Sabtu, 15 September 2018

BAHASA INDONESIA: Makalah Keterampilan Mendengarkan (Semester 3)


KETERAMPILAN MENDENGARKAN
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia
Yang dibina oleh Elen Nurjanah, M.Pd.








Disusun Oleh:
Kelompok 7
1.        Risma Nur Izzati                   (17205153002)
2.        Tria Anggari Saputri              (17205153009)
3.        Retno Damayanti                  (17205153022)
4.        Miftah Adhani                      (17205153037)




JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
Oktober 2016



KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt.yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta  salam  semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad saw.dan semoga kita akan selalu mendapat syafaatnya baik didunia maupun di akhirat kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya  penulis dapat  menyusun makalah ini untuk memenuhi  tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang berjudul KETERAMPILAN MENDENGARKAN.
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak penulisan makalah ini tidak mungkin terlaksana dengan baik. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.        Dr. Mafthukin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di IAIN Tulungagung ini,
2.        Elen Nurjanah, M.Pd.  selaku Dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah membimbing dan mengarahkan kami dengan sabar agar mempunyai pemahaman yang benar mengenai mata kuliah ini,
3.        Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membuahkan ilmu yang maslahahfiidinniwadunyawalakhirah.

Tulungagung, 10 Oktober 2016



      Penulis


DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang..................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.       Tujuan Pembahasan.............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A.      Pengertian Mendengarkan.................................................................... 3
B.       Tujuan Mendengarkan.......................................................................... 5
C.       Prinsip Keterampilan Mendengarkan.................................................... 7
D.      Prosedur Keterampilan Mendengarkan................................................ 8
E.       Jenis-jenis Keterampilan Mendengarkan.............................................. 9
F.        Media yang Tepat dalam Proses Pembelajaran
Keterampilan Mendengarkan................................................................ 16
G.      Penilaian Pembelajaran Keterampilan Mendengarkan.......................... 17
H.      Faktor Pendorong Keefektifan Keterampilan Mendengarkan...............23    

BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan........................................................................................... 29
B.       Saran..................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 31






BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Komunikasi merupakan kunci paling penting dalam membina hubungan antar individu. Komunikasi yang efektif sangat bergantung pada keterampilan seseorang dalam mengirim maupun menerima pesan. Pesan dapat kita terima tentunya melalui kegiatan mendengarkan, dan apa yang kita bicarakan tentunya berasal dari informasi yang kita dapat melalui indera pendengaran untuk kemudian akan di transfer menuju otak. Keterampilan mendengarkan seharusnya diiringi dengan keterampilan bertanya dalam komunikasi yang aktif. Seringkali di dalam kegiatan belajar mengajar sebagai peserta didik khususnya, kita hanya terkungkung pada keterampilan mendengarkan yang  tidak efektif karena mendengarkan cenderung dianggap sebagai formalitas saja, masuk telinga kanan keluar telinga kiri, tanpa memahami apa tujuan dibalik kegiatan mendengarkan itu sendiri.
Kegiatan mendengarkan yang kita lakukan di dalam kegiatan belajar mengajar selama ini hanya terbatas pada kegiatan murni mendengarkan, tidak didukung dengan aspek keterampilan bertanya yang sebenarnya berguna untuk menggali penjelasan secara tuntas apa yang belum kita pahami. Jangankan bertanya, terkadang kita tidak mengerti sama sekali apa yang kita dengarkan dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. Entah hal tersebut terjadi karena kurangnya keterampilan mendengarkan yang kita miliki atau karena faktor lain semisal faktor yang datang dari pendidik yang kurang memperhatikan cara penyampaian informasi atau materi sehingga terkesan membosankan, atau hal lain. Oleh karena itu, untuk mengatasi segala problema yang timbul terkait dengan keterampilan mendengarkan, kelompok kami akan membahas segala hal yang perlu kita perhatikan dan pahami dalam keterampilan mendengarkan.


B.       Rumusan Masalah
1.        Bagaimana pengertian mendengarkan?
2.        Bagaimana tujuan mendengarkan?
3.        Bagaimana prinsip keterampilan mendengarkan?
4.        Bagaimana prosedur keterampilan mendengarkan?
5.        Bagaimana jenis-jenis keterampilan mendengarkan?
6.        Bagaimana media yang tepat dalam proses pembelajaran keterampilan mendengarkan?
7.        Bagaimana penilaian pembelajaran keterampilan mendengarkan?
8.        Bagaimana faktor pendorong keefektifan keterampilan mendengarkan?

C.      Tujuan Pembahasan
1.        Untuk menjelaskan pengertian mendengarkan.
2.        Untuk menjelaskan tujuan mendengarkan.
3.        Untuk menjelaskan prinsip keterampilan mendengarkan.
4.        Untuk menjelaskan prosedur keterampilan mendengarkan.
5.        Untuk menjelaskan jenis-jenis keterampilan mendengarkan.
6.        Untuk menjelaskan media yang tepat dalam proses pembelajaran keterampilan mendengarkan.
7.        Untuk menjelaskan penilaian pembelajaran keterampilan mendengarkan.
8.        Untuk menjelaskan faktor pendorong keefektifan keterampilan mendengarkan.









BAB II
PEMBAHASAN


A.      Pengertian Mendengarkan
Sebelum mempelajari mengenai segala hal yang berkaitan dengan keterampilan mendengarkan, alangkah lebih baiknya bagi kita untuk mempelajari apa yang dimaksud dengan mendengarkan itu sendiri. Selama ini istilah mendengar, mendengarkan, dan menyimak sering dianggap sama. Padahal ketiga kegiatan tersebut walaupun nampaknya serupa tapi tidaklah sama. Peristiwa mendengar biasanya terjadi secara kebetulan, tiba-tiba, dan tidak terduga sebelumnya. Terkadang apa yang kita dengar mungkin tidak kita mengerti maknanya dan mungkin pula tidak menjadi perhatian sama sekali. Suara yang kita dengar ibarat masuk telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. Hal ini terbukti dari reaksi pendengar yang bersangkutan. Sementara itu mendengarkan setingkat lebih tinggi tarafnya dari mendengar. Bila dalam mendengar belum ada faktor kesengajaan, maka dalam mendengarkan faktor kesengajaan sudah ada. Tetapi faktor pemahamannya masih mungkin tidak ada karena hal tersebut belum menjadi tujuan. Dalam hal ini, mendengarkan sudah mencakup mendengar. Diantara ketiga istilah tadi, taraf tertinggi diduduki oleh istilah menyimak. Dalam menyimak sudah ada faktor kesengajaan. Faktor pemahaman merupakan unsur utama dalam kegiatan menyimak. Maka dalam hal ini mendengar dan mendengarkan sudah tercakup dalam kegiatan menyimak.[1]
Untuk lebih jelasnya, berikut ini kami paparkan mengenai definisi mendengarkan dipandang dari kacamata para ahli dan berbagai sumber:



1.        Menurut Burhan
Mendengarkan adalah suatu proses menangkap, memahami, dan mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.

2.        Menurut Tarigan
Tarigan mengemukakan ada dua definisi mengenai mendengarkan yakni:
a.         Mendengarkan adalah proses menangkap bunyi bahasa dengan disengaja tetapi belum memahami.
       Contoh: Putri sedang belajar di kamar, saya mendengarkan lagu kesenangan saya yang disiarkan melalui radio. Kemudian, saya sejenak berhenti belajar untuk menikmati lagu tersebut sampai selesai. Setelah selesai, saya melanjutkan belajar kembali.
b.        Mendengarkan adalah proses menangkap bunyi bahasa yang direncanakan dengan penuh perhatian, dipahami, diinterpretasi, diapresiasi,  dievaluasi, ditanggapi, dan ditindaklanjuti.
       Contoh:  Setiap hari Selasa pukul 18.30 WIB, Ani mendengarkan siaran pembinaan bahasa Indonesia yang disiarkan melalui TVRI. Sebelum siaran dimulai, Ani menyiapkan buku dan pulpen untuk mencatat hal-hal yang saya anggap penting. Saat siaran berlangsung, sesekali Ani mencatat dan mengangguk-anggukan kepala, itu merupakan sebuah isyarat bahwa Ani memahami pembicaraan yang berlangsung. Setelah selesai, Ani merasa puas bahwa persoalan yang Ani hadapi selama ini telah terjawab.

3.        Menurut Sasmita
Mendengarkan adalah suatu proses menangkap, memahami, dan mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.


4.        Menurut Meity Taqdir Qodratillah
Mendengarkan adalah mendengar sesuatu secara sungguh-sungguh, memasang telinga baik-baik untuk mendengar, memperhatikan, mengindahkan, menurut nasihat dan bujukan.

5.        Menurut KBBI
Mendengarkan adalah mendengar akan sesuatu dengan sungguh-sungguh.[2]

Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mendengarkan mempunyai beberapa pengertian. Hal ini dapat diketahui melalui penilaian setelah pembicaraan selesai. Tapi yang pasti, dalam kegiatan belajar mengajar mendengarkan mempunyai pengertian sebagai suatu proses menangkap bunyi bahasa yang direncanakan, untuk kemudian dipahami, ditanggapi, dievaluasi, dan ditindaklanjuti informasi ataupun pengetahuan yang kita dapat dari proses menangkap bunyi bahasa tadi.

B.       Tujuan Mendengarkan
Apapun yang kita lakukan dalam mendengarkan tentu pada akhirnya kita akan memperoleh informasi yang bentuknya bisa saja informasi yang kita dapat  berupa hal yang baru ataupun sekedar mengingat kembali karena sudah kita ketahui. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berinteraksi, ada pembicara dan ada pula pendengarnya. Dalam mendengarkan, seseorang selalu mempunyai tujuan. Tarigan mengemukakan ada beberapa tujuan dari mendengarkan, yakni sebagai berikut:
a.         Untuk memperoleh informasi yang ada hubungan  dengan profesi.
b.        Agar menjadi lebih efektif dalam berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
c.         Untuk mengumpulkan data dalam membuat keputusan.
d.        Memberikan respon yang tepat.
e.         Untuk memperoleh pengetahuan atau mendengarkan untuk belajar. Hal ini didapatkan dari narasumber langsung atau melalui media audiovisual.
f.         Menikmati keindahan audio, hal ni didapatkan dari apa yang diperdengarkan atau dipagelarkan.
g.        Mengevaluasi.
h.        Dalam mengevaluasi, para penyimak ingin mengevaluasi apa yang disimak itu benar, tidak benar, jelek, logis, dan tidak logis.
i.          Mengapresiasi bahan yang diperdengarkan.
j.          Membedakan bunyi-bunyi, biasanya ketika orang belajar bahasa asing.
k.        Memecahkan masalah, dalam hal ini biasanya pendengar mempunyai masalah yang sedang dihadapi.
l.          Untuk meyakinkan informasi yang sebelumnya dia telah dapatkan ataupun meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan.[3]

Dari uraian di atas   dapat disimpulkan bahwa tujuan mendengarkan dari maing-masing individu tidaklah sama, hal ini sangat tergantung dengan apa yang dibutuhkan oleh masing-masing individu tersebut, mulai dari untuk memperoleh informasi  sampai pada untuk mendapatkan solusi atas pemecahan masalah. Dalam kegiatan belajar mengajar khususnya, biasanya peserta didik melakukan kegiatan mendengarkan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan dari sang guru akan materi yang dipelajari. Maka dari itu kegiatan mendengarkan dalam hal ini, perlu mendapatkan perhatian khusus agar kita sebagai peserta didik tidak sebatas memperoleh informasi atau pengetahuan secara mentah tanpa memahami maksud dari pengetahuan atau informasi yang kita dapatkan tersebut.



C.      Prinsip Keterampilan Mendengarkan
Dalam hal ini, ada beberapa prinsip keterampilan mendengarkan yang harus diketahui oleh kita semua sebagai calon pendidik. Adapun prinsip-prinsip keterampilan mendengarkan yaitu:
1.        Mendengarkan merupakan mengidentifikasi bunyi, kata, frase, dan kalimat dari bahasa yang diujarkan.
2.         Mendengarkan merupakan membedakan bunyi dengan bunyi yang lain, satu kata dengan kata yang lain, satu kalimat dengan kalimat yang lain, dan satu paragraf dengan paragraf yang lain, serta satu wacana dengan wacana yang lain.
3.        Mendengarkan merupakan kemampuan memahami pesan dan informasi yang disampaikan dengan meninggalkan hal-hal  yang tidak relevan dan mubazir dalam penyimakan.
4.        Mendengarkan berarti  menentukan mana yang penting, serta menyeleksi mana yang bermakna dan mana yang tidak bermakna.
5.        Mendengarkan berhubungan erat dengan mengingat dan mempertahankan ingatan.
6.        Mendengarkan memerlukan pemahaman dengan kemampuan mengidentifikasi, membedakan komponen-komponen yang bermakna dalam ujaran.[4]

Dari uraian  prinsip-prinsip di atas, dalam mendengarkan, pendidik juga harus memahami bahwa dalam kegiatan mendengarkan dilandasi oleh tiga hal yaitu:
1.        Mempunyai alasan tertentu
Dalam mendengarkan seseorang ada yang ingin tahu apa yang akan disampaikan, ingin menambah ilmu pengetahuan, atau mendapatkan informasi yang diperlukan.

2.        Ingin memahami apa yang disimaknya
Dalam proses mendengarkan hal yang paling penting adalah berkonsentrasi agar suatu pembicaraan dapat dipahami dengan baik.

3.        Hasil yang diharapkan
Dalam kegiatan mendengarkan, proses yang paling akhir yang diharapkan adalah hasil dari mendengarkan. Tujuannya adalah untuk menambah ilmu dan pengalaman agar apa yang didapatkan dapat disampaikan pada orang lain atau menambah wawasan untuk diri kita sendiri.[5]

Dalam keterampilan berbahasa, untuk mendengarkan dengan baik, siswa harus mempelajari tata bahasa, kosa kata, serta ungkapan. Selain itu  siswa juga harus dapat  menggunakan bahasa sesuai dengan situasi dan kondisinya. Hal lain yang perlu diperhatikan oleh pendidik adalah, dalam hal ini siswa harus dilatih mendengarkan secara efektif yaitu mendengarkan dengan cara memahaminya, menginterpretasikan, mengevaluasi, memberi respon, serta menanggapinya  karena dengan menerapkan hal tersebut maka proses pemahaman informasipun akan tercapai.

D.      Prosedur Keterampilan Mendengarkan
Ada beberapa prosedur yang musti kita perhatikan dalam mendengarkan. Prosedur ini, sangat berpengaruh pada hasil dan  tujuan akhir dalam kegiatan mendengar itu sendiri. Hal ini nantinya akan menentukan apakah si pendengar memahami apa yang telah disampaikan. Di bawah ini, terdapat beberapa prosedur yang musti kita jalani dalam keterampilan mendengarkan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.        Mendengarkan
Pada tahap ini, pendidik mulai membicarakan atau menyampaikan isi materi. Disini peserta didik mulai menangkap bunyi yang kita sampaikan (mendengarkan). Maka penangkapan bunyi peserta didik inilah yang disebut dengan mendengarkan atau biasa disebut dengan tahap hearing. Disini hendaknya kita sebagai pembicara harus berusaha semaksimal mungkin agar peserta didik tidak bosan dalam mendengarkan materi yang kita sampaikan. Kosa kata yang kita pakai pun sebaiknya tidak berbelit-belit, hal ini bertujuan agar pada tahap berikutnya peserta didik dapat mudah memahami apa yang telah didengarnya.

b.        Memahami
Setelah proses mendengarkan bahan materi yang  disampaikan, maka isi pembicaraan tadi perlu dimengerti atau dipahami dengan baik. Tahap ini disebut tahap understanding.

c.         Menginterpretasi
Pendengar yang baik, cermat, dan teliti belum puas kalau hanya mendengarkan dan memahami isi ujaran sang pembicara tetapi ada keinginan untuk menafsirkan atau menginterpretasikan isi yang tersirat dalam ujaran, tahap ini disebut dengan tahap interpreting.

d.        Mengevaluasi
Mengevaluasi merupakan tahap terakhir dalam kegiatan mendengarkan. Pendengar menerima pesan, ide, dan pendapat yang disampaikan oleh pembicara maka pendengar pun pada tahap terakhir ini menanggapi isi dari pembicaraan tadi. Tahap ini disbut dengan tahap evaluating.[6]

E.       Jenis-jenis Keterampilan Mendengarkan
Dalam keterampilan mendengarkan, semua kegiatan yang dilakukan mempunyai jenis dan ini dapat digolongkan berdasarkan situasinya. Secara garis besar, keterampilan mendengarkan dibagi menjadi dua jenis yaitu keterampilan mendengarkan ekstensif dan keterampilan mendengarkan intensif. Kedua jenis keterampilan mendengarkan ini sangatlah berbeda dan perbedaan itu tampak dalam prosesnya. Adapun penjelasan mengenai keduanya adalah sebagai berikut:
1.        Keterampilan Mendengarkan Ekstensif
Keterampilan mendengarkan ekstensif ialah proses mendengarkan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Ada beberapa jenis kegiatan dalam keterampilan mendengarkan ekstensif, yakni:
a.        Mendengarkan Sekunder
Mendengarkan sekunder terjadi secara kebetulan, misalnya seorang pembelajar sedang membaca di kamar, ia juga dapat mendengarkan percakapan orang lain, suara siaran radio, suara TV, dan sebagainya. Suara tersebut sempat terdengar oleh pembelajar tersebut, namun ia terganggu oleh suara tersebut.

b.        Mendengarkan Sosial
Mendengarkan sosial dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, dan sebagainya. Kegiatan ini lebih menekankan pada faktor status sosial, dan tingkatan dalam masyarakat.

c.         Mendengarkan Estetika
Mendengarkan estetika sering disebut juga sebagai mendengarkan apresiatif. Mendengarkan estetika ialah kegaiatan mendengarkan untuk menikmati dan menghayati sesuatu, misalnya: mendengarkan pembacaan puisi, mendengarkan rekaman drama, mendengarkan cerita, mendengarkan syair lagu, dan sebagainya.


d.        Mendengarkan Pasif
Mendengarkan pasif ialah mendengarkan suatu bahasa yang dilakukan tanpa upaya sadar, misalnya: dalam kehidupan sehari-hari sewaktu kecil dahulu pertama-tama kita mendengarkan bahasa daerah yang diucapkan oleh orang tua kita setiap harinya, setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun kita sudah mahir menggunakan bahasa daerah. Kemahiran menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan tanpa sengaja dan tanpa sadar. Meski begitu, pada akhirnya kita dapat menggunakan bahasa daerah dengan baik.[7]

2.        Keterampilan Mendengarkan Intensif
Keterampilan mendengarkan intensif merupakan kegiatan mendengarkan yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Dalam mendengarkan intensif ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu ciri mendengarkan intensif dan jenis-jenis mendengarkan intensif.
a.        Ciri-ciri Keterampilan Mendengarkan Intensif
Dalam mendengarkan intensif ada beberapa ciri yang harus diperhatikan yaitu:
1)        Mendengarkan intensif adalah mendengarkan pemahaman
Pemahaman ialah suatu aspek pikiran tentang suatu objek. Pemahaman merupakan hasil dari proses memahami terhadap suatu bahan yang didengarkan. Siswa dikatakan memahami objek jika ia telah menguasai seluruh objek itu. Pada dasarnya orang melakukan kegiatan mendengarkan intensif bertujuan untuk memahami makna bahan yang disimak dengan baik. Hal ini berbeda dengan mendengarkan ekstensif yang lebih menekankan pada hiburan, kontak sosial, dan sebagainya. Mendengarkan intensif prioritas utamanya adalah memahami makna pembicaraan.

2)        Mendengarkan intensif memerlukan konsentrasi tinggi
Konsentrasi ialah memuaskan semua perhatian baik pikiran, perasaan, ingatan dan sebagainya kepada suatu objek. Dalam mendengarkan intensif diperlukan oemusatan pikiran terhadap bahan yang didengar. Agar mendengarkan dapat  dilakukan dengan konsentrasi yang tinggi, maka perlu dilakukan dengan beberapa cara yakni: menjaga pikiran agar tidak terpecah, perasaan tenang dan tidak bergejolak, perhatian terpusat pada objek yang sedang didengarkan, pendengar harus mampu menghindari berbagai hal yang dapat mengganggu kegiatan mendengarkan, baik internal maupun eksternal.

3)        Mendengarkan intensif ialah memahami bahasa formal
Bahasa formal ialah bahasa yang digunakan dalam situasi formal (resmi), semisal: ceramah, diskusi, temu ilmiah, dan sebagainya. Bahasa yang digunakan pada kegiatan tersebut adalah bahasa resmi atau bahasa baku yang lebih menekankan pada makna.

4)        Mendengarkan intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan
Reproduksi ialah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang telah dipahami. Untuk membuat reproduksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: tulis (menulis, mengarang) dan lisan (berbicara). Reproduksi dilakukan setelah mendengarkan. Fungsi reproduksi antara lain: mengukur kemampuan integratif antara mendengarkan dengan berbicara, untuk mengukur kemampuan integratif  antara mendengarkan dengan menulis atau mengarang, mengetahui kemampuan daya serap siswa, dan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang bahan yang telah disimak.[8]

b.        Jenis-jenis Keterampilan Mendengarkan Intensif
Jenis-jenis keterampilan mendengarkan intensif diantaranya adalah sebagai berikut:
1)        Mendengarkan Kritis
Mendengarkan kritis ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan penilaian secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran, dan kelebihan, serta kekurangan-kekurangannya. Hal-hal yang diperhatikan dalam mendengarkan kritisd diantaranya:
a)        Mengamati ketepatan ujaran pembicara.
b)        Mencari jawaban atas pertanyaan “mengapa mendengarkan?.
c)        Dapatkah mendengarkan membedakan antara fakta dan opini dalam mendengarkan.
d)       Dapatkah menjawab mengambil kesimpulan dari hasil mendengarkan.
e)        Dapatkah penyimak menafsirkan makna idiom, ungkapan, dan majas dalam kegaiatan mendengarkan.[9]

2)        Mendengarkan Konsentratif
Mendengarkan konsentratif ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi yang diperdengarkan. Kegiatan mendengarkan konsentratif bertujuan untuk:
a)        Mengikuti petunjuk-petunjuk, misalnya petunjuk untuk mengisi formulir pendaftaran.
b)        Mencari hubungan antarunsur dalam mendengarkan, misalnya: unsur-unsur dalam bahasa.
c)        Mencari hubungan kuantitas dan kualitas dalam suatu komponen.
d)       Mencari hal-hal penting dalam kegiatan mendengarkan.
e)        Mencari urutan penyajian dalam bahan mendengarkan.
f)         Mencari gagasan utama dari bahan yang telah didengarkan.

3)        Mendengarkan Eksploratif
Mendengarkan eksploratif ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk mendapatkan inormasi baru. Pada akhir kegiatan mendengarkan, pendengar biasanya dapat menemukan gagasan baru, menemukan informasi baru dan informasi tambahan dari bidang tertentu, menemukan topik-topik baru yang dapat dikembangkan pada masa yang akan datang, dan menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru.

4)        Mendengarkan Interogatif
Mendengarkan interogatif ialah kegiatan mendengarkan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut. Kegiatan mendengarkan interogatif bertujuan untuk:
a)        Mendapatkan fakta-fakta dari pembicara.
b)        Mendengarkan gagasan baru yang dapat dikembangkan menjadi sebuah wacana yang menarik.
c)        mendapatkan informasi apakah bahan yang telah disimak itu asli atau tidak.[10]

5)        Mendengarkan Selektif
Mendengarkan selektif ialah kegiatan mendengarkan pasif yang dilakukan secara selektif dan berfokus untuk mengenal bunyi-bunyi asing, nada dan suara, bunyi-bunyi homogen, kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat, dan bentuk-bentuk bahasa yang sedang dipelajari. Mendengarkan selektif mempunyai ciri tertentu sebagai pembeda dengan kegiatan mendengarkan yang lain. Adapun ciri mendengarkan selektif ialah:
a)        Mendengarkan dengan seksama untuk menentukan pilihan pada bagian tertentu yang diinginkan.
b)        Mendengarkan dengan memperhatikan topik-topik tertentu.
c)        Mendengarkan dengan memusatkan pada tema-tema tertentu.

6)        Mendengarkan Kreatif
Mendengarkan keratif ialah kegaiatan mendengarkan yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas belajar. Kreativitas penyimak dapat dilakukan dengan cara:
a)        Menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau daerah, misalnya: bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan sebagainya.
b)        Pendengar dapat mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara, namun menggunakan struktur dan pilihan kata yang berbeda.
c)        Pendengar dapat merekonstruksi pesan yang telah disampaikan penyimak.
d)       Pendengar dapat menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat berdasar materi yang telah disimak.[11]


F.       Media yang Tepat dalam Proses Pembelajaran Keterampilan Mendengarkan
Media secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut AECT “Association for Education and Comunication” media adalah segala bentuk yang di gunakan untuk proses penyaluran informasi. Di dalam bahasa Arab, media pembelajaran disebut al-mu’ayyanat al-sam’iyyah al-bashariyyah, yaitu alat pandang dengar. Dengan kata lain, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan kesan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada dirinya.[12]
Sedangkan yang dimaksud dengan media pembelajaran keterampilan mendengarkan adalah suatu media yang digunakan sebagai alat perantara atau pengantar dalam proses mendengarkan dengan penuh pemahaman, apresiasi dan evaluasi agar peserta didik dapat dengan mudah dalam mencerna atau memahami kata atau kalimat yang diujarkan. Adapun media yang biasanya digunakan dalam proses pembelajaran keterampilan mendengarkan diantaranya adalah:
a.        Compact Disk (CD)
Compact disk merupakan media yang sangat tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran keterampilan mendengarkan, karena benda ini dapat diisi dengan beberapa bentuk software sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh guru. Sebagai contoh materi pembelajaran mendengarkan yang dapat dimasukkan kedalam media ini seperti, video, film, drama, pidato, iklan, lagu-lagu, atau bentuk siaran lain.

b.        Casset Recorder
Casset recorder merupakan media yang sudah lama digunakan dalam pembelajaran keterampilan mendengarkan, akan tetapi media ini hanya terbatas untuk materi-materi tertentu tidak sefleksibel compact disk. Kekurangan media ini tidak dapat menampilkan dalam bentuk gambar.

c.         Peragaan
Peragaan merupakan media yang dapat membantu siswa dalam memahami teks yang didengar siswa, disamping itu dapat pula memberikan penguatan terhadap makna yang terkandung dalam teks tersebut. Peragaan disini berkedudukan sebagai media pendukung, yang dimaksud peragaan disini adalah: gerakan badan, isyarat, mimik wajah atau bentuk yang lainnya semisal alat peraga untuk mendukung penokohan dalam cerita misalnya.[13]

G.      Penilaian Pembelajaran Keterampilan Mendengarkan
Penilaian merupakan suatu proses memberikan atau menentukan nilai suatu objek tertentu berdasarkan suatu kriteria penilaian tertentu. Sementara itu, penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa. Pembelajaran keterampilan mendengarkan dapat dikatakan baik dan ideal jika pendengar dapat memperoleh informasi secara utuh dan memahaminya. Pemerolehan informasilah yang menjadi sasaran tujuan pembelajaran mendengarkan. Di dalam keterampilan mendengarkan terdapat tiga unsur pembelajaran yaitu kebahasaan, pemahaman, dan ingatan. Kebahasaan berkaitan dengan pengetahuan tentang gejala fonetik, kosakata, dan struktur. Sedangkan yang dimaksud dengan pehamahaman disini adalah pemahaman terhadap bahan yang didengarkan. Dan yang dimaksud dengan ingatan merupakan bentuk penyimpanan suatu hal dalam jangka waktu tertentu.
Sasaran utama tes kemampuan mendengarkan adalah kemampuan peserta tes untuk memahami isi wacana yang dikomunikasikan secara lisan langsung oleh pembicara, atau sekedar melalui rekaman audio atau video. Adapun yang perlu diperhatikan dalam penilaian keterampilan mendengarkan yaitu:
1.        Persiapan penilaian keterampilan mendengarkan
Sesuai dengan namanya penilaian keterampilan mendengarkan, bahan tes yang diajukan  disampaikan  secara  lisan  dan   diterima   oleh peserta didik   melalui       sarana pendengaran. Masalah yang mungkin muncul dalam hal ini adalah sarana apa yang harus dipergunakan, perlukah kita mempergunakan media rekaman atau langsung disampaikan (dibacakan) secara lisan oleh guru sewaktu tes itu berlangsung.

2.        Bahan kebahasaan penilaian keterampilan mendengarkan
Keterampilan mendengarkan dapat diartikan sebagai kemampuan menangkap dan memahami bahasa lain. Oleh karena itu, bahan kebahasaan yang sesuai tentulah berupa wacana, berhubung sebuah wacana pastilah memuat informasi. Untuk tes keterampilan mendengarkan, pemilihan bahasan penilaian lebih ditekankan pada:
a.        Tingkat kesulitan wacana
Tingkat kesulitan wacana terutama ditinjau dari faktor kosa kata dan struktur yang dipergunakan. Jika kosa kata yang dipergunakan sulit, bermakna ganda dan abstrak, jarang dipergunakan, ditambah lagi struktur kalimatnya yang kompleks, wacana tersebut termasuk wacana yang tinggi tingkat kesulitannya. Wacana yang baik untuk dipergunakan dalam tes kemampuan menyimak adalah wacana yang tidak terlalu sulit, atau sebaliknya terlalu mudah.

b.        Isi dan cakupan wacana
Isi dan cakupan wacana biasanya juga mempengaruhi tingkat kesulitan wacana, jika isi wacana itu tidak sesuai dengan minat dan kebutuhan, atau tidak sesuai pula dengan bidang yang dipelajari siswa, ia akan menambah tingkat kesulitan wacana yang bersangkutan. Wacana yang akan diteskan hendaknya yang berisi hal-hal yang bersifat netral sehingga sangat dimungkinkan adanya kesamaan pandangan terhadap isi masalah itu. Sebaliknya, hendaklah menghindari wacana yang berisi suatu pandangan atau keyakinan golongan tertentu karena akan menimbulkan adanya perbedaan pendapat atau paling tidak lebih dari satu jawaban yang benar.

c.         Jenis-jenis wacana
Adapun jenis–jenis dan atau bentuk wacana yang sering digunakan dalam tes kemampuan menyimak adalah sebagai berikut:
1)        Pertanyaan atau pernyataan yang singkat
Contoh:
Bacaan diperdengarkan
Pertanyaan: Mengapa Anda datang terlambat pagi hari ini?
Pilihan Jawaban:
(a) Tadi pagi
(b) Tidak ada masalah
(c) Ibuku datang
(d) Beberapa jam lagi

2)        Dialog
Contoh:
Dialog yang diperdengarkan
Suara pertama (suara laki-laki)
Ris, saya dengar ibumu sakit. Maaf, ya, saya tidak dapat menengok. Tapi bagaimana keadaannya sekarang?
Suara kedua (suara perempuan)
Sudah baik! Kemarin waktu pulang sekolah, saya cemas, jangan-jangan ibu  mengigau lagi. Eee, tak tahunya ibu sudah berhadapan dengan jahitannya lagi.

Pertanyaan:
Apakah pekerjaan ibu sehari-hari?
(a) Berdagang
(b) Memasak
(c) Menjahit
(d) Mengasuh adik
(e) Mengigau

3)        Ceramah
Rangsangan yang diperdengarkan berupa ceramah selam lima sampai delapan menit. Selama mendengarkan ceramah siswa diperbolehkan membuat catatan-catatan yang dianggap penting. Setelah mendengarkan ceramah, siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disajikan secara tertulis dalam lembar tugas yang sengaja disediakan.

d.        Tingkat tes keterampilan mendengarkan
Penyusunan tes keterampilan mendengarkan dicontohkan dalam tingkatan- tingkatan tes seperti:
1)        Tes keterampilan mendengarkan tingkat ingatan
2)        Tes keterampilan mendengarkan tingkat pemahaman
3)        Tes keterampilan mendengarkan tingkat penerapan
4)        Tes keterampilan mendengarkan tingkat analisis

Penilaian dalam keterampilan mendengarkan dapat dilakukan dengan menggunakan tes objektif dan tes esai. Dalam hal ini, tes yang diberikan harus memiliki stimulus yang baik dan tepat agar siswa dapat memberikan respon dengan baik dan tepat pula. Adapun macam-macam dari penilaian pembelajaran keterampilan mendengarkan diantaranya berupa  pertanyaan inferensi, pertanyaan evaluasi, pertanyaan respon personal, dan pertanyaan aplikasi. Pertanyaan inferensi adalah pertanyaan yang menanyakan perihal yang tidak tertera secara eksplisit dalam sebuah bahan yang diperdengarkan. Pertanyaan evaluasi adalah pertanyaan yang mengharuskan pendengar untuk dapat menilai bahan yang diperdengarkan dan memberikan alasannya. Pertanyaan respon personal adalah pertanyaan yang membutuhkan respon dari masing-masing individu dalam kegiatan mendengarkan. Sedangkan pertanyaan aplikasi adalah penilaian terhadap perilaku pendengar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran mendengarkan. Hal ini biasanya dilakukan sebagai bentuk penyadaran bagi pendengar bahwa pendidik mengharapkan sebuah kritik atau tanggapan pendengar dari bahan yang diperdengarkan.[14]
Adapun kemampuan yang diukur dalam tes keterampilan mendengarkan mencakup:
1.        Kemampuan literal, yakni kemampuan memahami isi teks berdasarkan aspek kebahasaan yang tersurat.
2.        Kemampuan inferensial, yakni kemampuan memahami isi tuturan yang tersirat / menyimpulkan isi yang tidak langsung ada dalam teks.
3.        Kemampuan reorganisasi, yakni kemampuan penataan kembali ide pokok dan ide penjelas dalam parafon maupun ide-ide pokok parafon yang mendukung tema pembicaraan.
4.        Kemampuan evaluativ, yakni kemampuan untuk menilai keakuratan, kemanfaatan, dan kejelasan isi pembicaraan.
5.        Kemampuan apresiasi, yakni kemampuan menghargai isi pembicaraan.

Adapun tes dalam keterampilan mendengarkan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yakni:
1.        Tes mendengarkan estetis, yaitu tes keterampilan mendengarkan yang dilakukan dengan menggunakan bahan berupa karya sastra.
2.        Tes mendengarkan kritis, yaitu tes keterampilan mendengarkan yang dilakukan dengan menggunakan bahan berupa tuturan yang bersifat argumentatif dan ekspositoris.
3.        Tes mendengarkan cepat, yaitu tes keterampilan mendengarkan yang dilakukan dengan menggunakan bahan berupa berita, jadwal, atau daftar tertentu.
Penilaian dalam keterampilan mendengarkan juga dapat berupa dikte, dikte merupakan penilaian keterampilan mendengarkan tradisional. Yang dimaksud dikte adalah kegiatan melafalkan atau membacakan suatu wacana untuk dituliskan oleh orang lain. Dalam pembelajaran mendengarkan, dikte digunakan untuk menilai kemampuan dan ketajaman mendengarkan bunyi-bunyi bahasa yang terdapat dalam wacana yang dibacakan. Berikut adalah contohnya:
Petunjuk Kerja:
1)        Dengarkanlah bacaan berikut dengan seksama! (Guru membacakan bahan bacaan yang akan diujikan)
2)        Kerjakan lembar kerja di bawah ini dengan mengisi bagian-bagian yang rumpang pada teks dengan tepat!
Kekayaan alam Minangkabau dan seni budayanya sangat mempengaruhi (1)…dengan pola-pola yang mengagumkan. Sekalipun ragam hias tercipta dari alat yang teramat sederhana serta (2)…, tetapi hasil tenunnya merupakan (3)…. Jadi songket (4)…, melainkan telah menjadi suatu bentuk seni rupa.Karena diproses dengan kecintaan dan (5)… yang ramah terhadap lingkungan.

Bentuk penilaian lainnya adalah penilaian objektif dan subjektif. Instrumen penilaian objektif adalah menjawab pertanyaan, pertanyaannya biasanya berupa soal pilihan ganda. Penilaian menjawab pertanyaan dilakukan dengan cara memberikan soal yang kemudian dijawab. Penilaian menjawab pertanyaan sendiri dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu menjawab soal frasa, menjawab pertanyaan kalimat, dan menjawab pertanyaan wacana. Berikut contohnya:
Petunjuk Kerja:
1)        Simaklah bacaan berikut!
Berita peristiwa pembunuhan (Guru menayangkan atau memperdengarkan siaran berita)
2)        Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat!
a.         Peristiwa apa yang diinformasikan oleh pembawa berita tadi?
b.        Siapa yang menjadi tersangka dalam peristiwa tersebut?
c.         Apa alasan dari tersangka melakukan tindakan kriminal tersebut?
d.        Jelaskan proses tersangka dalam melakukan tindak kriminal tersebut kepada korban!

Penilaian subjektif yang dapat digunakan untuk penilaian pembelajaran mendengarkan adalah merumuskan inti wacana dan menjelaskan kembali. Merumuskan inti wacana adalah mendengarkan secara utuh bahan yang diperdengarkan kemudian merumuskan kembali berdasarkan inti bahan simakan tersebut. Berikut adalah contohnya:
Petunjuk Kerja:
1)        Dengarkanlah cerita rakyat yang akan dibacakan guru berikut dengan seksama!
2)        Tulis kembali cerita rakyat tersebut pada lembar kerja di bawah ini dengan tepat!
Senja telah tenggelam. Retno mulai membenahi dirinya dengan segera, untuk melaksanakan ibadah sholat maghrib di mushola al-muslimun. …………………………………………………………………………………………………………….

H.      Faktor Pendorong Keefektifan Keterampilan Mendengarkan
1.        Faktor Fisik
Pada waktu mendengarkan faktor fisik adalah faktor penting yang turut menentukan kefektifan dalam  mendengarkan. Di sekolah guru hendaklah dengan cermat dan teliti menyiapkan suasana  belajar  yang tidak mudah mendatangkan gangguan  bagi kegiatan mendengarkan. Dan apabila siswa ada yang bermasalah dengan telinga atau pendengaran maka siswa tersebut duduknya harus di depan agar mereka dapat mendengarkan apa yang kita sampaikan dengan jelas. Berikut ini ada beberapa ciri pendengar yang baik. Cobalah arahkan siswa Anda untuk melakukannya agar mereka berhasil dengan baik:
a.        Siap fisik dan mental
Pendengar yang baik adalah pendengar yang betul-betul mempersiapkan diri untuk mendengarkan. Ia memiliki kesiapan fisik dan mental, misalnya dalam kondisi yang sehat, tidak lelah, mental stabil dan pikiran jernih.

b.        Konsentrasi
Pendengar yang baik, dapat memusatkan perhatian dam pikirannya terhadap apa yang mereka dengar.  Bahkan ia dapat menghubungkan bahan yang didengar dengan apa yang diketahuinya. Suatu kebiasaan yang sangat buruk dalam mendengarkan adalam melamun. Walaupun pandangan pendengar tertuju pada si pembicara, namun pikiran dan perhatiannya mengembara ke mana-mana tanpa tujuan dan arah tertentu. Hal ini tentu sulit untuk menyerap informasi karena perhatian dan pikiran mengembara ke mana-mana.

c.         Memiliki motivasi untuk menambah ilmu pengetahuan
Pendengar yang baik mempunyai motivasi atau mempunyai tujuan tertentu, misalnya: ingin menambah pengetahuan, dengan mempelajari sesuatu. Adanya tujuan atau motivasi ini tentunya untuk menambah ilmu apa yang diharapkan.

d.        Objektif
Pendengar yang baik adalah pendengar yang selalu tahu tentang apa yang sedang dibicarakan dan sebaiknya penyimak selalu menghargai pembicara  walaupun pembicara kurang menarik penampilannya atau sudah dikenal oleh pendengar.


e.         Mendengarkan secara utuh (menyeluruh)
Pendengar yang baik akan mendengarkan secara utuh atau keseluruhan. Si pendengar tidak hanya mendengarkan apa yang disukainya tetapi mendengarkan secara keseluruhan.

f.         Selektif
Pendengar yang baik dapat memilih bagian-bagian yang dianggap penting dari bahan yang diperdengarkan. Dalam mendengarkan tidak semua bahan yang diperdengarkan diterima begitu saja, tetapi  si pendengar dapat menentukan bagian yang dianggap penting.

g.        Tidak mudah terganggu
Pendengar yang baik tidak mudah terganggu oleh suara-suara lain di luar bunyi yang didengarkannya. Andaikata ada gangguan yang membedakan perhatiannya, dengan cepat si pendengar kembali kepada bahan yang didengarkannya.

h.        Menghargai Pembicara
Pendengar yang baik adalah pendengar yang menghargai pembicaranya. Siapapun yang berbicara tidaklah boleh dianggap remeh karena harus saling menghargai.

i.          Cepat menyesuaikan diri dan kenal arah pembicaraan
Pendengar yang baik adalah pendengar yang cepat menduga ke arah mana pembicaraa akan berlangsung bahkan mungkin ia dapat menduga garis besar isi pembicaraan.

j.          Tidak Emosi
Pendengar yang baik adalah pendengar yang dapat mengendalikan emosinya dan tidak mencela pembicaraan pembicara.

k.        Kontak dengan pembicara
Pendengar yang baik mencoba mengadakan kontak dengan pembicara. Misalnya dengan memperhatikan pembicaraan pembicara, memberikan dukungan kepada pembicara baik  melalui mimik, gerak, ataupun ucapan.

l.          Merangkum
Pendengar yang baik adalah pendengar yang dapat menangkap isi pembicaraan atau bahan yang diperdengarkan. Misalnya; dengan membuat rangkuman dan menyampaikan atau menceritakan kembali apa yang sudah didengarnya. Namun, perlu diingat, selama mendengarkan jangan hanya asyik mencatat sehingga pesan pembicara tidak lagi dapat dipahami.

m.      Menilai
Bagian terakhir fari proses mendengarkan adalah proses penilaian terhadap materi yang disampaikan. Pada saat menilai tersebut, pendengar mulai menimbang, memeriksa dan membandingkan apakah pokok-pokok pikiran yang dikemukakan oleh si pembicara dikaitkan atau dihubungkan dengan pengalaman atau pengetahuan si pendengar, sehingga si pendengar dapat menilai kekuatan dari bahan simakan tersebut.

1.        Mengadakan tanggapan
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan mengevaluasi bahan yang diperdengarkan, pendengar mengemukakan tanggapan atau reaksi, misalnya: dengan mengemukakan komentar. Reaksi akan terlihat dalam bentuk ucapan pendek seperti; wah menarik sekali, saya sependapat, dan sebagainya. Atau reaksi tersebut dapat juga berupa anggukan dan senyuman yang menandakan si penyimak setuju  atau puas terhadap isi pembicaraan.
2.        Faktor Psikologis
Di samping faktor fisik yang telah dikemukakan di atas ada hal yang sangat sulit diatasi yaitu faktor psikologis. Faktor tersebut mencakup masalah antara lain:
a.         Berprasangka dan kurangnya simpati terhadap pembicara.
b.        Egois terhadap masalah pribadi.
c.         Berpandangan sempit terhadap isi pembicaraan.
d.        Kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tidak adanya perhatian terhadap pokok pembicaraan.
e.         Sikap yang tidak senang terhadap pembicara.

3.        Faktor Pengalaman
Pengalaman adalah faktor yang sangat penting dalam mendengarkan. Apabila seseorang berpengalaman dalam mendengarkan maka bahan yang diperdengarkan akan dikaitkan dengan pengalaman yang telah dimiliki. Selain itu kosakata yang dimiliki si pendengarpun sangat banyak dan jika menyampaikan kembali sangatlah lancar.

4.        Faktor Sikap
Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama yaitu sikap menerima dan menolak. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi ia akan bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya. Kedua hal ini memberi dampak pada pendengar yaitu dampak positif dan negatif.

5.        Faktor Motivasi
Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Kalau motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan. Begitu pula halnya dengan mendengarkan.Dalam kegiatan mendengarkan kita melibatkan sistem penilaian kita sendiri. Kalau kita memperoleh sesuatu yang berharga dari pembicaraan maka kita akan bersemangat mendengarkannya.

6.        Faktor Jenis Kelamin
Gaya mendengarkan pria pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau tidak mau mundur, mudah dipengaruhi, mudah mengalah dan emosional. Sedangkan gaya mendengarkan wanita pada umumnya bersifat pasif, lembut, tidak mudah dipengaruhi , mengalah, dan tidak emosi.

7.        Faktor Peranan dalam Masyarakat
Mendengarkan tidak terlepas dari masyarakat dan lingkungannya. Informasi yang didapat bisa  melalui radio, TV, narasumber, dan masyarakat sekitarnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa  faktor yang mempengaruhi mendengarkan sangat banyak mulai dari diri sendiri sampai pada masyarakat luas. Yang penting sebagai pendengar yang baik  kita harus menghindari faktor-faktor yang menyebabkan kita gagal dalam mendengarkan.[15]










BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
1.        Mendengarkan merupakan suatu proses menangkap bunyi bahasa yang direncanakan, untuk kemudian dipahami, ditanggapi, dievaluasi, dan ditindaklanjuti informasi ataupun pengetahuan yang kita dapat dari proses menangkap bunyi bahasa tadi.
2.        Tujuan mendengarkan dari maing-masing individu tidaklah sama, hal ini sangat tergantung dengan apa yang dibutuhkan oleh individu tersebut. Dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik melakukan kegiatan mendengarkan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan dari sang guru akan materi yang dipelajari.
3.        Keterampilan mendengarkan mempunyai empat prinsip, yang mana dari keempat prinsip tersebut harus benar-benar diterapkan dalam pembelajaran keterampilan mendengarkan agar proses mendengarkan bisa dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
4.        Ada beberapa prosedur yang musti kita perhatikan dalam mendengarkan, diantaranya adalah mendengarkan, memahami, menginterpretasi, dan mengevaluasi.
5.        Secara garis besar, keterampilan mendengarkan dibagi menjadi dua jenis yaitu keterampilan mendengarkan ekstensif dan keterampilan mendengarkan intensif.
6.        Ada banyak media yang bisa kita gunakan dalam pembelajaran mendengar, diantaranya adalah compact disk yang di dalamnya dapat memuat berbagai macam software seperti video, film, ataupun lagu, casset recorder, peragaan, dan masih banyak lagi.
7.        Penilaian dalam keterampilan mendengarkan dapat dilakukan dengan menggunakan tes objektif dan tes esai. Dalam hal ini, tes yang diberikan harus memiliki stimulus yang baik dan tepat agar siswa dapat memberikan respon dengan baik dan tepat pula.
8.        Faktor yang mempengaruhi mendengarkan sangat banyak mulai dari diri sendiri sampai pada masyarakat luas.

B.       Saran
Saran sehubungan dengan materi yang dibahas yakni mengenai keterampilan mendengarkan, menurut kelompok kami hendaknya sebagai calon pendidik pada nantinya ketika kita sudah terjun di dalam kegiatan belajar mengajar kita harus lebih memperhatikan lagi bagaimana caranya agar apa yang kita sampaikan dapat dimengerti oleh peserta didik kita serta bagaimana cara agar dalam pembelajaran mendengarkan peserta didik tidak mudah merasa bosan. Kita harus lebih menyadari bahwa apabila pembelajaran  mendengarkan tidak berjalan efektif jangan terburu-buru berasumsi bahwa kesalahan terletak pada peserta didik, mungkin kesalahan juga terletak pada diri kita sebagai pendidik yang kurang berinovasi. Dan saran sehubungan dengan makalah ini, tiada gading yang tak retak dengan kata lain makalah ini tak luput dari kekurangan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dari berbagai pihak demi lebih baiknya makalah ini.












DAFTAR PUSTAKA

Arsjad, Maidar. 2000. Macam dan Proses Pengajaran Mendengarkan Modul II Program Penyetaraan D-II Guru SD P3GB. Jakarta: P3GB Press.
Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press.
Chaniago, Sam Mukhtar. 2002. Analisis Kemampuan Mendengarkan Siswa SLTP se-Jakarta Timur. Jakarta: Lembaga PenelitianUniversitas Negeri Jakarta Press.
Mudjianto dan Gatut Susanto. 2010. Materi Pembelajaran Mendengarkan. Malang: UIN Malang Press.
Hermawan, Herry. 2012. Mendengarkan Keterampilan Berkomunikasi yang Terabaikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nichols, Michaels. 2007.  The Lost Art of  Listening. Jakarta:  Gramedia Pustaka Utama.
Nurhadi. 2005. Tata Bahasa Pendidikan, Landasan Penyusunan Buku Pelajaran
Bahasa
. Semarang : IKIP Semarang Press.
Putra, Remianto. 2000. Pandai Mendengar Kunci Sukses. Jakarta: Prasetya Pustaka.
Rochmulyati. 2003. Teknik Penilaian Keterampilan Mendengarkan  yang Efektif dalam Komunikasi. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
Tarigan, Djago. 2006.  Pendidikan Bahasa Indonesia: Keterampilan Mendengarkan. Jakarta: Karunika.
Tarigan, Henry Guntur. 2006. Mendengarkan Sebagai Suatu Keterampilan. Bandung: Angkasa.


[1] Mudjianto dan Gatut Susanto, Materi Pembelajaran Mendengarkan, (Malang: UIN Malang Press, 2010), hal. 39.
[2] Henry Guntur Tarigan, Mendengarkan Sebagai Suatu Keterampilan, (Bandung: Angkasa, 2006), hal. 51.
[3] Herry Hermawan, Mendengarkan Keterampilan Berkomunikasi yang Terabaikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hal. 63.
[4] Nurhadi, Tata Bahasa Pendidikan, Landasan Penyusunan Buku Pelajaran
Bahasa
, (Semarang : IKIP Semarang Press, 2005), hal. 52.
[5] Maidar Arsjad, Macam dan Proses Pengajaran Mendengarkan Modul II. Program Penyetaraan D-II Guru SD P3GB, (Jakarta: P3GB Press, 2000), hal. 82.
[6] Sam Mukhtar Chaniago, Analisis Kemampuan Mendengarkan Siswa SLTP se-Jakarta Timur, (Jakarta: Lembaga PenelitianUniversitas Negeri Jakarta Press, 2002)
[7] Djago TariganPendidikan Bahasa Indonesia: Keterampilan Mendengarkan, (Jakarta: Karunika, 2006), hal. 68.
[8] Djago Tarigan,  Pendidikan Bahasa Indonesia: Keterampilan Mendengarkan..., hal. 70.
[9] Ibid, hal. 72.
[10] Djago Tarigan,  Pendidikan Bahasa Indonesia: Keterampilan Mendengarkan..., hal. 73.
[11] Djago Tarigan,  Pendidikan Bahasa Indonesia: Keterampilan Mendengarkan...,hal. 75.
[12] Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 49.
[13] Michael Nichols,  The Lost Art of  Listening, (Jakarta:  Gramedia Pustaka Utama, 2007), hal. 112.
[14] Rochmulyati, Teknik Penilaian Keterampilan Mendengarkan  yang Efektif dalam Komunikasi, (Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 2003), hal. 83.
[15] Remianto Putra, Pandai Mendengar Kunci Sukses, (Jakarta: Prasetya Pustaka, 2000), hal. 87.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar