Sabtu, 15 September 2018

IPS: Kumpulan Materi Perkembangan Kurikulum IPS di Indonesia (Semester 3)


PERKEMBANGAN KURIKULUM IPS DI INDONESIA
KUMPULAN MATERI
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu Pengetahuan Sosial MI/SD
Yang dibina oleh Drs. H. Jani, M.M., M.Pd.
unnamed (7)







Disusun Oleh:
Kelompok 3
1.        Risma Nur Izzati                   (17205153002)
2.        Vivi Kurnia Sari                    (17205153016)
3.        Yolanda Murti Ningrum       (17205153028)
4.        Ana Nur Khumairoh             (17205153036)
5.        Whenitiya Nofariyani            (17205153042)
6.        Hamiyatus Sariroh                 (17205153048)
7.        Okta Vinanda .K.                  (17205153049)


JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
September 2016



KATA PENGANTAR
Assalamualaikum1.png
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt.yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta  salam  semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad saw.dan semoga kita akan selalu mendapat syafaatnya baik didunia maupun di akhirat kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya  penulis dapat  menyusun makalah ini untuk memenuhi  tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial MI/SD yang berjudul PERKEMBANGAN KURIKULUM IPS DI INDONESIA.
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak penulisan kumpulan materi ini tidak mungkin terlaksana dengan baik.Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.        Dr. Mafthukin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di IAIN Tulungagung ini,
2.        Drs. H. Jani, M.M., M.Pd. selaku Dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial MI/SD yang telah membimbing dan mengarahkan kami dengan sabar agar mempunyai pemahaman yang benar mengenai mata kuliah ini,
3.        Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan kumpulan materi ini.
Semoga kumpulan materi ini dapat bermanfaat dan membuahkan ilmu yang maslahahfiidinniwadunyawalakhirah.

Tulungagung, 20 September 2016


      Penulis
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang..................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah................................................................................. 1
C.       Tujuan Pembahasan.............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A.       Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Perkembangan
Kurikulum IPS di Indonesia................................................................. 3
B.       Perkembangan Pendidikan IPS Berdasarkan Posisi Kurikuler
Sejak Kurikulum 1964 s.d. 2013.......................................................... 8
C.       Perkembangan Posisi Kurikuler IPS Berdasarkan Muatan dan
Kajian Pada Setiap Kurikulum............................................................. 22

BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan........................................................................................... 26
B.       Saran..................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 29



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Tuntutan masyarakat dan bangsa terhadap pendidikan di dunia akan senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini membawa dampak terhadap eksistensi kurikulum di setiap negara yang akan mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan bangsanya. Bagi bangsa Indonesia, keberadaan IPS sebagai mata pelajaran di sekolah sudah tidak terbantahkan kelahirannya karena adanya kebutuhan masyarakat yang tengah berkembang menuju masyarakat maju yang beradab, adil, makmur, dan sejahtera. Arah pengembangan pendidikan ini sejalan dengan cita-cita dan tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kurikulum IPS yang dikembangkan hendaknya memiliki landasan filosofis yang jelas, landasan filosofis yang digunakan haruslah  melihat kondisi nyata yang terjadi di masyarakat. Kondisi masyarakat yang terjadi saat ini adalah  masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan-perubahan yang disebabkan adanya interaksi sosial baik antar individu nmaupum kelompok. Dalam mencermati perubahan tersebut, maka kurikulum harus memiliki landasan filosofis humanistik, dimana Ilmu Pengetahuan Sosial  menjunjung tinggi sifat-sifat dasar kemanusiaan.

B.       Rumusan Masalah
1.        Bagaimana faktor-faktor yang melatarbelakangi perkembangan kurikulum IPS di Indonesia?
2.        Bagaimana perkembangan pendidikan IPS berdasarkan posisi kurikuler sejak kurikulum 1964 s.d. 2013?
3.        Bagaimana perkembangan posisi kurikuler pendidikan IPS berdasarkan muatan dan kajian pada setiap kurikulum?


C.      Tujuan Pembahasan
1.        Untuk menjelaskan faktor-faktor yang melatarbelakangi perkembangan kurikulum IPS di Indonesia.
2.        Untuk menjelaskan perkembangan pendidikan IPS berdasarkan posisi kurikuler sejak kurikulum 1964 s.d. 2013.
3.        Untuk menjelaskan perkembangan posisi kurikuler pendidikan IPS berdasarkan muatan dan kajian pada setiap kurikulum.
























BAB II
PEMBAHASAN

A.      Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Perkembangan Kurikulum IPS di Indonesia
Sebelum mengetahui faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi perkembangan kurikulum di Indonesia, kita juga musti memahami terlebih dahulu latar belakang dimasukkannya IPS ke dalam kurikulum sekolah. Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia juga hampir sama dengan di beberapa negara lain, di antaranya situasi kacau dan pertentangan politik bangsa, kondisi keragaman budaya bangsa (multikultur) yang sangat rentan terjadinya konflik. Sehingga, sebagai akibat konflik dan situasi nasional bangsa yang tidak stabil, terlebih adanya pemberontakan G30S/PKI, yang akhirnya dapat ditumpas oleh Pemerintahan Orde Baru. Setelah keadaan tenang pemerintah melancarkan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Pada masa Repelita I (1969-1974) Tim Peneliti Nasional di bidang pendidikan menemukan lima masalah nasional dalam bidang pendidikan. Kelima masalah tersebut yaitu:
1.      Kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
2.        Kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan.
3.      Relevansi, tentang kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan pembangunan.
4.      Efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana.
5.      Pembinaan generasi muda dalam menyiapkan tenaga produktif bagi kepentingan  pembangunan nasional.
Dengan timbulnya berbagai masalah nasional lainnya kemudian dipandang perlu untuk memasukan program pendidikan sebagai propaganda dan penanaman nilai-nilai sosial budaya masyarakat, berbangsa dan bernegara ke dalam kurikulum sekolah.
Oleh karenanya, dalam beberapa pertemuan ilmiah dibahas Istilah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) sebagai program pendidikan tingkat sekolah di Indonesia, dan pertama kali muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo Jawa Tengah. Dalam laporan seminar tersebut, muncul 3 istilah dan digunakan secara bertukar pakai, yaitu :
1.        Pengetahuan Sosial
2.        Studi Sosial
3.        Ilmu Pengetahuan Sosial
Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dunia persekolahan di Indonesia pada tahun 1972-1973 yang diujicobakan dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PSSP) IKIP Bandung. Kemudian secara resmi dalam kurikulum 1975 program pendidikan tentang masalah sosial dipandang tidak cukup diajarkan melalui pelajaran sejarah dan geografi saja, maka dilakukan reduksi mata pelajaran di tingkat SD-SMA untuk beberapa mata pelajaran ilmu sosial yang serumpun digabung ke dalam mata pelajaran IPS. Oleh karena itu, pemberlakuan istilah IPS dalam kurikulum 1975 tersebut, dapat dikatakan sebagai kelahiran IPS secara resmi di Indonesia.[1]
IPS adalah sebuah bidang keilmuan yang dinamis, karena mempelajari tentang keadaan masyarakat yang cepat perkembangannya, tidak lepas dari perkembangan. Pengembangan kurikulum IPS merupakan jawaban terhadap tuntutan kebutuhan masyarakan yang akan mempelajarinya. Perkembangan kurikulum IPS di Indonesia dilatarbelakangi oleh faktor-faktor berikut ini:
1.        Pengalaman hidup masa lampau dengan situasi sosialnya yang labil memerlukan masa depan yang lebih mantap dan utuh sebagai suatu bangsa yang bulat.
2.        Laju perkembangan pendidikan teknologi, dan budaya Indonesia memerlukan kebijakan pendidikan pengajaran yang seirama dengan laju perkembangan tersebut.
3.        Agar output pendidikan persekolahan benar-benar lebih relevan dengan tuntutan masyarakat yang ia akan menjadi bagiannya dan materi yang dimuat dalam kurikulum atau dipelajari peserta didik dapat bermanfaat.[2]
Segi lain yang menyebabkan dikembangkannya kurikulum IPS sebagai mata pelajaran wajib bagi setiap anak didik adalah untuk menyiapkan mereka kelak apabila terjun ke dalam kehidupan masyarakat.[3]
Tuntutan masyarakat dan bangsa terhadap pendidikan senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini membawa dampak terhadap eksistensi kurikulum yang juga akan mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan bangsanya.
Dalam pengembangan kurikulum haruslah memiliki landasan filosofis, dimaksudkan agar memiliki arah dan tujuan yang jelas dalam implimentasinya. Filsafat pendidikan mengandung suatu nilai-nilai atau cita-cita masyarakat, berdasarkan cita-cita tersebut terdapat sebuah landasan, yang tidak lain mau dibawa kemana arah pendidikan anak didik tersebut. Dengan kata lain filsafat pendidikan merupakan pandangan hidup masyarakat.
Secara teoritis terdapat beberapa pandangan filosofis kurikulum, Landasan Filosofis sebagaimana dipaparkan dalam “Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum  Mata Pelajaran IPS” Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum 2007, Depdiknas RI dirincikan sebagai berikut :
a.        Esensialisme
Esensialisme adalah aliran yang menggariskan  bahwa kurikulum harus menekankan pada penguasaan ilmu. Aliran ini berpandangan bahwa, pendidikan pada dasarnya adalah pendidikan keilmuan. Kurikulum yang dikembangkan dalam aliran esensialisme adalah kurikulum disiplin ilmu. Tujuan dari aliran esensialisme adalah menciptakan intelektualisme. Proses belajar-mengajar yang dikembangkan adalah siswa harus memiliki kemampuan penguasaan disiplin ilmu. Penerapan pembelajaran ini lebih banyak berperan pada guru jika dibandingkan dari siswa. Sekolah yang baik dalam pandangan filsafat esensialisme adalah sekolah yang mampu mengembangkan intelektualisme siswa. Implementasi mata pelajaran IPS menurut aliran esensialisme akan lebih menekankan IPS pada aspek kognitif (pengetahuan) jika dibandingkan dengan aspek afektif (sikap). Siswa belajar IPS akan lebih berorientasi pada pemahaman konsep-konsep IPS daripada penerapan materi yang ada pada IPS bagi kehidupan sehari-hari.

b.        Perenialsme
Perenialsme adalah aliran yang memandang bahwa sasaran yang harus dicapai oleh pendidikan adalah kepemilikan atas prinsip-prinsip tentang kenyataan, kebenaran dan nilai yang abadi, serta tidak terkait oleh ruang dan waktu. Dalam pandangan aliran Perenialisme kurikulum akan menjadi sangat ideologis karena dengan pandangan-pandangan ini menjadikan siswa atau peserta didik sebagai warga Negara yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diinginkan oleh Negara. Pandangan perenialisme lebih menekankan pada Transfer Budaya (transfer of culture), seperti dalam Implementasinya pada  kurikulum IPS yang bertujuan pada pengembangan dan pembangunan jati diri bangsa peserta didik dalam rangka menuju tercapainya  integrasi bangsa. Aliran ini juga dikenal menekankan pada kebenaran yang absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada ruang dan waktu, aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.

c.         Progresivisme
Progresivisme adalah aliran ini memandang bahwa sekolah memiliki tujuan yakni kecerdasan yang praktis dan membuat siswa lebih efektif dalam memecahkan berbagai masalah yang disajikan oleh guru atau pendidik. Masalah tersebut biasanya ditemukan berdasarkan pengalaman siswa. Pembelajaran yang harus dikembangkan oleh aliran Progresivisme adalah memperhatikan kebutuhan individual yang dipengaruhi oleh latar belakang sosial-budaya dan mendorong untuk berpartisipasi aktif sebagai warga Negara dewasa, terlibat dalam pengambilan keputusan, dan memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah pada kehidupan sehari-hari. Implementasi IPS dalam pandangan aliran filsafat Progresivisme adalah bagaimana mata pelajaran IPS mampu membekali  kepada siswa agar dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-harinya, misalnya kemiskinan, pengangguran, kebodohan, ketertinggalan, kenakalan remaja atau narkoba dan lainnya.

d.        Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah aliran ini berpendapat  bahwa sekolah harus diarahkan kepada pencapaian tatanan demokrasi yang mendunia. Aliran filsafat ini menghendaki agar setiap individu dan kelompok tanpa mengabaikan nilai-nilai masa lalu, mampu mengembangkan pengetahuan, teori, atau pandangan tertentu yang paling relevan dengan kepentingan mereka melalui pemberdayaan peserta didik dalam proses pembelajaran guna memproduksipengetahuan baru. Dalam pandangan aliran filsafat ini lebih menekankan agar siswa dalam pembelajaran mampu menemukan (inquiri), penemuan yang bersifat informasi baru bagi siswa berdasarkan bacaan yang ia lakukan. Pembelajaran lebih ditekankan pada proses bukan hasilnya. Aktivitas siswa menjadi perioritas utama dalam berlangsungnya pembelajaran. Dalam implementasi pembelajaran IPS, misalnya siswa mempelajari fakta-fakta disekelilingnya, berdasarkan fakta tersebut siswa menemukan definisi mengenai sesuatu, tanpa harus didefinisikan terlebih dahulu oleh guru. Misalnya dalam pelajaran ekonomi diperkenalkan adanya fakta orang-orang yang mekakukan kegiatan jual beli. Setelah melihat aktivitas orang-orang tersebut akhirnya siswa menemukan definisi mengenai penjualan, pembelian, penawaran, pasar, uang dan lainnya dalam aktivitas jual-beli. Dengan demikian guru tidak menjelaskan atau membuat definisi, tetapi dari fakta-fakta tersebut siswalah yang aktif melihat fakta dan dapat mendifinisikannya.[4]

B.       Perkembangan Pendidikan IPS Berdasarkan Posisi Kurikuler Sejak Kurikulum 1964 s.d. 2013
Bila dilihat pada kurikulum IPS jenjang pendidikan Sekolah Dasar:
1.        Kurikulum Tahun 1964 - 1968
Menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pendidikan di Indonesia, dengan nama Rencana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran yang menjadi cirinya adalah pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani. Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum ini merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen, bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan ketrampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.
Adapun sistem-sistem dalam penggunaan kurikulum 1964 – 1968 adalah sebagai berikut:
a.         Penataan materi kurikulum tampak berdiri sendiri (terpisah).
b.        Tidak merupakan korelasi, tetapi merupakan broad-field antara ilmu sejarah, ilmu bumi dan pengetahuan Kewarganegaraan. Kurikulum nama bidang studi ini adalah Pendidikan Kemasyarakatan. Sedangkan Kurikulum 1968 nama Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan.
c.         Kurikulum 1964 menggunakan pendekatan flashback (khususnya sejarah nasional: mulai dari bahan sejarah yang dekat dengan anak kemudian mundur kebelakang, ke masa lampau yang lebih jauh), sedangkan Kurikulum 1968 menggunakan pendekatan periodesasi.
d.        Kurikulum 1964 dan 1968 diajarkan sejak kelas 1.
e.         Dari segi tujuan kurikuler, kurikulum 1964 lebih menekankan unsur tujuan Pendidikan Kewargaan Negara / Moral. Pada Kurikulum 1968 unsur ini lebih menonjol.
f.         Kurikulum 1964 dan 1968 tujuan kurikuler tidak disusun perkelas.
g.        Kalau dibandingkan antara Kurikulum 1968 dengan Kurikulum 1964, maka tampak / kelihatan bahwa penataan Kurikulum 1964 sama dengan penataan Kurikulum 1968, yaitu berdiri sendiri secara terpisah atau merupakan broad – field antara ilmu sejarah, ilmu bumi dan Kewarganegaraan (Civics). Nama bidang studi ini dalam Kurikulum 1964 Pendidikan Kemasyarakatan. Pada Kurikulum 1964 dan Kurikulum 1968, IPS (dengan nama yang berbeda) diajarkan dengan nama yang berbeda dan diajarkan sejak kelas 1 SD.
h.        Dari segi materi, kurikulum 1964 terdiri dari 18 pokok Bahasan. Kurikulum 1968 terdiri dari 19 pokok bahasan.
i.          Kurikulum 1964 dan 1968, dari segi lingkup bhan pengajaran menggunakan pendekatan spiral yaitu pengajaran yang dimulai dari lingkungan terdekat dan sederhana sampai kepada lingkungan yang makin meluas dan kompleks.
j.          Pelaksanaan kurikulum sejak kurikulum 1964 dan 1968 dalam PBM, telah mengacu pada prinsip Cra Belajar Siswa Aktif (CBSA).[5]

2.        Kurikulum Tahun 1975 – 1986
a.         Materi Kurikulum 1979 masih tampak berdiri sendiri belum ada korelasi antara berbagai disipilin ilmu penunjangannya.
b.        Materi Kurikulum IPS 1986 ini ditata secara terpadu / terintegrasi. Untuk kurikulum 1986 ditambah Sosiologi dan Hukum.
c.         Kurikulum 1975 unsur pendidikan kewarganegaraan dalam IPS di posahkan dari IPS dan dijadikan bidang studi tersendiri dengan nama Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Sedangkan bidang studi IPS ini diajarkan mulai dari kelas III SD. Hal ini dilaksanakan agar materi tidak memberatkan anak kelas 1 dan 2 dan agar jumlah bidang studi dikelas 1 dan 2 tidak terlalu banyak.
d.        Sejarah setempat (lokal) tetap berada dalam IPS, namun sejarah nasional sub-studi tersendiri yang di ajarkan secara tersendiri mulai kelas IV SD meskipun tetap berada dlam kelompok bidang studi IPS.
e.         Kurikulum 1975 dan 1986 unsur tujuan Pendidikan Kewarganegaraan / moral terwadahi dalam studi PMP. Dari segi penyusunan tujuan Kurikulum tahun 1975,1986 tujuan kurikuler disusun perkelas. Perbedaan dalam Kurikulum 1975 ada 6 tujuan kurikuler untuk semua aspek dalam bidang studi IPS. Dalam hal ini termasuk Sejarah Nasional, sedangkan dalam kurikulum 1986 ada 4 tujuan kurikuler untuk IPS masing-masing satu tiap kelas.
f.         Dari segi lingkup bahan penjaran pada Kurikulum 1986 dan 1975 menggunakan pendekatan spiral.
g.        Kurikulum 1975 dan 1986, khusus untuk Sejarah Nasional menggunakan pendekatan periodesasi yaitu penyampaian pelajaran dimulai dari zaman kuno sampai dengan sejarah kontemporer masa sekarang. Khusus Kurikulum 1986 di batasi pada tonggak-tonggak peristiwa penting karena banyak materi Sejarah Nasional telah termuat dalam bidang studi Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB).
h.        Kurikulum 1975 ada 29 pokok Bahasan pada Kurikulum 1986 ada 39 Pokok Bahasan.
i.          Proses belajar mengajar, menganut pada prinsip Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Pada kurikulum 1986 padat dan sarat dengan materi sehingga kedalaman dan keluasan materi cenderung dibatasi.[6]

3.        Kurikulum Tahun 1994
a.         Materi Kurikulum IPS 1994 ditata secara lebih terpadu dan lebih sederhana dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya.
b.        Dilihat dari cakupan materi, terdiri dari pengetahuan sosial dan sejarah. Materi IPS ditata secara terpadu anatara pokok bahasan yang ditunjang oleh beberapa konsep yang bersasal dari berbagai ilmu atau disiplin ilmu sosial yaitu Geografi, Sejarah, Ekonomi, Lingkungan Hidup, Koperasi dan politik / pemerintah.
c.         Khusus materi Sejarah Nasional Walaupun merupakan sub bidang studi IPS. Namun disusun secara tersendiri  dan diajarkan secara tersendiri dan diajarkan secara tersendiri pula mulai dari kelas IV sampai kelas VI.
d.        Ditinjau dari tujuan kurikuler, kurikulum 1994 lebih menekankan kepada unsur tujuan pendidikan kewarganegaraan, terwadahi dalam bidang studi PMP/ PPKn.
e.         Kedalaman dan keluasaan materi diserahkan sepenuhnya kepada guru selaku pegembang kurikulum.
f.         Dari segi lingkup bahan pengajaran, Kurikulum 1994 tetap menggunakan pendekatan spiral (yakni pengajaran yang dimulai dari lingkungan terdekat dan sederhana sampai kepada lingkungan yang makin luas dan kompleks).
g.        Dalam proses belajar mengajar menggunakan prinsip Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

4.        Kurikulum Tahun 2004
a.         Kurikulum 2004 untuk Penggetahuan Sosial memuat materi Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan.
b.        Pengetahuan Sosial disatukan dengan Pendidikan Kewarganegaraan dipelajari siswa mulai dari kelas I sampai kelas IV SD.
c.         Pengetahuan Sosial, Sejarah dan Pendidikan Kewarganegaraan masuk ke dalam mata pelajaran Pengetahuan Sosial (IPS) diajarkan mulai kelas I sampai dengan kelas VI.
d.        Merupakan korelasi berbagai disiplin ilmu seperti Sosiologi, Antropologi, Sejarah, Ekonomi dan Koperasi, Geografi da Politik kenegaraan dan sebagainya, merupakan “broadfield” antatara Geografi, Sejarah, Ekonomi, dan Pengetahuan Kewarganegaraan.
e.         Dari strategi belajar mengajar sampai kepada pelaksanaannya, memberikan keluluasan kepada guru agar mau dan mampu menentukan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang dihadapi.
f.         Dari segi tujuan kurikuler untuk setiap kelas dari kelas I –VI masing-masing memiliki satu tujuan disebut Standar Kompetensi. Dari setiap standar kompetensi dikembangkan menjadi kompetensi dasar, hasil belajarindikator dan materi pokok.
g.        Dari kelas I sampai kelas VI SD terdapat 49 kompetensi dasar.
h.        Dari segi lingkup bahan pengajaran menggunakan pendekatan spiral, yaitu pendekatan pembelajaran dimulai dari lingkungan yang terdekat dan sederhana sampai kepada lingkungan yang makin luas dan kompleks.
i.          Untuk sejarah pendekatan yang digunakan bisa menggunakan periodesasi yaitu penyampaian bahan pelajaran dimulai dari zaman kuno sampai dengan sejarah kontenporer, bisa juga menggunakan pendekatan Flashback dimulai dengan zaman sekarang menuju zaman yang terjadi pada masa lalu.
j.          Pengembangan materi semakin sederhana dan terfokus kepada kompetensi yang harus dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan memberikan pengalaman-pengalamn belajar yang sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
k.        Materi yang disampaikan sedikan tetapi mendalam dan kontektual (perampingan materi dan lebih simpel), komoperhensif dan berkelanjutan.
l.          Mengutamakan hasil disamping proses agar siswa memiliki kompetensi yang memadai atas pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan tujuan yang telah digariskan dalam kurikulum dan dalam pembelajaran.
m.      Secara konseptual memberi ruang gerak kepada guru untuk mengemas dan mengembangkan materi pembelajaran yang berkualitas.
n.        Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan melalui pendekatan pendagogis dan psikologis secara seimbang (balance).
o.        Kurikulum Pendidikan IPS tahun 2004 dengan kurikulum 1994 hampir tidak jauh berbeda dimana keduanya memberikan peluang yang luas bagi guru sebagai pengembang kurikulum.
p.        Pengorganisaian materi menggunakan pendekatan kemasyarakatan yang semakin meluas yakni dimulai dari yang terdekat ke hal-hal yang lebih jauh (global).
q.        Materi ilmu-ilmu sosial diambil dalam kehidupan sehari-hari yang lansung dapat diamati dan dipahami siswa. Pengorganisasian materi dimulai dari lingkungan terdekat sampai pada lingkungan terjauh, yaitu dari lingkungan keluarga, tetangga,sekolah, masyarakat sekitar, Indonesia, dan dunia.
r.          Materi yang disampaikan sedikit tetapi medalam dan kontekstual (perampingan materi dan lebih simpel), komperhensif dan berkelanjutan.
s.         Mengutamakan kompetensi siswa yang memadai atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
t.          Merupakan pendekatan penguasaan kompetensi tertentu, memberi penekanan yang besar pada penguasaan kompetensi (skill) atau aspek psikomotor dibanding aspek pengetahuan (kognitif).
u.        Hasil kompetensi siswa secara kongrit berupa produk, proposal, fortofolio, dan karya.
v.        Dilihat dari aspek guru, guru dibebaskan dari tuntutan menyusun Prosedur Pengembangan Sistim Intruksional (PPSI). Guru bekerja secara mandiri dan tidak bergantung pada kurikulum, tetapi guru memiliki kreatuvitas dan fleksibel dalam  pembelajaran di kelasnya.
w.      Secara konseptual memberi ruang gerak kepada guru untuk mengemas dan mengembangkan materi pembelajaran secara berkualitas.
x.        Menggunakan multimedia, mltimetoda dan multi sumber serta evaluasi, sehingga diharapkan anak akan merasa senang belajar IPS.
y.        Penilaian menggunakan penilaian berbasis kelas yang diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator hasil belajar. Selain penilaian tertulis, dapat juga menggunakan penilaian berdasarkan perbuatan, penugasan dan produk atau portofolio.
Merujuk pada tuntutan Kurikulum Berbasis Kompetensi yaitu dengan menggunakan program “life skill” ini merupakan salah satu upaya untuk memberikan kecakapan bagi lulusan sekolah disemua jenjang pendidikan.
Dengan demikan, keberhasialn pelaksanaan proses pembelajarn IPS di SD banyak bergantung pada penguasaan guru dalam menentukan tehnik/strategi yang dapat memberi peluang kepada siswa melakukan latihan-latihan melalui proses berpikir.[7]

5.        Kurikulum Tahun 2006
Kurikulum 2006 atau dikenal dengan Model KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yakni model umum yang berisi kerangka acuan dan model kurikulum lengkap yang lansung diaplikasikan ke dalam satuan pendidikan. Kurikulum 2006 atau KTSP merupakan modifikasi dari model kurikulum yang sudah ada. Kurikulum ini memuat berupa standar isi dan standar kompetensi. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/diobservasikan untuk menunjukan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan mata pelajaran.
Adapun yang menjadi ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dapat dilihat pada tabel Aspek dan Sub Aspek Ilmu-ilmu Sosial di bawah ini:
Tabel Aspek dan Sub Aspek Ilmu-Ilmu Sosial
ASPEK
SUB ASPEK
1.      Sistem Sosial dan Budaya
Individu, Keluarga, dan Masyarakat
Sosiologi sebagai Ilmu dan Metode
Interaksi Sosial
Sosialisasi
Pranata Sosial
Struktur Sosial
Kebudayaan
Perubahan Sosial Budaya
2.      Manusia, Tempat, dan Lingkungan
Sistem Informasi Geografi
Interaksi Informasi Geografi
Interaksi Gejala Fisik dan Sosial
Struktur Internal Suatu Tempat/Wilayah
Interaksi Keruangan
Persepsi Lingkungan dan Kewajiban
3.      Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan
Berekonomi
Ketergantungan
Spesialisasi dan Pembagian Kerja
Perkoperasian
Kewirausahaan
Pengelolaan Keuangan Perusahaan
4.      Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
Dasar-dasar Ilmu Sejarah

Fakta, Peristiwa, dan Proses
Khusus melalui mata pelajaran IPS SD, merupakan standar kompetensi kecakapan hidup dan telah dibakukan dalam kurikulum 2006, meliputi:
a.         Kecakapan Personal
Kecakapan ini meliputi beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berfikir rasional, memahami diri sendiri,, percaya diri, bertanggung jawab untuk pembelajaran pribadi, dapat menghargai, dan menilai diri sendiri. Aspek akhlak mulia meliputi kemampuan pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan spriual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi sebagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
b.        Kecakapan Sosial
Kecakapan ini meliputi kompetensi bekerjasama dalam kelompok, menunjukkan tanggungjawab sosial, mengendalikan emosi, dan berinteraksi dalam masyarakat dan budaya lokal serta global. disamping itu siswa dapat meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap sportif, disiplin, kerja sama, dan hidup sehat.
c.         Kecakapan Intelektual
Kecakapan ini meliputi kompetensi menguasai pengetahuan, menggunakan metode dan penelitian ilmiah, bersikap ilmiah, mengembangkan kapasitas sosial dan berfikir strategis untuk belajar sepanjang hayat, serta berkomunikasi secara ilmiah. Disamping itu siswa dapat memperoleh kompetensi lanjut akan ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri dan berprilaku ilmiah yang kritis, kreatif, dan nilai-nilai untuk mengambil keputusan yang tepat.
d.        Kecakapan vokasional
Kecakapan ini berkaitan dengan suatu bidang kejuruan/keterampilan yang meliputi keterampilan funsional, keterampilan bermata pencahrian seperti menjahit, bertani, berternak, otomotif; keterampilan bekerja; kewirausahaan; dan keterampilan menguasai teknologi informasi dan komunikasi.
Sedangkan yang menjadi Standar Kompetensi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI, antara lain:
a.         Kemampuan memahami identitas diri dan keluarga, serta sikap saling menghormati daam kemajemukan keluarga.
b.        Kemampuan mengenal lingkungan rumah dan peristiwa penting di lingkungan keluarganya.
c.         Kemampuan memahami peristiwa penting dalam keluarga secara kronologis
d.        Kemampuan memahami kedudukan dan peran anggota keluarga
e.         Kemampuan mengenal lingkungan dan melaksankan kerjasama di sekitar rumah dan sekolah.
f.         Kemampuan memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang.
g.        Kemampuan memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
h.        Kemampuan memahami sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
i.          Kemapuan mendeskripsikan kejayaan masa lau,keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan  ekonomi di Indonesia.
j.          Kemampuan memahami perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan.
k.        Kemampuan memahami kenampakan alam dan keadaan sosial negara tetangga (Asia Tenggara), Asia, dan dunia.
l.          Kemampuan memahami peranan bangsa Indonesia di era globalisasi.
Ciri-ciri kurikulum 2006:
a.         ada kurikulum 2004 dinamakan Pengetahuan Sosial yang sudah terintegrasi dengan Bidang Studi PPKn atau disebut juga dengan Mata Pelajaran PKPS, sedangkan dalam kurikulum 2006 dinamakan Mata Pelajaran IPS (kembali lagi seperti pada Kurikulum 1994).
b.        Kurikulum 2006 merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksankan oleh masing-masing satuan pendidikan (sekolah)
c.         Sekolah/guru mempunyai kelulusan penuh untuk menjabarkan kompetensi menjadi beberapa indikator atau mengembangkan indikator sendiri.
d.        Kurikulumm 2006 bersifat memberi rambu-rambu untuk menentukan materi kemudian pendalaman dan keluasan materi sepenuhnya ditentukan oleh guru. Di sini aspirasi setempat (Muatan Lokal) dapat dituangkan.
e.         Lebih menuntut kreativitas sekolah/guru untuk menyusun model pendidikan yang sesuai dengan kondisi lokal.
f.         Bahan kajian IPS untuk kelas I sampai III tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi diintegrasikan (dipadukan) ke dalam mata pelajaran yang relevan secara tematis.
g.        Untuk kelas IV sampai dengan kelas VI, tema-tema yang telah ditetapkan seperti:
Kelas IV Semester 1, tema: “Alam dan Potensi Daerahku”
Semester 2, tema: “Kesejaahteraan Masyarakat Daerahku”
Kelas V Semester 1, tema: “Kejayaan Negeriku”
Semester 2, tema: “Tantangan Bangsaku”
Kelas VI Semester 1, tema: “Indonesia di Tengah-tengah Dunia”
Semester 2, tema: “Indonesia di Era Globalisai”
h.        Kurikulum IPS 2006 hanya memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan hasil belajar, indikator, dan materi tidak tercantum. Hal ini menuntut guru dapat secara mandiri untuk mengembangkan indikator sendiri.
i.          Metode mengajar, penilaian dan sarana pengajaran guru diharapkan dapar mandiri, mau dan mampu menentukan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang dihadapi.
j.          Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi. Guru hendaknya memberikan inspirasi kepada peserta didik untuk mengembangkan diri.
k.        Pengorganisasian materi menggunakan pendekatan kemasyarakatan yang meluas (expending community approach) yakni dimulai dari hal-hal yang terdekat dengan siswa (keluarga) ke hal yang lebih jauh (global).
l.          Pembelajaran dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan pendekatan terpadu (integrated approach) dan pendekatan belajar kontekstual untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, sikap, serta keterampilan sosial. Pendekatan tersebut menggunakan metode Inkuri, eksploratif, pemecahan masalah.
m.      Dalam pembelajarn Ilmu Pengetahuan Sosial perlu didikuti dengan Praktik Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Praktik belajar ini merupakan inovasi pembelajarn yang dirancang untuk membantu siswa agar memahami fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi melalui praktik belajar secara empirik, yang disebut dengan Praktik Kesadaran Lingkungan.
n.        Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat menggunakn berbagai media yang mempunyai potensi untuk menambah wawasan dan konteks belajar serta meningkatkan hasil belajar.
o.        Penilaian Berbasis Kelas dalam mata  pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diarahkan untuk mengukur pencapaian indikkator hasil belajar.
p.        Alokasi waktu tiap komoetensi dasar dapat diorganisasikan guru sesuai dengan alokasi yang diperlukan.[8]

6.        Kurikulum Tahun 2013
Salah satu ciri kurikulum 2013, khususnya untuk SD adalah bersifat tematik integratif. Dalam pendekatan ini, mata pelajaran IPA dan IPS sebagai materi pembahasan pada semua mata pelajaran. Prosesnya, tema-tema yang ada pada dua pelajaran itu diintegrasikan kedalam sejumlah mata pelajaran. Untuk IPA menjadi materi pembahasan pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan lain-lain. Untuk IPS menjadi materi pembahasan pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, dan lain-lain. Dalam Kurikulum 2013 memuat berupa kompetensi inti dan kompetensi dasar, antara lain:
a.         Kompetensi Inti
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills. Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (Kompetensi Inti 1), sikap sosial (Kompetensi Inti 2), pengetahuan (Kompetensi Inti 3), dan penerapan pengetahuan (Kompetensi Inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif.
b.        Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar SD/MI untuk setiap mata pelajaran mencakup mata pelajaran: Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Prakarya, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.[9]

C.      Perkembangan Posisi Kurikuler Pendidikan IPS Berdasarkan Muatan dan Kajian Pada Setiap Kurikulum
a.        Kurikulum Tahun 1964
Dalam stuktur pendidikan dasar tahun 1964 dikenal dengan adanya dua kelompok mata pelajaran yaitu kelompok dasar dan kelompok cipta. Kelompok dasar adalah kelompok yang terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dianggap paling dominan dalam mengembangkan kepribadian siswa dan siswi sesuai dengan kualitas yang diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional. Mata pelajaran kelompok dasar ini terdiri atas sejarah bangsa Indonesia dan geografi bangsa Indonesia. Kedua mata pelajaran ini merupakan atau memiliki peran penting dalam membina kualitas siswa dan siswi sebagaimana yang diharapkan, lebih-lebih dalam suasana kehidupan politik bangsa baru yang memerlukan adanya identitas bangsa yang kuat. Inti dari kelompok dasar adalah mengembangkan kepribadian siswa dan siswi sesuai kualitas yang dihaapkan dalam tujun pendidikan nasional. Mata pelajaraan kelompok cipta adalah kelompok mata pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat diluar wilayah geografis dunia. Kedua mata pelajaran ini merupakan ini merupakan bagian disiplin sejarah dan geogarafi yang mewakili pendidikan ilmu-ilmu social yang dimaksudkan dalam pembahasan ini. Kelompok cipta ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat diluar wilayah geografi Indonesia, sejarah dunia dan geografi dunia.[10]

b.        Kurikulum Tahun 1968
Dalam kurikulum tahun 1968 untuk pendidikan dasar dan menengah pendidikan ilmu sosial masih diwakili oleh pendidikan sejarah, geografi, dan ekonomi. Kedudukan pendidikan ilmu social dalam kurikulum 1968 tidak berubah dari kurikulum sebelumnya. Pendidikzn sejarah dan geografi Indonesia masih dalam pelajaran kelompok dasar, sedangkan ilmu social yang lain masuk dalam kelompok cipta atau khusus. IPS disaajikan secara terpisah.

c.         Kurikulum Tahun 1975
Kurikulum tidak dikembangkan oleh kementrian atau departemen pendidikan dan kebudayaan tetapi oleh suatu lembaga dibawah kementrian tersebut yang dinamakan pusat perkembangan kurikulum. Dalam kurikulum ini selain model pengembangan juga digunakan pula pendekatan pengembangan materi kurikulum yang berbeda dari kurikulum sebelumnya. Dalam kurikulum tahun 1975 dinyatakan bahwa IPS adalah paduan sejumlah mata pelajaran Ilmu sosial. Untuk IPS pada jenjang pendidikan dasar disebutkan bahwa materi pelajaran IPS ditunjang geografi dan kependudukan, sejarah dan ekonomi koperasi, sedangkan untuk menengah IPS mencakup geografi dan kependudukan, sejarah, antropologi budaya, ekonomi dan koperasi serta tata buku dan hitung dagang. Jadi orientasi pendidikan intinya mata pelajaran IPS masuk ke kurikulum 1975 masuk ke dalam SD/MI SMP/MTS.

d.        Kurikulum Tahun 1984
Kurikulum tahun 1984 merupakan penyempurnaan kurikulum tahun 1975 dalam kurikulum tahun 1984 nama IPS hanya digunakan untuk menyebutkan nama pelajaran pada jenjang pendidikan dasar MI/SD dan MTS/SMP sama seperti kurikulum 1975. Disiplin ilmu yang dimasukan dalam mata pelajaran IPS pada jenjang pendidikan  dasar (MTS/SMP) menjadi lebih luas seperti sosiologi, antropologi, hokum, politik, dijadikan materi baru bagi IPS. Maka dapat dikatakan bahwa kurikulum tahun 1984 untuk IPS lebih maju dibandingkan dengan dengan kurikulum1975 untuk jenjang pendidikan menegah nama IPS tidak lagi digunakan melainkan disiplin ilmu social itu sendiri, seperti diwakili mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, antropologi-sosiologi dan tata Negara. Di kurikulum 1984 ada kurikulum program inti dan program pilihan. Program inti :diberikan kepada semua siswa dan siswi. Program pilihan :hanya diberikan pada siswa jurusan tertentu untuk tingkat menengah atas. Sejarah, geografi, ekonomi, antropologi-sosiologi dan tata Negara tiap-tiap disiplin ilmu memiliki GBPP tersendiri.

e.         Kurikulum Tahun 1994
Dalam keputusan MENDIKBUD No 060/u/1993 disebutkan bahwa jenjang pendidikan dasar terdapat mata pelajaran yang disebut ilmu pengetahuan social (IPS) yang mencakup Ilmu Bumi sejarah(nasional dan umum) dan ekonomi. Demikaian juga kajian terhadap rancangan GBPP memperlihatkan bahwa pendidikan dasar pengajian yang integrative hanya berlaku untuk jenjang pendidikan dasar di tingkat SD/MI. Sedangkan untuk jenjang pendidikan dasar tingkat menengah MTs/SMP pendidikan disiplin ilmu terpisah merupakan suatu yang tetap dominan. Kurikulum 1994 meliputi geogrsfi, sejarah, dan ekonomi masing-masing mendapatkan jatah 2 jam pelajaran per minggu. Kondisi ideal mengajarkan IPS di MTs/SMP dan MA/SMA adalah setiap disiplin ilmu dalam IPS diajarkan oleh guru yang berbeda.

f.         Kurikulum Tahun 2004
Dalam kurikulum tahun 2004 pada pendidikan dasar dikenal dengan IPS, dengan disiplin ilmunya sejarah nasional, geografi, koperasai dan ilmu bumi. Pada tingkat menengah materi IPS sudah menjadi satuan terpisah yaitu sejarah, ekonomi dan geografi pada penilaiannya siswa dihadapkan dengan tiga kategori kognitif, afektif dan psikomotorik.

g.        Kurikulum Tahun 2006
Dalam kurikulum ini lingkup materinya hampir sama dengan kurikulum sebelumnya. Bentuk penilaiannya juga hamper sama. Pada kurikulum ini peserta didik diharuskan kritis, kreatif dan mampu memecahkan masalah, dan siswa diberi prosentasi 70% kreatifnya dan guru prosentasi hanya diberi 30%.[11]

h.        Kurikulum Tahun 2013
Lingkup kurikulum ini tidak lain adalah perilaku sosial, ekonomi, dan budaya manusia di masyarakat dalam konteks ruang dan waktu yang mengalami perubahan. Kurikulum ini menuntut pembelajaran IPS yang disampaikan secara terpadu. Dengan pembelajaran terpadu, dengan hal ini diharapkan pelajaran IPS lebih bermakna bagi peserta didik dalam konteks pembelajaran sehari-hari. Pembelajaran IPS merupakan keterpaduan dari materi geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi.







BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.        Faktor-faktor yang melatarbelakangi perkembangan kurikulum IPS di indonesia diantaranya adalah laju perkembangan pendidikan teknologi, dan budaya indonesia memerlukan kebijakan pendidikan pengajaran yang seirama dengan laju perkembangan tersebut hal ini bertujuan agar output pendidikan persekolahan benar-benar lebih relevan dengan tuntutan masyarakat yang ia akan menjadi bagiannya dan materi yang dimuat dalam kurikulum atau dipelajari peserta didik dapat bermanfaat.
2.        Perkembangan pendidikan IPS berdasarkan posisi kurikuler sejak kurikulum 1964 s.d. 2013 singkatnya yakni, mnjelang tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pendidikan di Indonesia, dalam hal ini pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani. Selanjutnya pada 1968 kurikulum mengalami pembaharuan dengan dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Sementara kurikulum 1979 masih tampak berdiri sendiri belum ada korelasi antara berbagai disipilin ilmu penunjangannya. Kemudian materi kurikulum IPS 1986 ini ditata secara terpadu, dan pada kurikulum ini dalam IPS ditambah Sosiologi dan Hukum. Pada 1994 materi IPS ditata secara lebih terpadu dan lebih sederhana dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya dan apabila dilihat dari cakupan materi, terdiri dari pengetahuan sosial dan sejarah. Kurikulum 2004 untuk Pengetahuan Sosial memuat materi Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan. Kurikulum 2006 atau merupakan modifikasi dari model kurikulum yang sudah ada. Kurikulum ini memuat berupa standar isi dan standar kompetensi. Dalam kurikulum 2013, mata pelajaran IPA dan IPS sebagai materi pembahasan pada semua mata pelajaran. Prosesnya, tema-tema yang ada pada dua pelajaran itu diintegrasikan kedalam sejumlah mata pelajaran.
3.        Perkembangan posisi kurikuler pendidikan IPS berdasarkan muatan dan kajian pada setiap kurikulum secara singkat yaitu, dalam stuktur pendidikan dasar tahun 1964 memuat mata pelajaran kelompok dasar yang terdiri atas sejarah bangsa Indonesia dan geografi bangsa Indonesia. Dalam kurikulum tahun 1968 untuk pendidikan dasar dan menengah pendidikan ilmu sosial masih diwakili oleh pendidikan sejarah, geografi, dan ekonomi. Dalam kurikulum tahun 1975 untuk IPS pada jenjang pendidikan dasar disebutkan bahwa materi pelajaran IPS ditunjang geografi dan kependudukan, sejarah dan ekonomi koperasi. Untuk kurikulum 1984 ini, disiplin ilmu yang dimasukan dalam mata pelajaran IPS pada jenjang pendidikan  dasar menjadi lebih luas seperti sosiologi, antropologi, hokum, politik, dijadikan materi baru bagi IPS. Pada 1994 untuk jenjang sekolah dasar meliputi geografi, sejarah, dan ekonomi masing-masing mendapatkan jatah 2 jam pelajaran per minggu. Dalam kurikulum tahun 2004 pada pendidikan dasar IPS mencakup sejarah nasional, geografi, koperasai dan ilmu bumi. Dalam kurikulum 2006 ini lingkup materinya hampir sama dengan kurikulum sebelumnya, hanya saja peserta didik diharuskan kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah. Sedangkan dalam kurikulum 2013 pembelajaran IPS merupakan keterpaduan dari materi geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi.

B.       Saran
Sehubungan dengan materi yang dibahas yakni perkembangan kurikulum IPS di Indonesia, menurut kelompok kami hendaknya pihak yang bertanggung jawab dalam pengembangan kurikulum IPS ini hendaknya lebih memperhatikan lagi keadaan sosial yang terjadi di masyarakat saat ini sehingga mereka bisa mengira-ngira mengenai apa yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini dalam kehidupan sosialnya sehingga pada pengembangan kurikulum selanjutnya bisa sesuai dengan apa yang ada di dalam masyarakat karena kurikulum ini merupakan acuan mengenai apa yang akan dipelajari oleh peserta didik sehingga bisa menjadi bekal ia kelak. Dan saran sehubungan dengan penyusunan kumpulan materi ini, tiada gading yang tak retak dengan kata lain kumpulan materi ini tak luput dari kekurangan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dari berbagai pihak demi lebih baiknya kumpulan materi ini.
























DAFTAR PUSTAKA

Aprilicilia, Gledys. https://gledysapricilia.wordpress.com/study/sejarah-perkembangan-kurikulum-di-indonesia/ (Diakses pada minggu 04 September 2016, pukul 18:35 WIB).
Basori, Hida Mujahida. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ekonomi-pembangunan/article/view/20697. (Diakses pada jum’at 30 September 2016, pukul 10.32 WIB).
Hariyanto. http://baranusapendidikan.blogspot.co.id/2013/09/perkembangan-ips.html (Diakses pada minggu 04 September 2016, pukul 11:07 WIB).
Ilmu Pengetahuan Sosial 1. https://mrcumlaude.files.wordpress.com/2010/10/ips-1-paket-3.pdf 10:59 (Diakses pada minggu 04 September 2016, pukul 10:59 WIB).
Komala. http://komalaps.blogspot.co.id/2014/09/perkembangan-kurikulum-ips.html (Diakses pada minggu 04 September, 2016 pukul 13:30 WIB).
Nursobah, Ahmad. http://cobah-ajah.blogspot.co.id/2012/04/perkembangan-posisi-kurikulum-ips-di.html (Diakses pada minggu 04 September 2016, pukul 13:31 WIB).
Panreppi. http://long-visit.blogspot.co.id/2012/07/perkembangan-pendidikan-ilmu.html  (Diakses pada minggu 04 September 2016, pukul 13:37 WIB).
Sholika, Milatus Yuni. http://yunimilatussholikha.blogspot.co.id/2014/12/1_2.html (Diakses pada minggu 04 September 2016 Pukul 14:01 WIB).
Yani, Mad. http://adlilfirdaus.blogspot.co.id/2013/01/makalah-kurikulum-pendidikan-ips.html (Diakses pada minggu 04 September 2016, Pukul 13:34 WIB).


[1] Yuni Milatus Sholika. http://yunimilatussholikha.blogspot.co.id/2014/12/1_2.html (Diakses pada minggu 04 September 2016, pukul 14:01 WIB).
[2] Hariyanto. http://baranusapendidikan.blogspot.co.id/2013/09/perkembangan-ips.html (Diakses pada minggu 04 September 2016, pukul 11:07 WIB)           
[3] Ilmu Pengetahuan Sosial 1. https://mrcumlaude.files.wordpress.com/2010/10/ips-1-paket-3.pdf 10:59 (Diakses pada minggu 04 September 2016, pukul 10:59 WIB).

[4] Mad Yani. http://adlilfirdaus.blogspot.co.id/2013/01/makalah-kurikulum-pendidikan-ips.html (Diakses pada minggu 04 September 2016, pukul 13:34 WIB)
[5]Gledys Aprilicilia. https://gledysapricilia.wordpress.com/study/sejarah-perkembangan-kurikulum-di-indonesia/ (Diakses Pada Hari Minggu, 04 September 2016 Pukul 18:35 WIB).
[6]
[7] Panreppi. http://long-visit.blogspot.co.id/2012/07/perkembangan-pendidikan-ilmu.html  (Diakses pada minggu 04 September 2016, pukul 13:37 WIB).
[8] Hida Mujahida Basori. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ekonomi-pembangunan/article/view/20697. (Diakses pada jum’at 30 September 2016, pukul 10.32 WIB).
[9] Komala. http://komalaps.blogspot.co.id/2014/09/perkembangan-kurikulum-ips.html (Diakses pada minggu 04 September, 2016 pukul 13:30 WIB).
[10] Ahmad Nursobah . http://cobah-ajah.blogspot.co.id/2012/04/perkembangan-posisi-kurikulum-ips-di.html (Diakses pada minggu 04 September 2016, pukul 13:31 WIB)
[11] http://cobah-ajah.blogspot.co.id/2012/04/perkembangan-posisi-kurikulum-ips-di.html (Diakses pada minggu 04 September 2016, pukul 13:31 WIB)
 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar