PERKEMBANGAN
KURIKULUM IPS DI INDONESIA
KUMPULAN
MATERI
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu
Pengetahuan Sosial MI/SD
Yang
dibina oleh Drs. H. Jani, M.M., M.Pd.
Disusun
Oleh:
Kelompok
3
1.
Risma Nur Izzati (17205153002)
2.
Vivi Kurnia
Sari (17205153016)
3.
Yolanda Murti
Ningrum (17205153028)
4.
Ana Nur
Khumairoh (17205153036)
5.
Whenitiya
Nofariyani (17205153042)
6.
Hamiyatus
Sariroh (17205153048)
7.
Okta Vinanda
.K. (17205153049)
JURUSAN PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
September 2016
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
September 2016
KATA
PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt.yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
kepada kita semua. Sholawat serta
salam semoga tetap terlimpahkan
kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad saw.dan semoga kita akan selalu
mendapat syafaatnya baik didunia maupun di akhirat kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya
penulis dapat menyusun makalah
ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Pengetahuan Sosial MI/SD yang berjudul PERKEMBANGAN KURIKULUM IPS DI INDONESIA.
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak penulisan kumpulan
materi ini tidak mungkin terlaksana dengan baik.Oleh karena itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.
Dr. Mafthukin,
M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di IAIN Tulungagung ini,
2.
Drs. H. Jani, M.M.,
M.Pd. selaku Dosen pengampu
mata kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial MI/SD yang telah
membimbing dan mengarahkan kami dengan sabar agar mempunyai pemahaman yang
benar mengenai mata kuliah ini,
3.
Semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan penyusunan
kumpulan materi ini.
Semoga kumpulan materi ini dapat bermanfaat dan
membuahkan ilmu yang maslahahfiidinniwadunyawalakhirah.
Tulungagung, 20 September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Pembahasan.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Faktor-faktor yang
Melatarbelakangi Perkembangan
Kurikulum IPS di Indonesia................................................................. 3
B. Perkembangan Pendidikan IPS Berdasarkan
Posisi Kurikuler
Sejak Kurikulum 1964 s.d. 2013.......................................................... 8
C. Perkembangan Posisi Kurikuler
IPS Berdasarkan Muatan dan
Kajian Pada Setiap Kurikulum............................................................. 22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 26
B. Saran..................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tuntutan masyarakat dan bangsa
terhadap pendidikan di dunia akan senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke
waktu. Hal ini membawa dampak terhadap eksistensi kurikulum di setiap negara
yang akan mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat
dan bangsanya. Bagi bangsa Indonesia, keberadaan IPS sebagai mata pelajaran di
sekolah sudah tidak terbantahkan kelahirannya karena adanya kebutuhan
masyarakat yang tengah berkembang menuju masyarakat maju yang beradab, adil,
makmur, dan sejahtera. Arah pengembangan pendidikan ini sejalan dengan
cita-cita dan tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kurikulum IPS yang dikembangkan hendaknya memiliki
landasan filosofis yang jelas, landasan filosofis yang digunakan haruslah
melihat kondisi nyata yang terjadi di masyarakat. Kondisi masyarakat yang
terjadi saat ini adalah masyarakat yang senantiasa mengalami
perubahan-perubahan yang disebabkan adanya interaksi sosial baik antar individu
nmaupum kelompok. Dalam mencermati perubahan tersebut, maka kurikulum harus
memiliki landasan filosofis humanistik, dimana Ilmu Pengetahuan Sosial
menjunjung tinggi sifat-sifat dasar kemanusiaan.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
faktor-faktor yang melatarbelakangi perkembangan kurikulum IPS di Indonesia?
2.
Bagaimana
perkembangan pendidikan IPS
berdasarkan posisi kurikuler sejak kurikulum 1964 s.d. 2013?
3.
Bagaimana
perkembangan posisi kurikuler pendidikan IPS berdasarkan muatan dan kajian pada
setiap kurikulum?
C. Tujuan Pembahasan
1.
Untuk
menjelaskan faktor-faktor yang melatarbelakangi perkembangan kurikulum IPS di
Indonesia.
2.
Untuk
menjelaskan perkembangan pendidikan IPS
berdasarkan posisi kurikuler sejak kurikulum 1964 s.d. 2013.
3.
Untuk
menjelaskan perkembangan posisi kurikuler pendidikan IPS berdasarkan muatan dan
kajian pada setiap kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Faktor-faktor yang Melatarbelakangi
Perkembangan Kurikulum IPS di Indonesia
Sebelum mengetahui faktor-faktor
apa saja yang melatarbelakangi perkembangan kurikulum di Indonesia, kita juga
musti memahami terlebih dahulu latar belakang dimasukkannya IPS ke dalam
kurikulum sekolah. Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam
kurikulum sekolah di Indonesia juga hampir sama dengan di beberapa negara lain,
di antaranya situasi kacau dan pertentangan politik bangsa, kondisi keragaman
budaya bangsa (multikultur) yang sangat rentan terjadinya konflik. Sehingga,
sebagai akibat konflik dan situasi nasional bangsa yang tidak stabil, terlebih
adanya pemberontakan G30S/PKI, yang akhirnya
dapat ditumpas oleh Pemerintahan Orde Baru. Setelah keadaan tenang pemerintah
melancarkan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Pada masa Repelita I
(1969-1974) Tim Peneliti Nasional di bidang pendidikan menemukan lima masalah
nasional dalam bidang pendidikan. Kelima masalah tersebut yaitu:
1. Kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan
kesempatan belajar.
2.
Kualitas,
menyangkut peningkatan mutu lulusan.
3. Relevansi, tentang kesesuaian sistem pendidikan dengan
kebutuhan pembangunan.
4. Efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan
sumber daya dan dana.
5. Pembinaan generasi muda dalam menyiapkan tenaga
produktif bagi kepentingan pembangunan nasional.
Dengan timbulnya berbagai masalah
nasional lainnya kemudian dipandang perlu untuk memasukan program pendidikan
sebagai propaganda dan penanaman nilai-nilai sosial budaya masyarakat,
berbangsa dan bernegara ke dalam kurikulum sekolah.
Oleh karenanya, dalam beberapa
pertemuan ilmiah dibahas Istilah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) sebagai program
pendidikan tingkat sekolah di Indonesia, dan pertama kali muncul dalam Seminar
Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo Jawa Tengah.
Dalam laporan seminar tersebut, muncul 3 istilah dan digunakan secara bertukar
pakai, yaitu :
1.
Pengetahuan
Sosial
2.
Studi
Sosial
3.
Ilmu
Pengetahuan Sosial
Konsep IPS untuk pertama kalinya
masuk ke dunia persekolahan di Indonesia pada tahun 1972-1973 yang diujicobakan
dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PSSP) IKIP Bandung.
Kemudian secara resmi dalam kurikulum 1975 program pendidikan tentang masalah
sosial dipandang tidak cukup diajarkan melalui pelajaran sejarah dan geografi
saja, maka dilakukan reduksi mata pelajaran di tingkat SD-SMA untuk beberapa
mata pelajaran ilmu sosial yang serumpun digabung ke dalam mata pelajaran IPS.
Oleh karena itu, pemberlakuan istilah IPS dalam kurikulum 1975 tersebut, dapat
dikatakan sebagai kelahiran IPS secara resmi di Indonesia.[1]
IPS adalah
sebuah bidang keilmuan yang dinamis, karena mempelajari tentang keadaan
masyarakat yang cepat perkembangannya, tidak lepas dari perkembangan.
Pengembangan kurikulum IPS merupakan jawaban terhadap tuntutan kebutuhan
masyarakan yang akan mempelajarinya. Perkembangan kurikulum IPS di Indonesia
dilatarbelakangi oleh faktor-faktor berikut ini:
1.
Pengalaman
hidup masa lampau dengan situasi sosialnya yang labil memerlukan masa depan
yang lebih mantap dan utuh sebagai suatu bangsa yang bulat.
2.
Laju
perkembangan pendidikan teknologi, dan budaya Indonesia memerlukan kebijakan
pendidikan pengajaran yang seirama dengan laju perkembangan tersebut.
3.
Agar output
pendidikan persekolahan benar-benar lebih relevan dengan tuntutan masyarakat
yang ia akan menjadi bagiannya dan materi yang dimuat dalam kurikulum atau
dipelajari peserta didik dapat bermanfaat.[2]
Segi lain yang menyebabkan dikembangkannya kurikulum
IPS sebagai mata pelajaran wajib bagi setiap anak didik adalah untuk menyiapkan
mereka kelak apabila terjun ke dalam kehidupan masyarakat.[3]
Tuntutan masyarakat dan bangsa
terhadap pendidikan senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini
membawa dampak terhadap eksistensi kurikulum yang juga akan mengalami perubahan
sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan bangsanya.
Dalam pengembangan kurikulum haruslah memiliki
landasan filosofis, dimaksudkan agar memiliki arah dan tujuan yang jelas dalam
implimentasinya. Filsafat pendidikan mengandung suatu nilai-nilai atau
cita-cita masyarakat, berdasarkan cita-cita tersebut terdapat sebuah landasan,
yang tidak lain mau dibawa kemana arah pendidikan anak didik tersebut. Dengan
kata lain filsafat pendidikan merupakan pandangan hidup masyarakat.
Secara teoritis terdapat beberapa pandangan filosofis
kurikulum, Landasan Filosofis sebagaimana dipaparkan dalam “Naskah Akademik
Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPS” Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum 2007, Depdiknas RI dirincikan sebagai berikut :
a.
Esensialisme
Esensialisme adalah aliran yang menggariskan bahwa
kurikulum harus menekankan pada penguasaan ilmu. Aliran ini berpandangan bahwa,
pendidikan pada dasarnya adalah pendidikan keilmuan. Kurikulum yang
dikembangkan dalam aliran esensialisme adalah kurikulum disiplin ilmu. Tujuan
dari aliran esensialisme adalah menciptakan intelektualisme. Proses belajar-mengajar yang
dikembangkan adalah siswa harus memiliki kemampuan penguasaan disiplin ilmu.
Penerapan pembelajaran ini lebih banyak berperan pada guru jika dibandingkan
dari siswa. Sekolah yang baik dalam pandangan filsafat esensialisme adalah sekolah yang mampu mengembangkan
intelektualisme siswa. Implementasi mata pelajaran IPS menurut
aliran esensialisme akan lebih menekankan IPS pada aspek kognitif (pengetahuan)
jika dibandingkan dengan aspek afektif (sikap). Siswa belajar IPS akan lebih
berorientasi pada pemahaman konsep-konsep IPS daripada penerapan materi yang
ada pada IPS bagi kehidupan sehari-hari.
b.
Perenialsme
Perenialsme adalah aliran yang memandang bahwa sasaran yang
harus dicapai oleh pendidikan adalah kepemilikan atas prinsip-prinsip tentang
kenyataan, kebenaran dan nilai yang abadi, serta tidak terkait oleh ruang dan
waktu. Dalam pandangan aliran Perenialisme kurikulum akan menjadi sangat ideologis
karena dengan pandangan-pandangan ini menjadikan siswa atau peserta didik
sebagai warga Negara yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
diinginkan oleh Negara. Pandangan perenialisme lebih menekankan pada Transfer
Budaya (transfer of culture), seperti dalam Implementasinya pada
kurikulum IPS yang bertujuan pada pengembangan dan pembangunan jati diri
bangsa peserta didik dalam rangka menuju tercapainya integrasi bangsa.
Aliran ini juga dikenal menekankan pada kebenaran yang absolut, kebenaran
universal yang tidak terikat pada ruang dan waktu, aliran ini lebih
berorientasi ke masa lalu.
c.
Progresivisme
Progresivisme adalah aliran ini memandang bahwa sekolah memiliki
tujuan yakni kecerdasan yang praktis dan membuat siswa lebih efektif dalam
memecahkan berbagai masalah yang disajikan oleh guru atau pendidik. Masalah
tersebut biasanya ditemukan berdasarkan pengalaman siswa. Pembelajaran yang
harus dikembangkan oleh aliran Progresivisme adalah memperhatikan kebutuhan
individual yang dipengaruhi oleh latar belakang sosial-budaya dan mendorong
untuk berpartisipasi aktif sebagai warga Negara dewasa, terlibat dalam pengambilan
keputusan, dan memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah pada kehidupan
sehari-hari. Implementasi IPS dalam pandangan aliran filsafat Progresivisme
adalah bagaimana mata pelajaran IPS mampu membekali kepada siswa agar dapat memecahkan permasalahan-permasalahan
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-harinya, misalnya kemiskinan,
pengangguran, kebodohan, ketertinggalan, kenakalan remaja atau narkoba dan
lainnya.
d.
Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah aliran ini berpendapat bahwa sekolah
harus diarahkan kepada pencapaian tatanan demokrasi yang mendunia. Aliran
filsafat ini menghendaki agar setiap individu dan kelompok tanpa mengabaikan
nilai-nilai masa lalu, mampu mengembangkan pengetahuan, teori, atau pandangan
tertentu yang paling relevan dengan kepentingan mereka melalui pemberdayaan
peserta didik dalam proses pembelajaran guna memproduksipengetahuan baru. Dalam
pandangan aliran filsafat ini lebih menekankan agar siswa dalam pembelajaran mampu menemukan (inquiri), penemuan yang bersifat
informasi baru bagi siswa berdasarkan bacaan yang ia lakukan. Pembelajaran
lebih ditekankan pada proses bukan hasilnya. Aktivitas siswa menjadi perioritas
utama dalam berlangsungnya pembelajaran. Dalam implementasi pembelajaran IPS,
misalnya siswa mempelajari fakta-fakta disekelilingnya, berdasarkan fakta
tersebut siswa menemukan definisi mengenai sesuatu, tanpa harus didefinisikan
terlebih dahulu oleh guru. Misalnya dalam pelajaran ekonomi diperkenalkan
adanya fakta orang-orang yang mekakukan kegiatan jual beli. Setelah melihat
aktivitas orang-orang tersebut akhirnya siswa menemukan definisi mengenai
penjualan, pembelian, penawaran, pasar, uang dan lainnya dalam aktivitas
jual-beli. Dengan demikian guru tidak menjelaskan atau membuat definisi, tetapi
dari fakta-fakta tersebut siswalah yang aktif melihat fakta dan dapat
mendifinisikannya.[4]
B.
Perkembangan Pendidikan IPS Berdasarkan Posisi
Kurikuler Sejak Kurikulum 1964 s.d. 2013
Bila dilihat pada kurikulum IPS jenjang pendidikan
Sekolah Dasar:
1.
Kurikulum Tahun
1964 - 1968
Menjelang tahun
1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pendidikan di
Indonesia, dengan nama Rencana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran yang
menjadi cirinya adalah pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat
pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran
dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani. Kurikulum 1968 merupakan
pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur
kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum ini merupakan perwujudan
dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen,
bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia
Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan
ketrampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.
Adapun sistem-sistem
dalam penggunaan kurikulum 1964 – 1968 adalah sebagai berikut:
a.
Penataan materi
kurikulum tampak berdiri sendiri (terpisah).
b.
Tidak merupakan
korelasi, tetapi merupakan broad-field antara
ilmu sejarah, ilmu bumi dan pengetahuan Kewarganegaraan. Kurikulum nama bidang
studi ini adalah Pendidikan Kemasyarakatan. Sedangkan Kurikulum 1968 nama
Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan.
c.
Kurikulum 1964
menggunakan pendekatan flashback (khususnya sejarah nasional: mulai dari bahan
sejarah yang dekat dengan anak kemudian mundur kebelakang, ke masa lampau yang
lebih jauh), sedangkan Kurikulum 1968 menggunakan pendekatan periodesasi.
d.
Kurikulum 1964
dan 1968 diajarkan sejak kelas 1.
e.
Dari segi
tujuan kurikuler, kurikulum 1964 lebih menekankan unsur tujuan Pendidikan
Kewargaan Negara / Moral. Pada Kurikulum 1968 unsur ini lebih menonjol.
f.
Kurikulum 1964
dan 1968 tujuan kurikuler tidak disusun perkelas.
g.
Kalau
dibandingkan antara Kurikulum 1968 dengan Kurikulum 1964, maka tampak /
kelihatan bahwa penataan Kurikulum 1964 sama dengan penataan Kurikulum 1968,
yaitu berdiri sendiri secara terpisah atau merupakan broad – field antara ilmu sejarah, ilmu bumi dan Kewarganegaraan
(Civics). Nama bidang studi ini dalam Kurikulum 1964 Pendidikan Kemasyarakatan.
Pada Kurikulum 1964 dan Kurikulum 1968, IPS (dengan nama yang berbeda)
diajarkan dengan nama yang berbeda dan diajarkan sejak kelas 1 SD.
h.
Dari segi
materi, kurikulum 1964 terdiri dari 18 pokok Bahasan. Kurikulum 1968 terdiri
dari 19 pokok bahasan.
i.
Kurikulum 1964
dan 1968, dari segi lingkup bhan pengajaran menggunakan pendekatan spiral yaitu
pengajaran yang dimulai dari lingkungan terdekat dan sederhana sampai kepada
lingkungan yang makin meluas dan kompleks.
j.
Pelaksanaan
kurikulum sejak kurikulum 1964 dan 1968 dalam PBM, telah mengacu pada prinsip
Cra Belajar Siswa Aktif (CBSA).[5]
2.
Kurikulum Tahun
1975 – 1986
a.
Materi
Kurikulum 1979 masih tampak berdiri sendiri belum ada korelasi antara berbagai
disipilin ilmu penunjangannya.
b.
Materi
Kurikulum IPS 1986 ini ditata secara terpadu / terintegrasi. Untuk kurikulum
1986 ditambah Sosiologi dan Hukum.
c.
Kurikulum 1975
unsur pendidikan kewarganegaraan dalam IPS di posahkan dari IPS dan dijadikan
bidang studi tersendiri dengan nama Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Sedangkan
bidang studi IPS ini diajarkan mulai dari kelas III SD. Hal ini dilaksanakan
agar materi tidak memberatkan anak kelas 1 dan 2 dan agar jumlah bidang studi
dikelas 1 dan 2 tidak terlalu banyak.
d.
Sejarah
setempat (lokal) tetap berada dalam IPS, namun sejarah nasional sub-studi
tersendiri yang di ajarkan secara tersendiri mulai kelas IV SD meskipun tetap
berada dlam kelompok bidang studi IPS.
e.
Kurikulum 1975
dan 1986 unsur tujuan Pendidikan Kewarganegaraan / moral terwadahi dalam studi
PMP. Dari segi penyusunan tujuan Kurikulum tahun 1975,1986 tujuan kurikuler
disusun perkelas. Perbedaan dalam Kurikulum 1975 ada 6 tujuan kurikuler untuk
semua aspek dalam bidang studi IPS. Dalam hal ini termasuk Sejarah Nasional,
sedangkan dalam kurikulum 1986 ada 4 tujuan kurikuler untuk IPS masing-masing
satu tiap kelas.
f.
Dari segi
lingkup bahan penjaran pada Kurikulum 1986 dan 1975 menggunakan pendekatan
spiral.
g.
Kurikulum 1975
dan 1986, khusus untuk Sejarah Nasional menggunakan pendekatan periodesasi
yaitu penyampaian pelajaran dimulai dari zaman kuno sampai dengan sejarah
kontemporer masa sekarang. Khusus Kurikulum 1986 di batasi pada tonggak-tonggak
peristiwa penting karena banyak materi Sejarah Nasional telah termuat dalam
bidang studi Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB).
h.
Kurikulum 1975
ada 29 pokok Bahasan pada Kurikulum 1986 ada 39 Pokok Bahasan.
i.
Proses belajar
mengajar, menganut pada prinsip Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Pada kurikulum
1986 padat dan sarat dengan materi sehingga kedalaman dan keluasan materi
cenderung dibatasi.[6]
3.
Kurikulum Tahun
1994
a.
Materi
Kurikulum IPS 1994 ditata secara lebih terpadu dan lebih sederhana dibandingkan
dengan kurikulum sebelumnya.
b.
Dilihat dari
cakupan materi, terdiri dari pengetahuan sosial dan sejarah. Materi IPS ditata
secara terpadu anatara pokok bahasan yang ditunjang oleh beberapa konsep yang
bersasal dari berbagai ilmu atau disiplin ilmu sosial yaitu Geografi, Sejarah,
Ekonomi, Lingkungan Hidup, Koperasi dan politik / pemerintah.
c.
Khusus materi
Sejarah Nasional Walaupun merupakan sub bidang studi IPS. Namun disusun secara
tersendiri dan diajarkan secara
tersendiri dan diajarkan secara tersendiri pula mulai dari kelas IV sampai
kelas VI.
d.
Ditinjau dari
tujuan kurikuler, kurikulum 1994 lebih menekankan kepada unsur tujuan
pendidikan kewarganegaraan, terwadahi dalam bidang studi PMP/ PPKn.
e.
Kedalaman dan
keluasaan materi diserahkan sepenuhnya kepada guru selaku pegembang kurikulum.
f.
Dari segi
lingkup bahan pengajaran, Kurikulum 1994 tetap menggunakan pendekatan spiral
(yakni pengajaran yang dimulai dari lingkungan terdekat dan sederhana sampai
kepada lingkungan yang makin luas dan kompleks).
g.
Dalam proses
belajar mengajar menggunakan prinsip Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
4.
Kurikulum Tahun
2004
a.
Kurikulum 2004
untuk Penggetahuan Sosial memuat materi Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan.
b.
Pengetahuan
Sosial disatukan dengan Pendidikan Kewarganegaraan dipelajari siswa mulai dari
kelas I sampai kelas IV SD.
c.
Pengetahuan
Sosial, Sejarah dan Pendidikan Kewarganegaraan masuk ke dalam mata pelajaran
Pengetahuan Sosial (IPS) diajarkan mulai kelas I sampai dengan kelas VI.
d.
Merupakan
korelasi berbagai disiplin ilmu seperti Sosiologi, Antropologi, Sejarah,
Ekonomi dan Koperasi, Geografi da Politik kenegaraan dan sebagainya, merupakan
“broadfield” antatara Geografi, Sejarah, Ekonomi, dan Pengetahuan
Kewarganegaraan.
e.
Dari strategi
belajar mengajar sampai kepada pelaksanaannya, memberikan keluluasan kepada
guru agar mau dan mampu menentukan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
yang dihadapi.
f.
Dari segi
tujuan kurikuler untuk setiap kelas dari kelas I –VI masing-masing memiliki
satu tujuan disebut Standar Kompetensi. Dari setiap standar kompetensi
dikembangkan menjadi kompetensi dasar, hasil belajarindikator dan materi pokok.
g.
Dari kelas I
sampai kelas VI SD terdapat 49 kompetensi dasar.
h.
Dari segi
lingkup bahan pengajaran menggunakan pendekatan spiral, yaitu pendekatan
pembelajaran dimulai dari lingkungan yang terdekat dan sederhana sampai kepada
lingkungan yang makin luas dan kompleks.
i.
Untuk sejarah
pendekatan yang digunakan bisa menggunakan periodesasi yaitu penyampaian bahan
pelajaran dimulai dari zaman kuno sampai dengan sejarah kontenporer, bisa juga
menggunakan pendekatan Flashback dimulai
dengan zaman sekarang menuju zaman yang terjadi pada masa lalu.
j.
Pengembangan
materi semakin sederhana dan terfokus kepada kompetensi yang harus dimiliki
siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan memberikan pengalaman-pengalamn
belajar yang sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
k.
Materi yang
disampaikan sedikan tetapi mendalam dan kontektual (perampingan materi dan
lebih simpel), komoperhensif dan berkelanjutan.
l.
Mengutamakan
hasil disamping proses agar siswa memiliki kompetensi yang memadai atas
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan tujuan yang telah
digariskan dalam kurikulum dan dalam pembelajaran.
m. Secara konseptual memberi ruang gerak kepada guru
untuk mengemas dan mengembangkan materi pembelajaran yang berkualitas.
n.
Mengajarkan
konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan
melalui pendekatan pendagogis dan psikologis secara seimbang (balance).
o.
Kurikulum
Pendidikan IPS tahun 2004 dengan kurikulum 1994 hampir tidak jauh berbeda
dimana keduanya memberikan peluang yang luas bagi guru sebagai pengembang kurikulum.
p.
Pengorganisaian
materi menggunakan pendekatan kemasyarakatan yang semakin meluas yakni dimulai
dari yang terdekat ke hal-hal yang lebih jauh (global).
q.
Materi
ilmu-ilmu sosial diambil dalam kehidupan sehari-hari yang lansung dapat diamati
dan dipahami siswa. Pengorganisasian materi dimulai dari lingkungan terdekat
sampai pada lingkungan terjauh, yaitu dari lingkungan keluarga,
tetangga,sekolah, masyarakat sekitar, Indonesia, dan dunia.
r.
Materi yang
disampaikan sedikit tetapi medalam dan kontekstual (perampingan materi dan
lebih simpel), komperhensif dan berkelanjutan.
s.
Mengutamakan
kompetensi siswa yang memadai atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
t.
Merupakan
pendekatan penguasaan kompetensi tertentu, memberi penekanan yang besar pada
penguasaan kompetensi (skill) atau aspek psikomotor dibanding aspek pengetahuan
(kognitif).
u.
Hasil
kompetensi siswa secara kongrit berupa produk, proposal, fortofolio, dan karya.
v.
Dilihat dari
aspek guru, guru dibebaskan dari tuntutan menyusun Prosedur Pengembangan Sistim
Intruksional (PPSI). Guru bekerja secara mandiri dan tidak bergantung pada
kurikulum, tetapi guru memiliki kreatuvitas dan fleksibel dalam pembelajaran di kelasnya.
w. Secara konseptual memberi ruang gerak kepada guru
untuk mengemas dan mengembangkan materi pembelajaran secara berkualitas.
x.
Menggunakan
multimedia, mltimetoda dan multi sumber serta evaluasi, sehingga diharapkan
anak akan merasa senang belajar IPS.
y.
Penilaian
menggunakan penilaian berbasis kelas yang diarahkan untuk mengukur pencapaian
indikator hasil belajar. Selain penilaian tertulis, dapat juga menggunakan
penilaian berdasarkan perbuatan, penugasan dan produk atau portofolio.
Merujuk pada tuntutan Kurikulum Berbasis Kompetensi yaitu
dengan menggunakan program “life skill”
ini merupakan salah satu upaya untuk memberikan kecakapan bagi lulusan sekolah
disemua jenjang pendidikan.
Dengan demikan, keberhasialn pelaksanaan proses
pembelajarn IPS di SD banyak bergantung pada penguasaan guru dalam menentukan
tehnik/strategi yang dapat memberi peluang kepada siswa melakukan
latihan-latihan melalui proses berpikir.[7]
5.
Kurikulum Tahun
2006
Kurikulum 2006 atau dikenal dengan Model KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yakni model umum yang berisi kerangka
acuan dan model kurikulum lengkap yang lansung diaplikasikan ke dalam satuan
pendidikan. Kurikulum 2006 atau KTSP merupakan modifikasi dari model kurikulum
yang sudah ada. Kurikulum ini memuat berupa standar isi dan standar kompetensi.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam kriteria tentang tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar kompetensi adalah perilaku yang
dapat diukur dan/diobservasikan untuk menunjukan ketercapaian kompetensi dasar
tertentu yang menjadi acuan mata pelajaran.
Adapun yang menjadi ruang lingkup mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial, dapat dilihat pada tabel Aspek dan Sub Aspek Ilmu-ilmu
Sosial di bawah ini:
Tabel Aspek dan Sub Aspek Ilmu-Ilmu Sosial
ASPEK
|
SUB ASPEK
|
1. Sistem Sosial dan Budaya
|
Individu, Keluarga, dan Masyarakat
|
Sosiologi sebagai Ilmu dan Metode
|
|
Interaksi Sosial
|
|
Sosialisasi
|
|
Pranata Sosial
|
|
Struktur Sosial
|
|
Kebudayaan
|
|
Perubahan Sosial Budaya
|
|
2. Manusia, Tempat, dan Lingkungan
|
Sistem Informasi Geografi
|
Interaksi Informasi Geografi
|
|
Interaksi Gejala Fisik dan Sosial
|
|
Struktur Internal Suatu Tempat/Wilayah
|
|
Interaksi Keruangan
|
|
Persepsi Lingkungan dan Kewajiban
|
|
3. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan
|
Berekonomi
|
Ketergantungan
|
|
Spesialisasi dan Pembagian Kerja
|
|
Perkoperasian
|
|
Kewirausahaan
|
|
Pengelolaan Keuangan Perusahaan
|
|
4. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
|
Dasar-dasar Ilmu Sejarah
|
Fakta, Peristiwa, dan Proses
|
Khusus melalui
mata pelajaran IPS SD, merupakan standar kompetensi kecakapan hidup dan telah
dibakukan dalam kurikulum 2006, meliputi:
a.
Kecakapan
Personal
Kecakapan ini
meliputi beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berfikir
rasional, memahami diri sendiri,, percaya diri, bertanggung jawab untuk
pembelajaran pribadi, dapat menghargai, dan menilai diri sendiri. Aspek akhlak
mulia meliputi kemampuan pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai
keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual
ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan spriual tersebut pada akhirnya
bertujuan pada optimalisasi sebagai potensi yang dimiliki manusia yang
aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
b.
Kecakapan
Sosial
Kecakapan ini
meliputi kompetensi bekerjasama dalam kelompok, menunjukkan tanggungjawab
sosial, mengendalikan emosi, dan berinteraksi dalam masyarakat dan budaya lokal
serta global. disamping itu siswa dapat meningkatkan potensi fisik serta
membudayakan sikap sportif, disiplin, kerja sama, dan hidup sehat.
c.
Kecakapan
Intelektual
Kecakapan ini
meliputi kompetensi menguasai pengetahuan, menggunakan metode dan penelitian
ilmiah, bersikap ilmiah, mengembangkan kapasitas sosial dan berfikir strategis
untuk belajar sepanjang hayat, serta berkomunikasi secara ilmiah. Disamping itu
siswa dapat memperoleh kompetensi lanjut akan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri dan
berprilaku ilmiah yang kritis, kreatif, dan nilai-nilai untuk mengambil
keputusan yang tepat.
d.
Kecakapan vokasional
Kecakapan ini
berkaitan dengan suatu bidang kejuruan/keterampilan yang meliputi keterampilan
funsional, keterampilan bermata pencahrian seperti menjahit, bertani,
berternak, otomotif; keterampilan bekerja; kewirausahaan; dan keterampilan
menguasai teknologi informasi dan komunikasi.
Sedangkan yang menjadi Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI, antara lain:
a.
Kemampuan
memahami identitas diri dan keluarga, serta sikap saling menghormati daam
kemajemukan keluarga.
b.
Kemampuan
mengenal lingkungan rumah dan peristiwa penting di lingkungan keluarganya.
c.
Kemampuan
memahami peristiwa penting dalam keluarga secara kronologis
d.
Kemampuan
memahami kedudukan dan peran anggota keluarga
e.
Kemampuan
mengenal lingkungan dan melaksankan kerjasama di sekitar rumah dan sekolah.
f.
Kemampuan
memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang.
g.
Kemampuan
memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan
kabupaten/kota dan provinsi.
h.
Kemampuan
memahami sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
i.
Kemapuan
mendeskripsikan kejayaan masa lau,keragaman kenampakan alam dan suku bangsa,
serta kegiatan ekonomi di Indonesia.
j.
Kemampuan
memahami perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan.
k.
Kemampuan
memahami kenampakan alam dan keadaan sosial negara tetangga (Asia Tenggara),
Asia, dan dunia.
l.
Kemampuan
memahami peranan bangsa Indonesia di era globalisasi.
Ciri-ciri kurikulum 2006:
a.
ada kurikulum
2004 dinamakan Pengetahuan Sosial yang sudah terintegrasi dengan Bidang Studi
PPKn atau disebut juga dengan Mata Pelajaran PKPS, sedangkan dalam kurikulum
2006 dinamakan Mata Pelajaran IPS (kembali lagi seperti pada Kurikulum 1994).
b.
Kurikulum 2006
merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksankan oleh masing-masing
satuan pendidikan (sekolah)
c.
Sekolah/guru
mempunyai kelulusan penuh untuk menjabarkan kompetensi menjadi beberapa
indikator atau mengembangkan indikator sendiri.
d.
Kurikulumm 2006
bersifat memberi rambu-rambu untuk menentukan materi kemudian pendalaman dan
keluasan materi sepenuhnya ditentukan oleh guru. Di sini aspirasi setempat
(Muatan Lokal) dapat dituangkan.
e.
Lebih menuntut
kreativitas sekolah/guru untuk menyusun model pendidikan yang sesuai dengan
kondisi lokal.
f.
Bahan kajian
IPS untuk kelas I sampai III tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang
berdiri sendiri, tetapi diintegrasikan (dipadukan) ke dalam mata pelajaran yang
relevan secara tematis.
g.
Untuk kelas IV
sampai dengan kelas VI, tema-tema yang telah ditetapkan seperti:
Kelas IV
Semester 1, tema: “Alam dan Potensi Daerahku”
Semester 2,
tema: “Kesejaahteraan Masyarakat Daerahku”
Kelas V
Semester 1, tema: “Kejayaan Negeriku”
Semester 2,
tema: “Tantangan Bangsaku”
Kelas VI
Semester 1, tema: “Indonesia di Tengah-tengah Dunia”
Semester 2,
tema: “Indonesia di Era Globalisai”
h.
Kurikulum IPS
2006 hanya memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan hasil
belajar, indikator, dan materi tidak tercantum. Hal ini menuntut guru dapat
secara mandiri untuk mengembangkan indikator sendiri.
i.
Metode
mengajar, penilaian dan sarana pengajaran guru diharapkan dapar mandiri, mau
dan mampu menentukan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang dihadapi.
j.
Proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi. Guru hendaknya memberikan inspirasi kepada peserta didik untuk
mengembangkan diri.
k.
Pengorganisasian
materi menggunakan pendekatan kemasyarakatan yang meluas (expending community approach) yakni dimulai dari hal-hal yang
terdekat dengan siswa (keluarga) ke hal yang lebih jauh (global).
l.
Pembelajaran
dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan pendekatan terpadu (integrated approach) dan pendekatan
belajar kontekstual untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, sikap,
serta keterampilan sosial. Pendekatan tersebut menggunakan metode Inkuri,
eksploratif, pemecahan masalah.
m. Dalam pembelajarn Ilmu Pengetahuan Sosial perlu
didikuti dengan Praktik Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Praktik belajar ini
merupakan inovasi pembelajarn yang dirancang untuk membantu siswa agar memahami
fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi melalui praktik belajar secara
empirik, yang disebut dengan Praktik Kesadaran Lingkungan.
n.
Dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat menggunakn berbagai media yang
mempunyai potensi untuk menambah wawasan dan konteks belajar serta meningkatkan
hasil belajar.
o.
Penilaian
Berbasis Kelas dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial diarahkan untuk mengukur pencapaian indikkator hasil
belajar.
p.
Alokasi waktu
tiap komoetensi dasar dapat diorganisasikan guru sesuai dengan alokasi yang
diperlukan.[8]
6.
Kurikulum Tahun
2013
Salah satu ciri kurikulum 2013, khususnya untuk SD
adalah bersifat tematik integratif. Dalam pendekatan ini, mata pelajaran IPA
dan IPS sebagai materi pembahasan pada semua mata pelajaran. Prosesnya,
tema-tema yang ada pada dua pelajaran itu diintegrasikan kedalam sejumlah mata
pelajaran. Untuk IPA menjadi materi pembahasan pelajaran Bahasa Indonesia,
Matematika, dan lain-lain. Untuk IPS menjadi materi pembahasan pelajaran PPKn,
Bahasa Indonesia, dan lain-lain. Dalam Kurikulum 2013 memuat berupa kompetensi
inti dan kompetensi dasar, antara lain:
a.
Kompetensi Inti
Kompetensi Inti
merupakan terjemahan atau operasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan dalam
bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik yang telah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu,
gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu
jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan
kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu
berkenaan dengan sikap keagamaan (Kompetensi Inti 1), sikap sosial (Kompetensi
Inti 2), pengetahuan (Kompetensi Inti 3), dan penerapan pengetahuan (Kompetensi
Inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus
dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif.
b.
Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata
pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi
Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik.
Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta
didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata
pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi
Dasar SD/MI untuk setiap mata pelajaran mencakup mata pelajaran: Pendidikan
Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa
Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni
Budaya dan Prakarya, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.[9]
C.
Perkembangan Posisi Kurikuler Pendidikan IPS
Berdasarkan Muatan dan Kajian Pada Setiap Kurikulum
a.
Kurikulum Tahun 1964
Dalam stuktur pendidikan dasar tahun 1964 dikenal
dengan adanya dua kelompok mata pelajaran yaitu kelompok dasar dan kelompok
cipta. Kelompok dasar adalah kelompok yang terdiri atas sejumlah mata pelajaran
yang dianggap paling dominan dalam mengembangkan kepribadian siswa dan siswi
sesuai dengan kualitas yang diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional. Mata
pelajaran kelompok dasar ini terdiri atas sejarah bangsa Indonesia dan geografi
bangsa Indonesia. Kedua mata pelajaran ini merupakan atau memiliki peran
penting dalam membina kualitas siswa dan siswi sebagaimana yang diharapkan,
lebih-lebih dalam suasana kehidupan politik bangsa baru yang memerlukan adanya
identitas bangsa yang kuat. Inti dari kelompok dasar adalah mengembangkan
kepribadian siswa dan siswi sesuai kualitas yang dihaapkan dalam tujun
pendidikan nasional. Mata pelajaraan kelompok cipta adalah
kelompok mata pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat diluar
wilayah geografis dunia. Kedua mata pelajaran ini merupakan ini merupakan
bagian disiplin sejarah dan geogarafi yang mewakili pendidikan ilmu-ilmu social
yang dimaksudkan dalam pembahasan ini. Kelompok cipta ini berkaitan dengan
kehidupan masyarakat diluar wilayah geografi Indonesia, sejarah dunia dan geografi
dunia.[10]
b.
Kurikulum Tahun 1968
Dalam kurikulum tahun 1968 untuk pendidikan dasar dan
menengah pendidikan ilmu sosial masih diwakili oleh pendidikan sejarah,
geografi, dan ekonomi. Kedudukan pendidikan ilmu social dalam kurikulum 1968
tidak berubah dari kurikulum sebelumnya. Pendidikzn sejarah dan geografi
Indonesia masih dalam pelajaran kelompok dasar, sedangkan ilmu social yang lain
masuk dalam kelompok cipta atau khusus. IPS disaajikan secara terpisah.
c.
Kurikulum Tahun 1975
Kurikulum tidak dikembangkan oleh kementrian atau
departemen pendidikan dan kebudayaan tetapi oleh suatu lembaga dibawah
kementrian tersebut yang dinamakan pusat perkembangan kurikulum. Dalam
kurikulum ini selain model pengembangan juga digunakan pula pendekatan
pengembangan materi kurikulum yang berbeda dari kurikulum sebelumnya. Dalam
kurikulum tahun 1975 dinyatakan bahwa IPS adalah paduan sejumlah mata pelajaran
Ilmu sosial. Untuk IPS pada jenjang pendidikan dasar disebutkan bahwa materi
pelajaran IPS ditunjang geografi dan kependudukan, sejarah dan ekonomi
koperasi, sedangkan untuk menengah IPS mencakup geografi dan kependudukan,
sejarah, antropologi budaya, ekonomi dan koperasi serta tata buku dan hitung
dagang. Jadi orientasi pendidikan intinya mata pelajaran IPS masuk ke kurikulum
1975 masuk ke dalam SD/MI SMP/MTS.
d.
Kurikulum Tahun 1984
Kurikulum tahun 1984 merupakan penyempurnaan kurikulum
tahun 1975 dalam kurikulum tahun 1984 nama IPS hanya digunakan untuk
menyebutkan nama pelajaran pada jenjang pendidikan dasar MI/SD dan MTS/SMP sama
seperti kurikulum 1975. Disiplin ilmu yang dimasukan dalam mata pelajaran IPS
pada jenjang pendidikan dasar (MTS/SMP) menjadi lebih luas seperti
sosiologi, antropologi, hokum, politik, dijadikan materi baru bagi IPS. Maka
dapat dikatakan bahwa kurikulum tahun 1984 untuk IPS lebih maju dibandingkan
dengan dengan kurikulum1975 untuk jenjang pendidikan menegah nama IPS tidak
lagi digunakan melainkan disiplin ilmu social itu sendiri, seperti diwakili
mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, antropologi-sosiologi dan tata
Negara. Di kurikulum 1984 ada kurikulum program inti dan program pilihan.
Program inti :diberikan kepada semua siswa dan siswi. Program pilihan :hanya
diberikan pada siswa jurusan tertentu untuk tingkat menengah atas. Sejarah,
geografi, ekonomi, antropologi-sosiologi dan tata Negara tiap-tiap disiplin
ilmu memiliki GBPP tersendiri.
e.
Kurikulum Tahun 1994
Dalam keputusan MENDIKBUD No 060/u/1993 disebutkan
bahwa jenjang pendidikan dasar terdapat mata pelajaran yang disebut ilmu
pengetahuan social (IPS) yang mencakup Ilmu Bumi sejarah(nasional dan umum) dan
ekonomi. Demikaian juga kajian terhadap rancangan GBPP memperlihatkan bahwa
pendidikan dasar pengajian yang integrative hanya berlaku untuk jenjang pendidikan
dasar di tingkat SD/MI. Sedangkan untuk jenjang pendidikan dasar tingkat
menengah MTs/SMP pendidikan disiplin ilmu terpisah merupakan suatu yang tetap
dominan. Kurikulum 1994 meliputi geogrsfi, sejarah, dan ekonomi masing-masing
mendapatkan jatah 2 jam pelajaran per minggu. Kondisi ideal mengajarkan IPS di
MTs/SMP dan MA/SMA adalah setiap disiplin ilmu dalam IPS diajarkan oleh guru
yang berbeda.
f.
Kurikulum Tahun 2004
Dalam kurikulum tahun 2004 pada pendidikan dasar
dikenal dengan IPS, dengan disiplin ilmunya sejarah nasional, geografi,
koperasai dan ilmu bumi. Pada tingkat menengah materi IPS sudah menjadi satuan
terpisah yaitu sejarah, ekonomi dan geografi pada penilaiannya siswa dihadapkan
dengan tiga kategori kognitif, afektif dan psikomotorik.
g.
Kurikulum Tahun 2006
Dalam kurikulum ini lingkup materinya hampir sama
dengan kurikulum sebelumnya. Bentuk penilaiannya juga hamper sama. Pada
kurikulum ini peserta didik diharuskan kritis, kreatif dan mampu memecahkan
masalah, dan siswa diberi prosentasi 70% kreatifnya dan guru prosentasi hanya
diberi 30%.[11]
h.
Kurikulum Tahun 2013
Lingkup kurikulum ini tidak lain adalah
perilaku sosial, ekonomi, dan budaya manusia di masyarakat dalam konteks ruang
dan waktu yang mengalami perubahan. Kurikulum ini menuntut pembelajaran IPS
yang disampaikan secara terpadu. Dengan pembelajaran terpadu, dengan hal ini
diharapkan pelajaran IPS lebih bermakna bagi peserta didik dalam konteks
pembelajaran sehari-hari. Pembelajaran IPS merupakan keterpaduan dari materi
geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Faktor-faktor
yang melatarbelakangi perkembangan kurikulum IPS di indonesia diantaranya
adalah laju perkembangan pendidikan
teknologi, dan budaya indonesia memerlukan kebijakan pendidikan pengajaran yang
seirama dengan laju perkembangan tersebut hal ini bertujuan agar output
pendidikan persekolahan benar-benar lebih relevan dengan tuntutan masyarakat
yang ia akan menjadi bagiannya dan materi yang dimuat dalam kurikulum atau
dipelajari peserta didik dapat bermanfaat.
2.
Perkembangan
pendidikan IPS berdasarkan posisi kurikuler sejak kurikulum 1964 s.d. 2013
singkatnya yakni, mnjelang tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum pendidikan di Indonesia, dalam hal ini pembelajaran dipusatkan pada
program pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani. Selanjutnya pada 1968 kurikulum
mengalami pembaharuan dengan dilakukannya perubahan struktur kurikulum
pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus. Sementara kurikulum 1979 masih tampak berdiri
sendiri belum ada korelasi antara berbagai disipilin ilmu penunjangannya.
Kemudian materi kurikulum IPS 1986 ini ditata secara terpadu, dan pada
kurikulum ini dalam IPS ditambah Sosiologi dan Hukum. Pada 1994 materi IPS
ditata secara lebih terpadu dan lebih sederhana dibandingkan dengan kurikulum
sebelumnya dan apabila dilihat dari cakupan materi, terdiri dari pengetahuan
sosial dan sejarah. Kurikulum 2004 untuk Pengetahuan Sosial memuat materi
Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan. Kurikulum 2006 atau merupakan
modifikasi dari model kurikulum yang sudah ada. Kurikulum ini memuat berupa
standar isi dan standar kompetensi. Dalam kurikulum 2013, mata pelajaran IPA
dan IPS sebagai materi pembahasan pada semua mata pelajaran. Prosesnya,
tema-tema yang ada pada dua pelajaran itu diintegrasikan kedalam sejumlah mata
pelajaran.
3.
Perkembangan
posisi kurikuler pendidikan IPS berdasarkan muatan dan kajian pada setiap
kurikulum secara singkat yaitu, dalam stuktur pendidikan dasar tahun 1964 memuat
mata pelajaran kelompok dasar yang terdiri atas sejarah bangsa Indonesia dan
geografi bangsa Indonesia. Dalam kurikulum tahun 1968 untuk pendidikan dasar dan
menengah pendidikan ilmu sosial masih diwakili oleh pendidikan sejarah,
geografi, dan ekonomi. Dalam kurikulum tahun 1975 untuk IPS pada jenjang
pendidikan dasar disebutkan bahwa materi pelajaran IPS ditunjang geografi dan
kependudukan, sejarah dan ekonomi koperasi. Untuk kurikulum 1984 ini, disiplin
ilmu yang dimasukan dalam mata pelajaran IPS pada jenjang pendidikan
dasar menjadi lebih luas seperti sosiologi, antropologi, hokum, politik,
dijadikan materi baru bagi IPS. Pada 1994 untuk jenjang sekolah dasar meliputi
geografi, sejarah, dan ekonomi masing-masing mendapatkan jatah 2 jam pelajaran
per minggu. Dalam kurikulum tahun 2004 pada pendidikan dasar IPS mencakup
sejarah nasional, geografi, koperasai dan ilmu bumi. Dalam kurikulum 2006 ini
lingkup materinya hampir sama dengan kurikulum sebelumnya, hanya saja peserta didik
diharuskan kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah. Sedangkan dalam
kurikulum 2013 pembelajaran
IPS merupakan keterpaduan dari materi geografi, sejarah, ekonomi, dan
sosiologi.
B.
Saran
Sehubungan dengan materi yang dibahas yakni
perkembangan kurikulum IPS di Indonesia, menurut kelompok kami hendaknya pihak
yang bertanggung jawab dalam pengembangan kurikulum IPS ini hendaknya lebih
memperhatikan lagi keadaan sosial yang terjadi di masyarakat saat ini sehingga
mereka bisa mengira-ngira mengenai apa yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini
dalam kehidupan sosialnya sehingga pada pengembangan kurikulum selanjutnya bisa
sesuai dengan apa yang ada di dalam masyarakat karena kurikulum ini merupakan
acuan mengenai apa yang akan dipelajari oleh peserta didik sehingga bisa
menjadi bekal ia kelak. Dan saran sehubungan dengan penyusunan kumpulan materi
ini, tiada gading yang tak retak dengan kata lain kumpulan materi ini tak luput dari kekurangan. Oleh
sebab itu, kami mengharapkan kritik dari
berbagai pihak demi lebih baiknya kumpulan materi
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilicilia,
Gledys. https://gledysapricilia.wordpress.com/study/sejarah-perkembangan-kurikulum-di-indonesia/ (Diakses pada minggu 04 September 2016, pukul 18:35 WIB).
Basori, Hida Mujahida. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ekonomi-pembangunan/article/view/20697.
(Diakses pada jum’at 30 September 2016, pukul 10.32 WIB).
Hariyanto. http://baranusapendidikan.blogspot.co.id/2013/09/perkembangan-ips.html (Diakses pada minggu 04 September 2016, pukul
11:07 WIB).
Ilmu Pengetahuan Sosial 1. https://mrcumlaude.files.wordpress.com/2010/10/ips-1-paket-3.pdf 10:59 (Diakses pada minggu 04 September 2016, pukul 10:59 WIB).
Komala. http://komalaps.blogspot.co.id/2014/09/perkembangan-kurikulum-ips.html (Diakses pada
minggu 04 September, 2016 pukul 13:30 WIB).
Nursobah, Ahmad. http://cobah-ajah.blogspot.co.id/2012/04/perkembangan-posisi-kurikulum-ips-di.html
(Diakses pada minggu 04 September 2016, pukul 13:31 WIB).
Panreppi. http://long-visit.blogspot.co.id/2012/07/perkembangan-pendidikan-ilmu.html
(Diakses pada minggu 04 September 2016, pukul 13:37 WIB).
Sholika, Milatus
Yuni. http://yunimilatussholikha.blogspot.co.id/2014/12/1_2.html (Diakses pada minggu 04 September 2016 Pukul
14:01 WIB).
Yani, Mad.
http://adlilfirdaus.blogspot.co.id/2013/01/makalah-kurikulum-pendidikan-ips.html
(Diakses pada minggu 04 September
2016, Pukul 13:34 WIB).
[1] Yuni Milatus Sholika. http://yunimilatussholikha.blogspot.co.id/2014/12/1_2.html
(Diakses pada
minggu 04 September 2016, pukul 14:01 WIB).
[2] Hariyanto. http://baranusapendidikan.blogspot.co.id/2013/09/perkembangan-ips.html (Diakses pada minggu 04
September 2016, pukul 11:07 WIB)
[3] Ilmu Pengetahuan Sosial 1. https://mrcumlaude.files.wordpress.com/2010/10/ips-1-paket-3.pdf 10:59 (Diakses
pada minggu 04 September 2016, pukul 10:59 WIB).
[4] Mad Yani.
http://adlilfirdaus.blogspot.co.id/2013/01/makalah-kurikulum-pendidikan-ips.html
(Diakses
pada minggu 04 September 2016, pukul 13:34 WIB)
[5]Gledys Aprilicilia. https://gledysapricilia.wordpress.com/study/sejarah-perkembangan-kurikulum-di-indonesia/ (Diakses
Pada Hari Minggu, 04 September 2016 Pukul 18:35 WIB).
[7] Panreppi. http://long-visit.blogspot.co.id/2012/07/perkembangan-pendidikan-ilmu.html
(Diakses pada minggu 04 September
2016, pukul 13:37 WIB).
[8] Hida Mujahida Basori. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ekonomi-pembangunan/article/view/20697. (Diakses pada jum’at 30 September 2016, pukul 10.32 WIB).
[9] Komala. http://komalaps.blogspot.co.id/2014/09/perkembangan-kurikulum-ips.html (Diakses pada minggu 04 September, 2016 pukul 13:30 WIB).
[10] Ahmad Nursobah . http://cobah-ajah.blogspot.co.id/2012/04/perkembangan-posisi-kurikulum-ips-di.html
(Diakses pada minggu 04 September 2016, pukul 13:31 WIB)
[11] http://cobah-ajah.blogspot.co.id/2012/04/perkembangan-posisi-kurikulum-ips-di.html
(Diakses
pada minggu 04 September 2016, pukul 13:31 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar