.    Kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bimbingan dari orang lain
Mengingat tidak semua bahan ajar dapat dipelajari sendiri. Dengan bimbingan peserta didik akan mampu berefleksi untuk berkaca diri (self mirror, introsfeksi), memahami diri (self understanding) mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, menerima diri (self acceptance) atau menolak diri (self rejection), mengarahkan diri (self direction), mengembangkan diri (self development), dan menyesuaikan diri (self adjustment).[5]

D.      Teori Belajar
Untuk menjelaskan bagaimana proses belajar itu berlangsung, timbul berbagai teori. Kekeliruan yang banyak dilakukan ialah, menganggap bahwa segala macam belajar dapat diterangkan dengan satu teori tertentu. Tiap teori mempunyai dasar tertentu. Ada teori belajar yang didasarkan atas asosiasi, ada pula atas insight misalnya, dan prinsip yang satu tak dapat dipadukan dengan yang lain. Tiap teori memberi penjelasan tentang aspek belajar tertentu dan tidak sesuai dengan segala macam bentuk belajar. Dalam mempelajari arti kata asing digunakan misalnya teori asosiasi dan bukan problemsolving. Sebaliknya untuk memecahkan suatu masalah teori asosiasi tak ada faedahnya.
Rasanya tokoh-tokoh yang menciptakan teori itu sendiri tidak bertolak dari segala macam bentuk belajar. Thorndike mempelajari asosiasi pada bintang. Pavlov mengadakan eksprimen mengenai refleks, Ebbinghaus mempelajari ingatan verbal, Kohler mempelajari cara binatang memecahkan masalah. Semua tokoh-tokoh itu memberi sumbangan tertentu dalam memahami proses belajar. Mempertentangkan berbagai teori belajar itu tidak tepat. Demikian pula menerima salah satu teori untuk menjelaskan segala macam belajar atau sebagian besar dari lapangan belajar juga tidak pada tempatnya karena bertentangan dengan dunia kenyataan. Tidak tepat bila kita menerima salah satu di antara berbagai teori belajar itu dengan menolak teori-teori lainnya. Untuk suatu aspek tertentu salah satu teori lebih bermanfaat, untuk aspek lain kita menggunakan teori lain yang lebih sesuai.
Teori belajar yang paling tua adalah teori asosiasi, yakni hubungan antara stimulus dan respons. Hubungan itu bertambah kuat bila sering diulangi dan respons yang tepat diberi ganjaran berupa makanan atau pujian atau cara lain yang memberi rasa puas dan senang.
E. L. Thorndike mempelajari masalah belajar pada binatang dengan merintis cara yang baru, yakni dengan eksperimen. Antara lain ia terkenal dengan teori “trial-and-error”. Objeknya adalah seekor kucing. Ternyata pada manusia tidak selalu bertindak secara “trial-and-error”. Manusia berpikir lebih dahulu tentang akibat apa yang akan dilakukannya dan menyampingkan alternatif-alternatif yang tidak akan memberi hasil. Dengan demikian cara belajar memecahkan maslah yang digunakan oleh binatang tidak begitu saja dapat diterapkan pada manusia.
I. P. Pavlov terkenal dengan conditioned response-nya. Ia juga mempelajari hal belajar pada binatang. Dalam percobaannya air liur anjing keluar bila mendengar lonceng terjadi berkat conditoning. Banyak kelakuan kita peroleh melalui “conditioning”, seperti masuk kelas bila lonceng berbunyi, berhenti di jalan ketika lampu merah, dan sebagainya. Namun, banyak yang tidak kita pelajari dengan conditioning,seperti main bola, belajar naik sepeda atau belajar matematika. Jadi, menerima teori conditioning sebagai penjelasan atas segala macam bentuk belajar pasti suatu kekeliruan.
Herman Ebbinghaus menyelidiki ingatan dengan menggunakan dirinya dalam eksperi-men untuk mengingat suku kata yang tak bermakna seperti VEF, DUX, GUH, dan sebagainya. Hasil penelitiannya adalah belajar verbal hanya mempunyai lapangan belajar yang sangat terbatas, misalnya belajar abjad. Namun, dalam belajar verbal kita tidak banyak menghafal hal-hal yang tak bermakna. Menghafal kata-kata biasanya dihubungkan dengan makna kata-kata itu.
Harlow mengadakan eksperimen di mana ia membuktikan adanya pengaruh pengalaman yang lampau atas perbuatan yang baru. Hasilnya yaitu pemecahan masalah baru dengan insight tidak terjadi dengan melihat struktur situasi itu, melainkan berkat pengalaman yang telah diperoleh.
Teori “reinforcement” telah dikemukakan oleh Thorndike dengan “law of effect”nya, yakni bahwa belajar dibantu bila binatang cobaan itu memperoleh suatu kepuasan dengan kegiatannya, misalnya memperoleh makanan atau bentuk “hadiah” lainnya.
Beragam teori belajar telah diciptakan, di antaranya yang didasarkan atas eksperimen terutama dengan binatang. Seperti telah kami kemukakan di atas semua teori memberi sumbangan yang berharga untuk memahami jenis belajar tertentu. Dengan demikian semua teori dapat memberi bantuan kepada guru dalam proses belajar-mengajar. Kita tidak perlu memilih satu teori belajar tertentu bagi segala bentuk belajar. Juga tidak perlu kita menolak teori tertentu.[6]

E.       Teori Pembelajaran
Teori-teori pembelajaran masa kini diklasifikasikan menjadi lima mahzab yang utama yakni: behavioris, kognitif, konstruktivisme, sosialis, dan humanis. Teori-teori pembelajaran ini dapat memberikan arahan dalam pemilihan metode pembelajaran. Berikut adalah penjelasan mengenai 5 macam teori pembelajaran :
1.        Teori Behaviorisme
Sebenarnya teori behaviorisme ini adalah aliran dari psikologi yang percaya bahwa manusia utamanya, belajar karena pengaruh lingkungan. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Pavlov, yang berbicara tentang stimulus yang dipersyaratkan untuk memberikan respons yang diharapkan oleh lingkungan sesuai dengan tuntutan lingkungan, yang selanjutnya lebih dikenal dengan classical conditioning. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Thorndike dan Skinner, sedikit berbeda dengan Pavlov Skinner beranggapan bahwa belajar adalah akibat dari suatu perbuatan yang menghadirkan perbuatan tersebut kembali. Misalnya seseorang yang lapar akan makan, kemudian setelah makan ia merasa nikmat karena kenyang. Jika suatu hari seseorang itu lapar lagi pasti ia akan makan lagi. Teori ini kemudian dikenal dengan operant conditionig. Teori pembelajaran mereka kebanyakan dihasilkan dari percobaan yang dilakukan pada hewan seperti anjing, tikus, dan kucing. Sebenarnya, kedua teori tersebut sama-sama merumuskan bahwa pembelajaran berkaitan dengan perubahan tingkah laku. Dan secara umum teori behaviorisme ini menyatakan bahwa pembelajaran akan mempengaruhi segala perbuatan atau tingkah laku peserta didik. Teori ini juga menjelaskan bahwa tingkah laku peserta didik boleh diperhatikan, dikawal, dan diramal.[7]

2.        Teori Kognitif
Teori ini berpendapat bahwa pembelajaran ialah suatu proses yang berlaku di dalam akal fikiran, sehingga tidak dapat diperhatikan secara langsung. Ahli-ahli psikologi kognitif seperti Bruner dan Piaget menumpukan kajian kepada berbagai jenis pembelajaran dalam proses penyelesaian masalah. Teori-teori pembelajaran mereka bertumpu pada cara pembelajaran seperti pemikiran, kaedah penyelesaian masalah, penemuan dan pengkategorian. Menurut teori ini, manusia memiliki struktur kognitif, dan semasa proses pembelajaran, otak akan menyusun segalanya di dalam ingatan.

3.        Teori Konstruktivisme
Teori ini merupakan salah satu pandangan dari psikologi kognitif. Konstruktivisme ini meyakini bahwa belajar adalah membangun pengetahuan itu sendiri. Dalam teori ini, bukan apa isi pembelajarannya yang penting, melainkan bagaimana kita mempergunakan peralatan mental kita untuk menguasai hal-hal yang kita pelajari. Pada dasarnya, pengetahuan itu diciptakan kembali dan dibangun dari dalam diri seseorang melalui pengalaman, pengamatan, pencernaan, dan pemahaman. Teori ini mengajarkan peserta didik untuk belajar berpikir inovatif sehingga mereka dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.

4.        Teori Sosial
Teori ini merupakan gabungan dari behavioris dan kognitif.  Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Albert Bandura, yang  menyatakan bahwa proses pembelajaran akan dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan ‘permodelan’. Albert juga menjelaskan bahwa peserta didik akan memberikan perhatian kepada pengajar yang memberikan kesan lebih sewaktu mengajar. Aspek ini juga akan mempengaruhi terhadap tingkat pemahaman peserta didik atas pelajaran yang disampaikan.

5.        Teori Humanis
Teori ini berpedoman bahwa pembelajaran manusia bergantung pada emosi dan perasaannya. Carl Rogers menyatakan bahwa setiap individu itu mempunyai cara belajar yang berbeda dengan individu yang lain. Oleh karena itu, strategi dan pendekatan dalam proses pembelajaran hendaklah dirancang dan disusun mengikuti  kehendak dan perkembangan emosi peserta didiknya.  Carl juga menjelaskan bahwa setiap individu mempunyai potensi dan keinginan untuk mencapai keberhasilan. Menurut teori ini guru yang baik adalah Guru yang mempunyai anggapan bahwa masing-masing peserta didik itu memiliki cara tersendiri dalam memecahkan masalah, tidak harus selalu sesuai dengan ketetapan kita. Karena tidak semua peserta didik suka dengan cara yang kita instruksikan, pada intinya kembalikan kepada diri mereka sendiri sesuai dengan sifat kodrati manusia yang ada padanya, pasti nantinya akan membuahkan hasil yang maksimal.[8]

BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Belajar dan pembelajaran adalah komponen yang tak terpisahkan di dalam dunia pendidikan. Selain itu, Teori belajar dan pembelajaran sangat beragam contohnya di teori belajar salah satunya terdapat teori asosiasi dan di teori pembelajaran misalnya terdapat lima buah teori yakni behaviourisme, konstruktivisme, humanis, kognitif, dan sosial. Dengan adanya berbagai macam teori ini, akan dapat mempermudah kita dalam proses belajar mengajar baik itu sebagi pendidik maupun peserta didik.

B.       Saran
Dalam kegiatan belajar dan pembelajaran hendaknya lebih memperhatikan lagi teori-teori belajar dan pembelajaran yang ada. Agar pada nantinya kegiatan belajar maupun pembelajaran bisa disesuaikan dengan karakteristik diri masing-masing (dalam hal belajar) dan diri peserta didik (dalam hal pembelajaran) karena karakteristik anak-anak pada dasarnya berbeda-beda. Harapannya dengan penyesuaian sebelumnya, kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik dan membuahkan hasil yang maksimal. Dan untuk makalah ini jika terdapat banyak kekurangan kami mohon maaf, dan kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.







DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, Abu. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Badarudin. 2007. Belajar dan pembelajaran. Surabaya: Galia Press.
Baharuddin. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Arruz Media.
Fajar. 2007. Teori Belajar. Surabaya: UNS Press.
Nasution. 2011. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Semiawan, Conny. 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suhana, Cucu. 2014. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT Refika Aditama.


[1] Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Arruz Media,2010), hlm. 13.
[2] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2010), hlm. 2-10.
[3] Fajar, Teori Belajar, (Surabaya: UNS Press,2007), hlm. 1.
[4] Badarudin, Belajar dan pembelajaran, (Surabaya: Galia Press,2007), hlm. 9.
[5] Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung : PT Refika Aditama, 2014), hlm. 18.
[6] Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), hlm. 131
[7] Conny Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Indeks,2008), hlm.3.
[8] Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,2004), hlm. 235-238.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar