KALIMAT
EFEKTIF
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa
Indonesia
Yang dibina oleh Elen Nurjanah, M.Pd.
Oleh :
Kelompok 4
- Risma Nur Izzati (17205153002)
- Ama Mutnin (17025153005)
- Faridatul Lutviana (17025153011)
- Lia Novita Sari (17025153023)
- Siti Nur Aisyah Azzahro (17025153046)
- Nikmatul Mudawammah (17205153108)
PENDIDIKAN
GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH
FAKULTAS
TARBIYAH & ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
Desember 2015
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur
kami panjatkan ke
hadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam
semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad saw. dan semoga kita akan selalu mendapat syafaatnya
baik di dunia maupun di
akhirat kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya penulis dapat
menyusun makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia yang berjudul KALIMAT
EFEKTIF.
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak
penulisan makalah ini tidak mungkin terlaksana dengan baik. Oleh karena itu
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.
Dr. Mafthukin, M.Ag., selaku Rektor IAIN
Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di
IAIN Tulungagung ini,
2.
Elen Nurjanah, M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah membimbing dan mengarahkan kami
dengan sabar agar mempunyai pemahaman yang benar mengenai mata kuliah ini,
3.
Semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat
membuahkan ilmu yang maslahahfiidinniwadunyawalakhirah.
Tulungagung, 07 Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.
Tujuan Pembahasan.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Unsur-unsur
Kalimat Efektif................................................................ 3
B. Pengertian Kalimat Efektif................................................................... 8
C. Syarat-syarat Kalimat Efektif............................................................... 9
D. Ciri-ciri Kalimat Efektif........................................................................ 9
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................... 17
B.
Saran..................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 18
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipakai oleh masyarakat. Dalam bahasa
terdapat ide, gagasan pikiran, dan perasaan yang mewakili diri seseorang.
Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada prakteknya
harus dituangkan kedalam bentuk kalimat. Kalimat yang dapat mencapai
sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif. Kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara
tepat isi pikiran atau perasaan pengarang/pembicara, bagaimana ia dapat
mewakilinya secara segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar
terhadap apa yang dibicarakan.
Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar
atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap
seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi,
kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara
atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan.
Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat,
unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat
seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya
tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat
diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah bahasa
Indonesia.
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai
kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini
disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur,
kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca
sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak
efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat
efektif dengan segala permasalahannya.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
unsur-unsur kalimat?
2. Bagaimana pengertian kalimat efektif?
3.
Bagaimana
syarat-syarat kalimat efektif?
4.
Bagaimana
ciri-ciri kalimat efektif?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Untuk menjelaskan
unsur-unsur kalimat efektif.
2.
Untuk menjelaskan
pengertian kalimat efektif.
3.
Untuk menjelaskan
syarat-syarat kalimat efektif.
4.
Untuk menjelaskan
ciri-ciri kalimat efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Unsur-unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku
tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran
kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel),
dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri
atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap,
dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau
wajib tidak hadir.
1) Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat
menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah yang
menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa
benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan
contoh sebagai berikut ini:
a.
adikku sedang melukis,
b.
kulkas
paman besar,
c.
yang berbaju batik dosen saya,
d.
bersepeda menyehatkan badan,
e.
membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak
tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata dan frasa
benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa
terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat
pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia,
setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda (konkret atau
abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada
kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk
pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju
batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangun
jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk
pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau
diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c)
sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada
awal kalimat (d) dan (e). Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan
cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)…
kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S.
Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu
tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak
ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
a. Bagi
siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di
sini melayani obat generic.
c. Memandikan
adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c)
belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya
kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang
melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada
contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
2)
Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang
memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek
(pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan
atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status,
ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan
tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh ‘S’. Predikat dapat juga berupa kata
atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga
numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:
a.
kuda meringkik,
b.
ibu sedang tidur siang,
c.
putrinya cantik jelita,
d.
kota jakarta dalam keadaan aman,
e.
kucingku belang tiga,
f.
robby mahasiswa baru,
g.
rumah pak hartawan lima,
Kata-kata yang dicetak
tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik pada kalimat (a)
memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada
kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat
(c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat
(d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e)
memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f)
memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan
jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh
kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk pada
perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a.
Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b.
Kantor kami yang terletak di jln. Gatot subroto.
c.
Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a),
(b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak
ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku)
pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan
kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu
pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat,
atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung
P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c)
itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.[1]
3) Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang
melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa.
Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang
menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
a.
Naya
menimang …
b.
Arsitek merancang …
c.
Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang,
merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P yang
menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat
itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba
intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat
dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang
menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a.
Nenek mandi.
b.
Televisiku
rusak.
c.
Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah
menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang
letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a. -Hendra Setiawan mengalahkan Taufik Hidayat (O)
-Taufik Hidayat (S) dikalahkan oleh Hendra Setiawan.
b. -Orang
itu menipu adik saya (O)
4) Pelengkap
(pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian
kalimat yang melengkapi P. Letak pelengkap umumnya di belakang P yang berupa
verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi
Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa.
Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a.
Rektor
IAIN membacakan Pancasila.
S P O
b.
Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P Pel.
Kedua kalimat aktif (a)
dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina Pancasila, jika
hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan
Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai
berikut:
a.
Pancasila dibacakan oleh Rektor IAIN.
O P S
Posisi Pancasila sebagai
Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat
pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
b.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.[3]
Hal lain yang membedakan Pel dan O
adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap
dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak
Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat
O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat
menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a.
Sutardji membacakan pengagumnya puisi
kontemporer.
b.
Alfin
mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c.
Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d.
Freshian
mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e.
Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
5) Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah
bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang
lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya
bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket
adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya,
terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam yaitu
seperti yang tertera pada tabel di bawah ini:
JENIS KETERANGAN
DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No.
|
Jenis
keterangan
|
Posisi/penghubung
|
Contoh
pemakaian
|
1.
|
Tempat
|
Di
Ke
Dari
Pada
|
Di kamar, di
kota
Ke Surabaya,
ke rumahnya
Dari Manado,
dari sawah
Pada permukaan
|
2.
|
Waktu
|
-
Pada
Dalam
Se-
Sebelum
Sesudah
Selama
sepanjang
|
Sekarang, kemarin
Pada pukul 5
hari ini
Dalam 2 hari
ini
Sepulang
kantor
Sebelum mandi
Sesudah makan
Selama bekerja
Sepanjang
perjalanan
|
3.
|
Alat
|
Dengan
|
Dengan pisau,
dengan mobil
|
4.
|
Tujuan
|
Supaya/agar
Untuk
Bagi
Demi
|
Supaya/agar
kamu faham
Untuk
kemerdekaan
Bagi masa
depan
Demi orang
tuamu
|
5.
|
Cara
|
Secara
Dengan cara
Dengan jalan
|
Secara
hati-hati
Dengan cara
damai
Dengan jalan
berunding
|
6.
|
Kesalingan
|
-
|
Satu sama lain
|
7.
|
Similatif
|
Seperti
Bagaikan
Laksana
|
Seperti angin
Bagaikan
seorang dewi
Laksana bintang
di langit
|
8.
|
Penyebab
|
Karena
Sebab
|
Karena
perempuan itu
Sebab
kegagalannya
|
9.
|
Penyerta
|
Dengan
Bersama
Beserta
|
Dengan adiknya
Bersama orang
tuanya
Beserta
saudaranya
|
B. Pengertian Kalimat Efektif
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kalimat memiliki arti sepatah
kata atau sekelompok kata yang mengutarakan suatu pikiran atau perasaan.
Sedangkan efektif memiliki arti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, gunanya). Dilihat
dari pengertian kedua kalimat tersebut jadi dapat kita tarik kesimpulan kalimat
efektif adalah suatu kata atau sekelompok kata yang dapat mengutarakan suatu
pikiran atau perasaan dengan memiliki efek (akibat/pengaruh/guna) tepat sasaran dan juga
dalam susunannya harus benar. Berikut ini definisi kalimat efektif menurut para
ahli :
a)
Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya
memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga
harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada
diri pembaca. (Rahayu : 2007)
b)
Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas
sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan
Ridwan : 2001)
c)
Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria
jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin)
d)
Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat
menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca.
(Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi)
Berdasarkan definisi
kalimat efektif menurut para ahli dapat kita simpulkan bahwa suatu kalimat
dapat dikatakan kalimat efektif apabila sesuai dengan kaidah bahasa, jelas dan
mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca kalimat tersebut.
Seorang ahli bahasa pernah mengemukakan bahwa kalimat efektif
adalah kalimat yang memiliki kemampuan
untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti
apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Ketidakefektifan kalimat
dapat membuat pesan yang disampaikan pembicara atau penulis tereduksi, sehingga
akan beda maknanya saat ditangakap oleh pendengar atau pembaca[4].
Sedangkan menurut kelompok kami kalimat efektif ialah kalimat yang
singkat, padat, jelas dan tepat sasaran sehingga dapat dipahami oleh pembaca/pendengar.
C. Syarat-Syarat Kalimat Efektif
Kalimat
efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut:
1. secara tepat dapat mewakili gagasan atau
perasaan pembicara atau penulis,
2. sanggup menimbulkan gagsan yang sama tepatnya
dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yanng dipikirkan pembicara atau
penulis.
Keraf menyatakan bahwa
kita memerlukan syarat-syarat lain untuk dapat membuat kalimat yang efektif,
yakni: kesatuan gagasan, koherensi yang kompak, penekanan, variasi,
paralelisme, dan penalaran. Sementara menurut Akhadiah ciri kalimat yang efektif
adalah kesepadanan dan kesatuan, kesejajaran bentuk (paralelisme), penekanan,
kehematan dalam mengunakan kata, dan kevariasian dalam struktur kalimat.
D. Ciri-ciri
Kalimat Efektif
1. Kesatuan gagasan
Setiap kalimat yang baik harus jelas dan memperlihatkan kesatuan
gagasan yang mengandung satu ide pokok.
Kesatuan gagasan disini jangan diartikan bahwa kalimat itu hanya mempuyai suatu ide yang tunggal. Bisa jadi
kesatuan gagasan itu terbentuk dari dua gagasan atau lebih. Secara praktis, sebuah kalimat itu dikatakan memiliki kesatuan gagasan itu apabila kalimat itu terdiri dari
subjek, predikat dan objek. Kesatuan itu bermcam-macam antara
lain kesatuan tunggal, kesatuan gabungan, dan kesatuan yang mengandung pertentangan.
Contoh kesatuan gagasan adalah sebagai
berikut:
a.)
Kesatuan Tunggal
Semua
penduduk desa mendapat penjelasan mengenai rencana pembangunan lima tahun.
b.)
Kesatuan gabungan.
Dia telah meninggalkan rumahnya jam enam pagi dan telah
berangkat dengan pesawat satu jam yang lalu.
c.)
Kesatuan
pertentangan.
Ayah
bekerja diperusahaan pengangkutan, tetapi ia tidak senang dengan pekerjaan itu.
2. Keparalelan
Keparalelan adalah kesamaan bentuk yang digunakan dalam kalimat
itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan
seterusnya juga harus menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan
verba,bentuk kedua juga harus menggunakan verba.
Contoh:
a.)
Namanya ditulis
dengan jelas di kertas segel atau pencantumannya
di kertas khusus.
b.)
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian
sistem pembagian air, dan pembagian
tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata
yang mewakili predikat terjadi dari bentuk yang berbeda, yaitu ditulis dan pencantuman. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan
kedua bentuk itu, menjadi seperti ini: Namanya
ditulis dengan jelas di kertas segel atau dicantumkan di kertas khusus.
Kalimat (b) tidak
memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang, pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau
diubah menjadi predikat yang nominal, menjadi seperti berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung
itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian system
pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
3. Ketegasan
Ketegasan itu juga biasa disebut dengan
penekanan yang artinya suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu
ditonjolkan, kalimat itu memberi
penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk
penekanan dalam kalimat, antara lain sebagai berikut:
a.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di awal kalimat
Contoh:
i.
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan Negara ini
dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah pada Presiden mengharapkan.
ii.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya ialah pada Harapan presiden.
b. Membuat
urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu,
sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus,
seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar.
c.
Melakukan pengulangan kata (repetisi)
Contoh:
Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka
akan kelembutan mereka.
d.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi
rajin dan jujur.
e.
Mempergunakan partikel penekanan (penegasan)
Contoh:
Saudaralah yang harus bertanggung jawab.
4. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif adalah
hemat dalam mempergunakan kata, frasa atau bentuk lain yang dianggap tidak
perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat
menambah kejelasan kalimat. Penghematan di sini mempunyai arti penghematan yang
memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Penghematan
dapat dilakukan dengan cara berikut ini
a. Menghilangkan
pengulangan subjek
Contoh:
Karena dia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
ð Karena tidak diundang, dia tidak datang ke
tempat itu.
b. Menghindarkan
pemakaian superordinat pada hiponimi kata
Contoh:
Ia memakai baju warna merah.
ð Ia memakai baju merah.
Kata warna dihilangkan karena kata merah sudah mencakup kata warna.
c. Menghindarkan
kesinoniman dalam satu kalimat
Contoh:
Sejak dari pagi ia termenung.
ð Sejak pagi ia termenung.
Kata dari dihilangkan karena kata dari
bersinonim dengan kata sejak.
d. Tidak
menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak
Contoh:
Para hadirin dimohon berdiri
ð Hadirin dimohon berdiri
Kata para dihilangkan karena kata hadirin
sudah merupakan bentuk jamak.
5. Penalaran (Logika)
Kalimat efektif adalah
kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau
penulis. Berarti, bukan hanya
struktur gramatikal yang berperan penting agar ide pokok kalimat dapat
diungkapkan dengan baik dan benar. Ada unsur lain yang harus diperhatikan yaitu
penalaran atau logika. Kalimat yang efektif harus logis karena setiap kalimat harus bisa
dipertanggungjawabkan dari segi akal sehat dan sesuai dengan penalaran.
Contoh:
Kepada kepala sekolah waktu dan tempat kami persilahkan.
ð
Untuk mempersingkat waktu mari kita
lanjutkan acara ini.
Seluruh
bagian dari kedua kalimat di atas sebenarnya bisa dimengerti, tetapi ada
beberapa bagian yang sulit diterima akal sehat. Maka dari itu, jalan pikiran
penulis/pembicara menentukan mudah-tidaknya sebuah kalimat dipahami.
6. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan disini ialah
kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
Ciri-ciri kalimat yang padu:
a.
Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak
mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris. Oleh karena itu, sebaiknya kita
hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misal:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota
yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu.
ðKita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah
meninggalkan rasa kemanusiaan.
b. Kalimat
yang padu mempergunakan pola aspek+agen+verbal
secara tertib dalam kalimat pasif persona. Kalimat yang padu tidak perlu
menyisipkan sebuah kata seperti daripada
atau tentang antara predikat dan kata
kerja dan objek penderita.
Misal:
Makalah ini akan membahas tentang
desain interior pada rumah-rumah adat.
ðMakalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
Mereka membicarakan daripada
kehendak rakyat.
ðMereka membicarakan kehendak rakyat.
7.
Kecermatan
Maksud dari kecermatan adalah bahwa kalimat
itu tidak menimbulkan tafsiran ganda, serta tepat dalam pilihan kata. Bisa dikatakan dalam hal ini tidak
pleonastis maksudnya tidak terdapat kata yang maknanya sama.
Contoh:
Pada hari itu mereka
saling bersalaman => kalimat
efektif
Pada hari itu mereka saling bersalam-salaman => tidak efektif
Pada hari itu mereka saling bersalam-salaman => tidak efektif
Penjelasan: makna
kata ulang bersalam-salaman sudah berarti saling bersalaman, sehingga tidak
perlu ditambahkan kata "saling".[5]
8. Kesepadanan Struktur
Kesepadanan ialah keseimbangan antara
pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Beberapa ciri kesepadanan adalah sebagai berikut:
a.
Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat
kalimat itu tidak efektif. Ketidakjelasan subjek dalam suatu kalimat terjadi
apabila sebelum subjek kalimat tersebut terdapat kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai,
tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya.
Contoh:
Bagi semua mahasiswa
perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
ðSemua mahasiswa perguruan tinggi ini harus
membayar uang kuliah.
b.
Dalam kalimat itu tidak terdapat objek yang ganda
Subjek yang ganda akan memunculkan kalimat yang tidak terfokus
Contoh:
Penyusunan laporan itu saya,
dibantu oleh para dosen.
ðDalam penyusunan laporan itu, saya dibantu
oleh para dosen.
c.
Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat
tunggal
Kata hubung dipakai untuk membangun sebuah kalimat majemuk. Oleh sebab
itu, kata hubung atau kata sambung tidak diperkenankan ada di dalam kalimat
tunggal. Hal itu perlu dicermati.
Contoh:
Kami datang agak terlambat.
Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Kalimat diatas dapat diperbaiki dengan 2 cara, yang pertama yakni dengan
mengubah kalimat itu menjadi kalimat majemuk, seperti berikut:
Kami datang agak terlambat sehingga
kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Yang kedua yakni dengan cara mengganti ungkapan penghubung intrakalimat
menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, seperti berikut:
Kami datang agak terlambat. Oleh
karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
d.
Predikat kalimat yang tidak didahului oleh kata ”yang’’
Pemunculan kata “yang” akan
menghilangkan predikat dalam sebuah kalimat.
Contoh:
Bahasa Indonesia yang berasal dari
bahasa Melayu.
ð Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
9. Tidak
bermakna ambigu (membingungkan)
Contoh kalimat ambigu:
Presiden
memimpin rapat terbatas mengantisipasi perubahan cuaca di istana negara. Kalimat
tersebut ambigu, karena yang dibahas perubahan cuaca hanya di istana negara
atau di negara. Perbaikan agar menjadi kalimat efektif:
a.
Di istana negara presiden memimpin rapat terbatas
membahas perubahan cuaca.
b.
Presiden memimpin raat terbatas di istana negara
membahas perubahan cuaca[6]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili
pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat
memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang
dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S),
prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : Kesepadanan,
keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, kelogisan.
B. Saran
Para pendidik sebaiknya
memahami dengan seksama dan benar
tentang bahasa Indonesia yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses
kegiatan belajar mengajar terjadi
komunikasi yang baik dan
tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan peserta didik, sedangkan Calon
pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara seksama mengenai
materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak terjadi
kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pedidik.
Dan semua Lembaga
Pendidikan sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh terhadap penggunaan
ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal
dan Amran Tasai.2012. Bahasa Indonesia.Tangerang: Pustaka Mandiri.
Maskurun. 2011. Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: LP2IP.
Pardjimin. 2005. Bahasa
dan Sastra Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.
Trianto, Agus. 2007. Bahasa
Indonesia. Jakarta: Esis.
Sugono, Dendy. 2009. Mahir
berbahasa Indonesia dengan benar. Jakarta: Gramedia.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Semarang:
Nusa Indah.
Alkadiah, Sabakti, dkk. 1991. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
http://dimasihsanprasetyo.blogspot.co.id/2013/11/kalimat-efektif.html
(diakses tanggal 29 September 2015 jam 17:12)
[1]
Pardjimin, Bahasa dan Sastra Indonesia
( Bogor: Ghalia Indonesia,2005), hlm.117.
[2] Maskurun, Bahasa
Indonesia, (Yogyakarta: LP2IP, 2011), hal. 90.
[3]Agus Trianto, Bahasa Indonesia (Jakarta: Esis, 2007), hlm.76.
[4]http://dimasihsanprasetyo.blogspot.co.id/2013/11/kalimat-efektif.html
(diakses
tanggal 29 September 2015 jam 17:12)
[5] Dendy Sugono, Mahir berbahasa Indonesia dengan
benar (Jakarta: Gramedia, 2009), hlm.63.
[6] Zaenal
Arifin dan Amran Tasai, Bahasa Indonesia (Tangerang: Pustaka Mandiri,
2012), hlm.133-149.
hai RismaArmy....
BalasHapusgomawo udah share makalah ini, sangat membantu hehe
btw aku ARMY jg lo. istri sah Kim Taehyung....
salam kenal..
Haha...iya sama-sama
BalasHapusSalam kenal juga army..
Sering-sering mampir
Assalam Muakailum
BalasHapusTerimakasih buat makalahnya, Sangat Membantu untuk kaum rebahan seperti kami hahaha...