KETERAMPILAN
MENDENGARKAN
MAKALAH
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahasa
Indonesia
Yang
dibina oleh Elen Nurjanah, M.Pd.
Disusun
Oleh:
Kelompok
7
1.
Risma Nur Izzati (17205153002)
2.
Tria Anggari Saputri (17205153009)
3.
Retno Damayanti (17205153022)
4.
Miftah Adhani (17205153037)
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
Oktober 2016
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
Oktober 2016
KATA
PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt.yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
kepada kita semua. Sholawat serta
salam semoga tetap terlimpahkan
kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad saw.dan semoga kita akan selalu
mendapat syafaatnya baik didunia maupun di akhirat kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya
penulis dapat menyusun makalah
ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang berjudul KETERAMPILAN
MENDENGARKAN.
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak penulisan makalah ini
tidak mungkin terlaksana dengan baik. Oleh
karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.
Dr. Mafthukin,
M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di IAIN Tulungagung ini,
2.
Elen Nurjanah,
M.Pd. selaku Dosen
pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah
membimbing dan mengarahkan kami dengan sabar agar mempunyai pemahaman yang
benar mengenai mata kuliah ini,
3.
Semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan penyusunan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
membuahkan ilmu yang maslahahfiidinniwadunyawalakhirah.
Tulungagung, 10 Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.
Tujuan Pembahasan.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Mendengarkan.................................................................... 3
B.
Tujuan Mendengarkan.......................................................................... 5
C.
Prinsip Keterampilan
Mendengarkan.................................................... 7
D.
Prosedur Keterampilan Mendengarkan................................................ 8
E.
Jenis-jenis Keterampilan Mendengarkan.............................................. 9
F.
Media yang Tepat dalam Proses Pembelajaran
Keterampilan Mendengarkan................................................................ 16
G.
Penilaian Pembelajaran Keterampilan Mendengarkan.......................... 17
H.
Faktor Pendorong Keefektifan
Keterampilan Mendengarkan...............23
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................... 29
B.
Saran..................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 31
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Komunikasi merupakan kunci paling penting
dalam membina hubungan antar individu. Komunikasi yang efektif sangat
bergantung pada keterampilan seseorang dalam mengirim maupun menerima pesan.
Pesan dapat kita terima tentunya melalui kegiatan mendengarkan, dan apa yang kita
bicarakan tentunya berasal dari informasi yang kita dapat melalui indera pendengaran
untuk kemudian akan di transfer menuju otak. Keterampilan mendengarkan
seharusnya diiringi dengan keterampilan bertanya dalam komunikasi yang aktif.
Seringkali di dalam kegiatan belajar mengajar sebagai peserta didik khususnya,
kita hanya terkungkung pada keterampilan mendengarkan yang tidak efektif karena mendengarkan cenderung
dianggap sebagai formalitas saja, masuk telinga kanan keluar telinga kiri,
tanpa memahami apa tujuan dibalik kegiatan mendengarkan itu sendiri.
Kegiatan mendengarkan yang kita lakukan di
dalam kegiatan belajar mengajar selama ini hanya terbatas pada kegiatan murni mendengarkan,
tidak didukung dengan aspek keterampilan bertanya yang sebenarnya berguna untuk
menggali penjelasan secara tuntas apa yang belum kita pahami. Jangankan
bertanya, terkadang kita tidak mengerti sama sekali apa yang kita dengarkan
dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. Entah hal tersebut terjadi karena
kurangnya keterampilan mendengarkan yang kita miliki atau karena faktor lain
semisal faktor yang datang dari pendidik yang kurang memperhatikan cara
penyampaian informasi atau materi sehingga terkesan membosankan, atau hal lain.
Oleh karena itu, untuk mengatasi segala problema yang timbul terkait dengan
keterampilan mendengarkan, kelompok kami akan membahas segala hal yang perlu
kita perhatikan dan pahami dalam keterampilan mendengarkan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pengertian mendengarkan?
2.
Bagaimana
tujuan mendengarkan?
3.
Bagaimana
prinsip keterampilan mendengarkan?
4.
Bagaimana
prosedur keterampilan mendengarkan?
5.
Bagaimana jenis-jenis
keterampilan mendengarkan?
6.
Bagaimana media
yang tepat dalam proses pembelajaran keterampilan mendengarkan?
7.
Bagaimana
penilaian pembelajaran keterampilan mendengarkan?
8.
Bagaimana faktor pendorong keefektifan keterampilan
mendengarkan?
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Untuk
menjelaskan pengertian mendengarkan.
2.
Untuk
menjelaskan tujuan mendengarkan.
3.
Untuk menjelaskan
prinsip keterampilan mendengarkan.
4.
Untuk
menjelaskan prosedur keterampilan mendengarkan.
5.
Untuk
menjelaskan jenis-jenis keterampilan mendengarkan.
6.
Untuk
menjelaskan media yang tepat dalam proses pembelajaran keterampilan
mendengarkan.
7.
Untuk
menjelaskan penilaian pembelajaran keterampilan mendengarkan.
8.
Untuk
menjelaskan faktor pendorong keefektifan keterampilan mendengarkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Mendengarkan
Sebelum mempelajari mengenai segala hal yang berkaitan
dengan keterampilan mendengarkan, alangkah lebih baiknya bagi kita untuk
mempelajari apa yang dimaksud dengan mendengarkan itu sendiri. Selama ini
istilah mendengar, mendengarkan, dan menyimak sering dianggap sama. Padahal
ketiga kegiatan tersebut walaupun nampaknya serupa tapi tidaklah sama.
Peristiwa mendengar biasanya terjadi secara kebetulan, tiba-tiba, dan tidak
terduga sebelumnya. Terkadang apa yang kita dengar mungkin tidak kita mengerti
maknanya dan mungkin pula tidak menjadi perhatian sama sekali. Suara yang kita
dengar ibarat masuk telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. Hal ini
terbukti dari reaksi pendengar yang bersangkutan. Sementara itu mendengarkan
setingkat lebih tinggi tarafnya dari mendengar. Bila dalam mendengar belum ada
faktor kesengajaan, maka dalam mendengarkan faktor kesengajaan sudah ada.
Tetapi faktor pemahamannya masih mungkin tidak ada karena hal tersebut belum
menjadi tujuan. Dalam hal ini, mendengarkan sudah mencakup mendengar. Diantara
ketiga istilah tadi, taraf tertinggi diduduki oleh istilah menyimak. Dalam
menyimak sudah ada faktor kesengajaan. Faktor pemahaman merupakan unsur utama
dalam kegiatan menyimak. Maka dalam hal ini mendengar dan mendengarkan sudah
tercakup dalam kegiatan menyimak.[1]
Untuk lebih jelasnya, berikut ini kami paparkan mengenai
definisi mendengarkan dipandang dari kacamata para ahli dan berbagai sumber:
1.
Menurut Burhan
Mendengarkan adalah suatu
proses menangkap, memahami, dan mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang
didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.
2.
Menurut Tarigan
Tarigan mengemukakan ada dua definisi mengenai
mendengarkan yakni:
a.
Mendengarkan
adalah proses menangkap bunyi bahasa dengan disengaja tetapi belum memahami.
Contoh: Putri sedang
belajar di kamar, saya mendengarkan
lagu kesenangan saya yang disiarkan melalui radio. Kemudian, saya sejenak
berhenti belajar untuk menikmati lagu tersebut sampai selesai. Setelah selesai,
saya melanjutkan belajar kembali.
b.
Mendengarkan adalah proses menangkap bunyi
bahasa yang direncanakan dengan penuh perhatian, dipahami, diinterpretasi,
diapresiasi, dievaluasi, ditanggapi, dan ditindaklanjuti.
Contoh: Setiap hari
Selasa pukul 18.30 WIB, Ani mendengarkan
siaran pembinaan bahasa Indonesia yang disiarkan melalui TVRI. Sebelum
siaran dimulai, Ani menyiapkan buku dan pulpen untuk mencatat hal-hal yang saya
anggap penting. Saat siaran berlangsung, sesekali Ani mencatat dan
mengangguk-anggukan kepala, itu merupakan sebuah isyarat bahwa Ani memahami
pembicaraan yang berlangsung. Setelah selesai, Ani merasa puas bahwa persoalan
yang Ani hadapi selama ini telah terjawab.
3.
Menurut Sasmita
Mendengarkan adalah suatu proses menangkap,
memahami, dan mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu
yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.
4.
Menurut Meity Taqdir Qodratillah
Mendengarkan adalah mendengar sesuatu secara
sungguh-sungguh, memasang telinga baik-baik untuk mendengar, memperhatikan,
mengindahkan, menurut nasihat dan bujukan.
5.
Menurut KBBI
Mendengarkan adalah mendengar akan sesuatu dengan
sungguh-sungguh.[2]
Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mendengarkan
mempunyai beberapa pengertian. Hal ini dapat diketahui melalui penilaian
setelah pembicaraan selesai. Tapi yang pasti, dalam kegiatan belajar mengajar
mendengarkan mempunyai pengertian sebagai suatu proses menangkap bunyi bahasa
yang direncanakan, untuk kemudian dipahami, ditanggapi, dievaluasi, dan
ditindaklanjuti informasi ataupun pengetahuan yang kita dapat dari proses
menangkap bunyi bahasa tadi.
B. Tujuan
Mendengarkan
Apapun yang kita lakukan dalam
mendengarkan tentu pada akhirnya kita akan memperoleh informasi yang bentuknya bisa
saja informasi yang kita dapat berupa hal yang baru ataupun sekedar mengingat
kembali karena sudah kita ketahui. Dalam kehidupan
sehari-hari kita selalu berinteraksi, ada pembicara dan ada pula pendengarnya. Dalam
mendengarkan, seseorang selalu mempunyai tujuan. Tarigan mengemukakan ada
beberapa tujuan dari mendengarkan, yakni sebagai berikut:
a.
Untuk memperoleh informasi yang ada hubungan
dengan profesi.
b.
Agar menjadi lebih efektif dalam berinteraksi
dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Untuk mengumpulkan data dalam membuat keputusan.
d.
Memberikan respon yang tepat.
e.
Untuk memperoleh pengetahuan atau mendengarkan
untuk belajar. Hal ini didapatkan dari narasumber langsung atau melalui media audiovisual.
f.
Menikmati keindahan audio, hal ni didapatkan
dari apa yang diperdengarkan atau dipagelarkan.
g.
Mengevaluasi.
h.
Dalam mengevaluasi, para penyimak ingin
mengevaluasi apa yang disimak itu benar, tidak benar, jelek, logis, dan tidak
logis.
i.
Mengapresiasi bahan yang diperdengarkan.
j.
Membedakan bunyi-bunyi, biasanya ketika orang belajar bahasa
asing.
k.
Memecahkan masalah, dalam hal ini biasanya pendengar
mempunyai masalah yang sedang dihadapi.
l.
Untuk meyakinkan informasi yang sebelumnya dia telah dapatkan ataupun meyakinkan
dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan.[3]
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
mendengarkan dari maing-masing individu tidaklah sama, hal ini sangat
tergantung dengan apa yang dibutuhkan oleh masing-masing individu tersebut,
mulai dari untuk memperoleh informasi sampai pada untuk mendapatkan
solusi atas pemecahan masalah. Dalam kegiatan belajar mengajar khususnya,
biasanya peserta didik melakukan kegiatan mendengarkan dengan tujuan untuk
memperoleh pengetahuan dari sang guru akan materi yang dipelajari. Maka dari
itu kegiatan mendengarkan dalam hal ini, perlu mendapatkan perhatian khusus
agar kita sebagai peserta didik tidak sebatas memperoleh informasi atau
pengetahuan secara mentah tanpa memahami maksud dari pengetahuan atau informasi
yang kita dapatkan tersebut.
C.
Prinsip Keterampilan Mendengarkan
Dalam hal ini, ada beberapa prinsip keterampilan mendengarkan yang
harus diketahui oleh kita semua sebagai calon pendidik. Adapun prinsip-prinsip
keterampilan mendengarkan yaitu:
1.
Mendengarkan merupakan mengidentifikasi bunyi,
kata, frase, dan kalimat dari bahasa yang diujarkan.
2.
Mendengarkan merupakan membedakan bunyi
dengan bunyi yang lain, satu kata dengan kata yang lain, satu kalimat dengan
kalimat yang lain, dan satu paragraf dengan paragraf yang lain, serta satu
wacana dengan wacana yang lain.
3.
Mendengarkan merupakan kemampuan memahami pesan
dan informasi yang disampaikan dengan meninggalkan hal-hal yang tidak
relevan dan mubazir dalam penyimakan.
4.
Mendengarkan berarti menentukan mana yang
penting, serta menyeleksi mana yang bermakna dan mana yang tidak bermakna.
5.
Mendengarkan berhubungan erat dengan mengingat
dan mempertahankan ingatan.
6.
Mendengarkan
memerlukan pemahaman dengan kemampuan mengidentifikasi, membedakan
komponen-komponen yang bermakna dalam ujaran.[4]
Dari uraian prinsip-prinsip di atas, dalam mendengarkan,
pendidik juga harus memahami bahwa dalam kegiatan mendengarkan dilandasi oleh
tiga hal yaitu:
1.
Mempunyai
alasan tertentu
Dalam
mendengarkan seseorang ada yang ingin tahu apa yang akan disampaikan, ingin
menambah ilmu pengetahuan, atau mendapatkan informasi yang diperlukan.
2.
Ingin
memahami apa yang disimaknya
Dalam
proses mendengarkan hal yang paling penting adalah berkonsentrasi agar suatu
pembicaraan dapat dipahami dengan baik.
3.
Hasil
yang diharapkan
Dalam
kegiatan mendengarkan, proses yang paling akhir yang diharapkan adalah hasil
dari mendengarkan. Tujuannya adalah untuk menambah ilmu dan pengalaman agar apa
yang didapatkan dapat disampaikan pada orang lain atau menambah wawasan untuk
diri kita sendiri.[5]
Dalam keterampilan berbahasa, untuk mendengarkan dengan
baik, siswa harus mempelajari tata bahasa, kosa kata, serta ungkapan. Selain itu siswa juga harus
dapat menggunakan bahasa sesuai dengan situasi dan kondisinya. Hal lain yang
perlu diperhatikan oleh pendidik adalah, dalam hal ini siswa harus dilatih mendengarkan secara
efektif yaitu mendengarkan dengan cara memahaminya, menginterpretasikan, mengevaluasi,
memberi respon, serta menanggapinya karena dengan menerapkan hal tersebut
maka proses pemahaman informasipun akan tercapai.
D.
Prosedur Keterampilan Mendengarkan
Ada
beberapa prosedur yang musti kita perhatikan dalam mendengarkan. Prosedur ini, sangat
berpengaruh pada hasil dan tujuan akhir dalam kegiatan
mendengar itu sendiri. Hal ini nantinya akan menentukan apakah si pendengar memahami apa yang
telah disampaikan. Di bawah
ini, terdapat beberapa prosedur yang musti kita jalani
dalam keterampilan mendengarkan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Mendengarkan
Pada tahap ini, pendidik mulai
membicarakan atau menyampaikan isi materi. Disini peserta didik mulai menangkap
bunyi yang kita sampaikan (mendengarkan). Maka penangkapan bunyi peserta didik
inilah yang disebut dengan mendengarkan atau biasa disebut dengan tahap hearing. Disini hendaknya kita sebagai
pembicara harus berusaha semaksimal mungkin agar peserta didik tidak bosan
dalam mendengarkan materi yang kita sampaikan. Kosa kata yang kita pakai pun
sebaiknya tidak berbelit-belit, hal ini bertujuan agar pada tahap berikutnya
peserta didik dapat mudah memahami apa yang telah didengarnya.
b.
Memahami
Setelah
proses mendengarkan bahan materi yang disampaikan, maka isi pembicaraan tadi
perlu dimengerti atau dipahami
dengan baik. Tahap ini disebut tahap understanding.
c.
Menginterpretasi
Pendengar
yang baik, cermat, dan teliti belum puas kalau hanya mendengarkan dan memahami isi
ujaran sang pembicara tetapi ada keinginan untuk menafsirkan atau menginterpretasikan
isi yang tersirat dalam ujaran, tahap ini disebut dengan tahap interpreting.
d.
Mengevaluasi
Mengevaluasi merupakan tahap
terakhir dalam kegiatan mendengarkan. Pendengar menerima pesan, ide, dan
pendapat yang disampaikan oleh pembicara maka pendengar pun pada tahap terakhir
ini menanggapi isi dari pembicaraan tadi. Tahap ini disbut dengan tahap evaluating.[6]
E.
Jenis-jenis Keterampilan Mendengarkan
Dalam keterampilan mendengarkan, semua kegiatan
yang dilakukan mempunyai jenis dan ini dapat digolongkan berdasarkan
situasinya. Secara garis besar, keterampilan mendengarkan dibagi menjadi dua jenis
yaitu keterampilan mendengarkan ekstensif dan keterampilan mendengarkan intensif. Kedua jenis keterampilan mendengarkan
ini sangatlah berbeda dan perbedaan itu tampak dalam prosesnya. Adapun penjelasan mengenai keduanya adalah sebagai berikut:
1.
Keterampilan Mendengarkan Ekstensif
Keterampilan mendengarkan ekstensif ialah proses
mendengarkan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: mendengarkan
siaran radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya.
Ada beberapa jenis kegiatan dalam keterampilan mendengarkan ekstensif, yakni:
a.
Mendengarkan Sekunder
Mendengarkan
sekunder terjadi secara kebetulan, misalnya seorang pembelajar sedang membaca
di kamar, ia juga dapat mendengarkan percakapan orang lain, suara siaran radio,
suara TV, dan sebagainya. Suara tersebut sempat terdengar oleh pembelajar
tersebut, namun ia terganggu oleh suara tersebut.
b.
Mendengarkan Sosial
Mendengarkan
sosial dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial seperti di pasar,
terminal, stasiun, kantor pos, dan sebagainya. Kegiatan ini lebih menekankan
pada faktor status sosial, dan tingkatan dalam masyarakat.
c.
Mendengarkan Estetika
Mendengarkan
estetika sering disebut juga sebagai mendengarkan apresiatif. Mendengarkan estetika
ialah kegaiatan mendengarkan untuk menikmati dan menghayati sesuatu, misalnya:
mendengarkan pembacaan puisi, mendengarkan rekaman drama, mendengarkan cerita,
mendengarkan syair lagu, dan sebagainya.
d.
Mendengarkan Pasif
Mendengarkan
pasif ialah mendengarkan suatu bahasa yang dilakukan tanpa upaya sadar,
misalnya: dalam kehidupan sehari-hari sewaktu kecil dahulu pertama-tama kita mendengarkan
bahasa daerah yang diucapkan oleh orang tua kita setiap
harinya, setelah itu dalam
masa dua atau tiga tahun kita sudah mahir menggunakan bahasa daerah. Kemahiran
menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan tanpa sengaja dan tanpa sadar. Meski begitu, pada akhirnya kita dapat menggunakan bahasa daerah dengan
baik.[7]
2.
Keterampilan Mendengarkan Intensif
Keterampilan mendengarkan intensif merupakan kegiatan
mendengarkan yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan konsentrasi yang
tinggi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Dalam mendengarkan intensif ada
dua hal yang perlu diperhatikan yaitu ciri mendengarkan intensif dan
jenis-jenis mendengarkan intensif.
a.
Ciri-ciri Keterampilan
Mendengarkan Intensif
Dalam mendengarkan intensif ada beberapa ciri yang
harus diperhatikan yaitu:
1)
Mendengarkan
intensif adalah mendengarkan pemahaman
Pemahaman
ialah suatu aspek pikiran tentang suatu objek. Pemahaman merupakan hasil dari
proses memahami terhadap suatu bahan yang didengarkan. Siswa dikatakan memahami
objek jika ia telah menguasai seluruh objek itu. Pada dasarnya orang melakukan kegiatan mendengarkan intensif bertujuan
untuk memahami makna bahan yang disimak dengan baik. Hal ini berbeda dengan mendengarkan ekstensif yang
lebih menekankan pada hiburan, kontak sosial, dan sebagainya. Mendengarkan intensif prioritas utamanya adalah
memahami makna pembicaraan.
2)
Mendengarkan
intensif memerlukan konsentrasi tinggi
Konsentrasi ialah memuaskan
semua perhatian baik pikiran, perasaan, ingatan dan sebagainya kepada suatu
objek. Dalam mendengarkan intensif diperlukan oemusatan pikiran terhadap bahan
yang didengar. Agar mendengarkan dapat dilakukan dengan konsentrasi yang
tinggi, maka perlu dilakukan dengan beberapa cara yakni: menjaga pikiran agar
tidak terpecah, perasaan tenang dan tidak bergejolak, perhatian terpusat pada
objek yang sedang didengarkan, pendengar harus mampu menghindari berbagai hal
yang dapat mengganggu kegiatan mendengarkan, baik internal maupun eksternal.
3)
Mendengarkan intensif ialah memahami
bahasa formal
Bahasa
formal ialah bahasa yang digunakan dalam situasi formal (resmi), semisal:
ceramah, diskusi, temu ilmiah, dan sebagainya. Bahasa yang digunakan pada
kegiatan tersebut adalah bahasa resmi atau bahasa baku yang lebih menekankan
pada makna.
4)
Mendengarkan intensif diakhiri dengan
reproduksi bahan simakan
Reproduksi
ialah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang telah dipahami. Untuk membuat
reproduksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: tulis (menulis, mengarang)
dan lisan (berbicara). Reproduksi dilakukan setelah mendengarkan. Fungsi
reproduksi antara lain: mengukur kemampuan integratif antara mendengarkan
dengan berbicara, untuk mengukur kemampuan integratif antara mendengarkan
dengan menulis atau mengarang, mengetahui kemampuan daya serap siswa, dan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang bahan yang telah disimak.[8]
b.
Jenis-jenis Keterampilan
Mendengarkan Intensif
Jenis-jenis keterampilan mendengarkan intensif diantaranya adalah sebagai
berikut:
1)
Mendengarkan Kritis
Mendengarkan
kritis ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk
memberikan penilaian secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran, dan
kelebihan, serta kekurangan-kekurangannya. Hal-hal yang diperhatikan dalam
mendengarkan kritisd diantaranya:
a)
Mengamati
ketepatan ujaran pembicara.
b)
Mencari
jawaban atas pertanyaan “mengapa mendengarkan?”.
c)
Dapatkah
mendengarkan membedakan antara fakta dan opini dalam mendengarkan.
d) Dapatkah menjawab mengambil kesimpulan
dari hasil mendengarkan.
2)
Mendengarkan Konsentratif
Mendengarkan
konsentratif ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan penuh perhatian
untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi yang diperdengarkan. Kegiatan
mendengarkan konsentratif bertujuan untuk:
a)
Mengikuti
petunjuk-petunjuk, misalnya petunjuk untuk mengisi formulir pendaftaran.
b)
Mencari
hubungan antarunsur dalam mendengarkan, misalnya: unsur-unsur dalam bahasa.
c)
Mencari
hubungan kuantitas dan kualitas dalam suatu komponen.
d) Mencari hal-hal penting dalam kegiatan
mendengarkan.
e)
Mencari
urutan penyajian dalam bahan mendengarkan.
f)
Mencari
gagasan utama dari bahan yang telah didengarkan.
3)
Mendengarkan Eksploratif
Mendengarkan
eksploratif ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan penuh perhatian
untuk mendapatkan inormasi baru. Pada akhir kegiatan mendengarkan, pendengar biasanya dapat menemukan
gagasan baru, menemukan informasi baru dan informasi tambahan dari bidang
tertentu, menemukan topik-topik baru yang dapat dikembangkan pada masa yang
akan datang, dan menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru.
4)
Mendengarkan Interogatif
Mendengarkan
interogatif ialah kegiatan mendengarkan yang bertujuan untuk memperoleh
informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada
pemerolehan informasi tersebut. Kegiatan mendengarkan interogatif bertujuan untuk:
a)
Mendapatkan fakta-fakta dari
pembicara.
b)
Mendengarkan
gagasan baru yang dapat dikembangkan menjadi sebuah wacana yang menarik.
5)
Mendengarkan Selektif
Mendengarkan
selektif ialah kegiatan mendengarkan pasif yang dilakukan secara selektif dan
berfokus untuk mengenal bunyi-bunyi asing, nada dan suara, bunyi-bunyi homogen,
kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat, dan bentuk-bentuk bahasa yang sedang
dipelajari. Mendengarkan selektif mempunyai ciri tertentu sebagai pembeda dengan
kegiatan mendengarkan yang lain. Adapun ciri mendengarkan selektif ialah:
a)
Mendengarkan
dengan seksama untuk menentukan pilihan pada bagian tertentu yang diinginkan.
b)
Mendengarkan
dengan memperhatikan topik-topik tertentu.
c)
Mendengarkan dengan memusatkan pada
tema-tema tertentu.
6)
Mendengarkan Kreatif
Mendengarkan
keratif ialah kegaiatan mendengarkan yang bertujuan untuk mengembangkan daya
imajinasi dan kreativitas belajar. Kreativitas penyimak dapat dilakukan dengan
cara:
a)
Menirukan
lafal atau bunyi bahasa asing atau daerah, misalnya: bahasa Inggris, bahasa
Belanda, dan sebagainya.
b)
Pendengar
dapat mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara, namun menggunakan
struktur dan pilihan kata yang berbeda.
c)
Pendengar
dapat merekonstruksi pesan yang
telah disampaikan penyimak.
F.
Media yang Tepat dalam Proses Pembelajaran
Keterampilan Mendengarkan
Media secara harfiah berarti
perantara atau pengantar. Menurut AECT “Association for Education and
Comunication” media adalah segala bentuk yang di gunakan untuk proses
penyaluran informasi. Di dalam bahasa Arab, media pembelajaran disebut al-mu’ayyanat
al-sam’iyyah al-bashariyyah, yaitu alat pandang dengar. Dengan kata lain,
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan kesan dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat
mendorong terciptanya proses belajar pada dirinya.[12]
Sedangkan yang
dimaksud dengan media pembelajaran keterampilan mendengarkan adalah suatu media
yang digunakan sebagai alat perantara atau pengantar dalam proses mendengarkan
dengan penuh pemahaman, apresiasi dan evaluasi agar peserta
didik dapat dengan mudah dalam mencerna atau memahami kata atau kalimat yang
diujarkan. Adapun media yang biasanya digunakan dalam proses pembelajaran
keterampilan mendengarkan diantaranya adalah:
a.
Compact Disk (CD)
Compact disk merupakan
media yang sangat tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran keterampilan
mendengarkan, karena benda ini dapat diisi dengan beberapa bentuk software sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh guru. Sebagai contoh materi pembelajaran mendengarkan yang
dapat dimasukkan kedalam media ini seperti, video, film, drama, pidato, iklan,
lagu-lagu, atau bentuk siaran lain.
b.
Casset Recorder
Casset recorder
merupakan media yang sudah lama digunakan dalam pembelajaran keterampilan
mendengarkan, akan tetapi media ini hanya terbatas untuk materi-materi tertentu
tidak sefleksibel compact disk. Kekurangan media ini tidak dapat menampilkan
dalam bentuk gambar.
c.
Peragaan
Peragaan
merupakan media yang dapat membantu siswa dalam memahami teks yang didengar
siswa, disamping itu dapat pula memberikan penguatan terhadap makna yang
terkandung dalam teks tersebut. Peragaan disini berkedudukan sebagai media
pendukung, yang dimaksud peragaan disini adalah: gerakan badan, isyarat, mimik
wajah atau bentuk yang lainnya semisal alat peraga untuk mendukung penokohan
dalam cerita misalnya.[13]
G.
Penilaian Pembelajaran Keterampilan Mendengarkan
Penilaian
merupakan suatu proses memberikan atau menentukan nilai suatu objek tertentu
berdasarkan suatu kriteria penilaian tertentu. Sementara itu, penilaian hasil
belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai
siswa. Pembelajaran keterampilan mendengarkan dapat dikatakan baik dan ideal
jika pendengar dapat memperoleh informasi secara utuh dan memahaminya.
Pemerolehan informasilah yang menjadi sasaran tujuan pembelajaran mendengarkan.
Di dalam keterampilan mendengarkan terdapat tiga unsur pembelajaran yaitu
kebahasaan, pemahaman, dan ingatan. Kebahasaan berkaitan dengan pengetahuan
tentang gejala fonetik, kosakata, dan struktur. Sedangkan yang dimaksud dengan
pehamahaman disini adalah pemahaman terhadap bahan yang didengarkan. Dan yang
dimaksud dengan ingatan merupakan bentuk penyimpanan suatu hal dalam jangka
waktu tertentu.
Sasaran
utama tes kemampuan mendengarkan adalah kemampuan peserta tes untuk memahami
isi wacana yang dikomunikasikan secara lisan langsung oleh pembicara, atau
sekedar melalui rekaman audio atau video. Adapun yang perlu diperhatikan dalam
penilaian keterampilan mendengarkan yaitu:
1.
Persiapan
penilaian keterampilan mendengarkan
Sesuai dengan namanya penilaian
keterampilan mendengarkan, bahan tes yang diajukan disampaikan
secara lisan dan diterima oleh
peserta didik melalui sarana
pendengaran. Masalah yang mungkin muncul dalam hal ini adalah sarana apa yang
harus dipergunakan, perlukah kita mempergunakan media rekaman atau langsung
disampaikan (dibacakan) secara lisan oleh guru sewaktu tes itu berlangsung.
2.
Bahan
kebahasaan penilaian keterampilan mendengarkan
Keterampilan mendengarkan dapat
diartikan sebagai kemampuan menangkap dan memahami bahasa lain. Oleh karena
itu, bahan kebahasaan yang sesuai tentulah berupa wacana, berhubung sebuah
wacana pastilah memuat informasi. Untuk tes keterampilan mendengarkan,
pemilihan bahasan penilaian lebih ditekankan pada:
a.
Tingkat kesulitan wacana
Tingkat kesulitan wacana
terutama ditinjau dari faktor kosa kata dan struktur yang dipergunakan. Jika
kosa kata yang dipergunakan sulit, bermakna ganda dan abstrak, jarang
dipergunakan, ditambah lagi struktur kalimatnya yang kompleks, wacana tersebut
termasuk wacana yang tinggi tingkat kesulitannya. Wacana yang baik untuk
dipergunakan dalam tes kemampuan menyimak adalah wacana yang tidak terlalu
sulit, atau sebaliknya terlalu mudah.
b.
Isi dan cakupan wacana
Isi dan cakupan wacana biasanya
juga mempengaruhi tingkat kesulitan wacana, jika isi wacana itu tidak sesuai
dengan minat dan kebutuhan, atau tidak sesuai pula dengan bidang yang
dipelajari siswa, ia akan menambah tingkat kesulitan wacana yang bersangkutan. Wacana
yang akan diteskan hendaknya yang berisi hal-hal yang bersifat netral sehingga
sangat dimungkinkan adanya kesamaan pandangan terhadap isi masalah itu.
Sebaliknya, hendaklah menghindari wacana yang berisi suatu pandangan atau
keyakinan golongan tertentu karena akan menimbulkan adanya perbedaan pendapat
atau paling tidak lebih dari satu jawaban yang benar.
c.
Jenis-jenis
wacana
Adapun jenis–jenis dan atau
bentuk wacana yang sering digunakan dalam tes kemampuan menyimak adalah sebagai
berikut:
1)
Pertanyaan atau pernyataan yang singkat
Contoh:
Bacaan
diperdengarkan
Pertanyaan: Mengapa Anda datang terlambat pagi hari ini?
Pilihan Jawaban:
(a) Tadi pagi
(b)
Tidak ada masalah
(c)
Ibuku datang
(d)
Beberapa jam lagi
2)
Dialog
Contoh:
Dialog yang diperdengarkan
Suara
pertama (suara laki-laki)
Ris, saya dengar ibumu sakit.
Maaf, ya, saya tidak dapat menengok. Tapi bagaimana keadaannya sekarang?
Suara kedua (suara perempuan)
Sudah baik! Kemarin waktu
pulang sekolah, saya cemas, jangan-jangan ibu mengigau lagi. Eee, tak tahunya
ibu sudah berhadapan dengan jahitannya lagi.
Pertanyaan:
Apakah
pekerjaan ibu sehari-hari?
(a)
Berdagang
(b) Memasak
(c)
Menjahit
(d) Mengasuh
adik
(e) Mengigau
3)
Ceramah
Rangsangan yang diperdengarkan
berupa ceramah selam lima sampai delapan menit. Selama mendengarkan ceramah
siswa diperbolehkan membuat catatan-catatan yang dianggap penting. Setelah
mendengarkan ceramah, siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
disajikan secara tertulis dalam lembar tugas yang sengaja disediakan.
d.
Tingkat tes keterampilan mendengarkan
Penyusunan
tes keterampilan mendengarkan dicontohkan dalam tingkatan- tingkatan tes
seperti:
1)
Tes keterampilan
mendengarkan tingkat ingatan
2)
Tes keterampilan mendengarkan tingkat pemahaman
3)
Tes keterampilan mendengarkan tingkat penerapan
4)
Tes keterampilan mendengarkan tingkat analisis
Penilaian
dalam keterampilan mendengarkan dapat dilakukan dengan menggunakan tes objektif
dan tes esai. Dalam hal ini, tes yang diberikan harus memiliki stimulus yang
baik dan tepat agar siswa dapat memberikan respon dengan baik dan tepat pula.
Adapun macam-macam dari penilaian pembelajaran keterampilan mendengarkan
diantaranya berupa pertanyaan inferensi,
pertanyaan evaluasi, pertanyaan respon personal, dan pertanyaan aplikasi. Pertanyaan
inferensi adalah pertanyaan yang menanyakan perihal yang tidak tertera secara
eksplisit dalam sebuah bahan yang diperdengarkan. Pertanyaan evaluasi adalah
pertanyaan yang mengharuskan pendengar untuk dapat menilai bahan yang
diperdengarkan dan memberikan alasannya. Pertanyaan respon personal adalah
pertanyaan yang membutuhkan respon dari masing-masing individu dalam kegiatan
mendengarkan. Sedangkan pertanyaan aplikasi adalah penilaian terhadap perilaku
pendengar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran mendengarkan. Hal ini biasanya
dilakukan sebagai bentuk penyadaran bagi pendengar bahwa pendidik mengharapkan
sebuah kritik atau tanggapan pendengar dari bahan yang diperdengarkan.[14]
Adapun
kemampuan yang diukur dalam tes keterampilan mendengarkan mencakup:
1.
Kemampuan literal, yakni kemampuan memahami isi
teks berdasarkan aspek kebahasaan yang tersurat.
2.
Kemampuan inferensial, yakni kemampuan memahami
isi tuturan yang tersirat /
menyimpulkan isi yang tidak langsung ada dalam teks.
3.
Kemampuan reorganisasi, yakni kemampuan penataan
kembali ide pokok dan ide penjelas dalam parafon maupun ide-ide pokok parafon
yang mendukung tema pembicaraan.
4.
Kemampuan evaluativ, yakni kemampuan untuk menilai keakuratan, kemanfaatan, dan kejelasan isi pembicaraan.
5.
Kemampuan
apresiasi, yakni kemampuan menghargai isi pembicaraan.
Adapun tes dalam keterampilan mendengarkan dapat dibedakan menjadi tiga jenis,
yakni:
1.
Tes mendengarkan estetis, yaitu tes
keterampilan mendengarkan yang dilakukan dengan menggunakan bahan berupa karya sastra.
2.
Tes mendengarkan kritis, yaitu tes keterampilan
mendengarkan yang dilakukan dengan menggunakan bahan berupa tuturan yang bersifat argumentatif dan
ekspositoris.
3.
Tes mendengarkan
cepat, yaitu tes keterampilan mendengarkan yang dilakukan dengan menggunakan bahan
berupa berita, jadwal, atau daftar tertentu.
Penilaian
dalam keterampilan mendengarkan juga dapat berupa dikte, dikte merupakan
penilaian keterampilan mendengarkan tradisional. Yang dimaksud dikte adalah
kegiatan melafalkan atau membacakan suatu wacana untuk dituliskan oleh orang lain.
Dalam pembelajaran mendengarkan, dikte digunakan untuk menilai kemampuan dan
ketajaman mendengarkan bunyi-bunyi bahasa yang terdapat dalam wacana yang
dibacakan. Berikut adalah contohnya:
Petunjuk Kerja:
1)
Dengarkanlah bacaan berikut dengan seksama! (Guru membacakan bahan bacaan yang akan diujikan)
2)
Kerjakan lembar kerja di bawah ini dengan
mengisi bagian-bagian yang rumpang pada teks dengan tepat!
Kekayaan
alam Minangkabau dan seni budayanya sangat mempengaruhi (1)…dengan pola-pola
yang mengagumkan. Sekalipun ragam hias tercipta dari alat yang teramat
sederhana serta (2)…, tetapi hasil tenunnya merupakan (3)…. Jadi songket (4)…,
melainkan telah menjadi suatu bentuk seni rupa.Karena diproses dengan kecintaan
dan (5)… yang ramah terhadap lingkungan.
Bentuk
penilaian lainnya adalah penilaian objektif dan subjektif. Instrumen penilaian
objektif adalah menjawab pertanyaan, pertanyaannya biasanya berupa soal pilihan
ganda. Penilaian menjawab pertanyaan dilakukan dengan cara memberikan soal yang
kemudian dijawab. Penilaian menjawab pertanyaan sendiri dapat diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu menjawab soal frasa, menjawab pertanyaan kalimat, dan
menjawab pertanyaan wacana. Berikut contohnya:
Petunjuk
Kerja:
1)
Simaklah bacaan berikut!
Berita
peristiwa pembunuhan (Guru menayangkan atau memperdengarkan siaran berita)
2)
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini
dengan tepat!
a.
Peristiwa apa yang diinformasikan oleh pembawa berita tadi?
b.
Siapa yang menjadi tersangka dalam peristiwa tersebut?
c.
Apa alasan dari tersangka melakukan tindakan kriminal
tersebut?
d.
Jelaskan proses tersangka dalam melakukan tindak kriminal
tersebut kepada korban!
Penilaian
subjektif yang dapat digunakan untuk penilaian pembelajaran mendengarkan adalah
merumuskan inti wacana dan menjelaskan kembali. Merumuskan inti wacana adalah
mendengarkan secara utuh bahan yang diperdengarkan kemudian merumuskan kembali
berdasarkan inti bahan simakan tersebut. Berikut adalah contohnya:
Petunjuk
Kerja:
1)
Dengarkanlah cerita rakyat yang akan dibacakan
guru berikut dengan seksama!
2)
Tulis kembali cerita rakyat tersebut pada
lembar kerja di bawah ini dengan tepat!
Senja telah
tenggelam. Retno mulai membenahi dirinya dengan
segera, untuk melaksanakan ibadah sholat maghrib di mushola al-muslimun. …………………………………………………………………………………………………………….
H.
Faktor Pendorong Keefektifan Keterampilan Mendengarkan
1.
Faktor Fisik
Pada waktu mendengarkan faktor fisik adalah faktor penting yang turut
menentukan kefektifan dalam mendengarkan. Di sekolah guru hendaklah dengan
cermat dan teliti menyiapkan suasana belajar yang tidak mudah
mendatangkan gangguan bagi kegiatan mendengarkan. Dan apabila
siswa ada yang bermasalah dengan telinga atau pendengaran maka siswa tersebut
duduknya harus di depan agar mereka dapat mendengarkan apa yang kita sampaikan
dengan jelas. Berikut ini ada beberapa ciri pendengar yang baik. Cobalah
arahkan siswa Anda untuk melakukannya agar mereka berhasil dengan baik:
a.
Siap fisik dan
mental
Pendengar yang baik adalah pendengar yang
betul-betul mempersiapkan diri untuk mendengarkan. Ia memiliki kesiapan fisik dan mental, misalnya
dalam kondisi yang sehat, tidak lelah, mental stabil dan pikiran jernih.
b.
Konsentrasi
Pendengar yang baik, dapat memusatkan perhatian dam pikirannya terhadap
apa yang mereka dengar. Bahkan ia dapat menghubungkan bahan yang didengar dengan apa yang
diketahuinya. Suatu kebiasaan yang sangat buruk dalam mendengarkan adalam melamun.
Walaupun pandangan pendengar tertuju pada si pembicara, namun pikiran dan
perhatiannya mengembara ke mana-mana tanpa tujuan dan arah tertentu. Hal ini tentu sulit untuk menyerap
informasi karena perhatian dan pikiran mengembara ke mana-mana.
c.
Memiliki
motivasi untuk menambah ilmu pengetahuan
Pendengar yang baik mempunyai motivasi atau mempunyai
tujuan tertentu, misalnya: ingin menambah pengetahuan, dengan mempelajari
sesuatu. Adanya tujuan atau motivasi ini tentunya untuk menambah ilmu apa yang
diharapkan.
d.
Objektif
Pendengar yang baik adalah pendengar yang
selalu tahu tentang apa yang sedang dibicarakan dan sebaiknya penyimak selalu
menghargai pembicara walaupun pembicara kurang menarik penampilannya atau
sudah dikenal oleh pendengar.
e.
Mendengarkan secara utuh
(menyeluruh)
Pendengar yang baik akan mendengarkan secara utuh atau keseluruhan. Si
pendengar tidak hanya mendengarkan apa yang disukainya tetapi mendengarkan
secara keseluruhan.
f.
Selektif
Pendengar yang baik dapat memilih bagian-bagian yang dianggap penting
dari bahan yang diperdengarkan. Dalam mendengarkan tidak semua bahan yang
diperdengarkan diterima begitu saja, tetapi si pendengar dapat menentukan
bagian yang dianggap penting.
g.
Tidak mudah terganggu
Pendengar yang baik tidak mudah terganggu oleh suara-suara lain di luar
bunyi yang didengarkannya. Andaikata ada gangguan yang membedakan perhatiannya,
dengan cepat si pendengar kembali kepada bahan yang didengarkannya.
h.
Menghargai Pembicara
Pendengar yang baik adalah pendengar yang menghargai pembicaranya.
Siapapun yang berbicara tidaklah boleh dianggap remeh karena harus saling menghargai.
i.
Cepat menyesuaikan diri dan kenal
arah pembicaraan
Pendengar yang baik adalah pendengar yang cepat menduga ke arah mana
pembicaraa akan berlangsung bahkan mungkin ia dapat menduga garis besar isi
pembicaraan.
j.
Tidak Emosi
Pendengar yang baik adalah pendengar yang dapat mengendalikan emosinya
dan tidak mencela pembicaraan pembicara.
k.
Kontak dengan pembicara
Pendengar yang baik mencoba mengadakan kontak dengan pembicara.
Misalnya dengan memperhatikan pembicaraan pembicara, memberikan dukungan kepada
pembicara baik melalui mimik, gerak, ataupun ucapan.
l.
Merangkum
Pendengar yang baik adalah pendengar yang dapat menangkap isi
pembicaraan atau bahan yang diperdengarkan. Misalnya; dengan membuat rangkuman
dan menyampaikan atau menceritakan kembali apa yang sudah didengarnya. Namun,
perlu diingat, selama mendengarkan jangan hanya asyik mencatat sehingga pesan
pembicara tidak lagi dapat dipahami.
m. Menilai
Bagian terakhir fari proses mendengarkan adalah proses penilaian
terhadap materi yang disampaikan. Pada saat menilai tersebut, pendengar mulai
menimbang, memeriksa dan membandingkan apakah pokok-pokok pikiran yang
dikemukakan oleh si pembicara dikaitkan atau dihubungkan dengan pengalaman atau
pengetahuan si pendengar, sehingga si pendengar dapat menilai kekuatan dari
bahan simakan tersebut.
1.
Mengadakan tanggapan
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan mengevaluasi bahan yang diperdengarkan,
pendengar mengemukakan tanggapan atau reaksi, misalnya: dengan mengemukakan
komentar. Reaksi akan terlihat dalam bentuk ucapan pendek seperti; wah menarik
sekali, saya sependapat, dan sebagainya. Atau reaksi tersebut dapat juga berupa
anggukan dan senyuman yang menandakan si penyimak setuju atau puas
terhadap isi pembicaraan.
2.
Faktor Psikologis
Di samping faktor fisik yang telah dikemukakan di atas ada hal yang
sangat sulit diatasi yaitu faktor psikologis. Faktor tersebut mencakup masalah
antara lain:
a.
Berprasangka dan kurangnya simpati terhadap
pembicara.
b.
Egois terhadap masalah pribadi.
c.
Berpandangan sempit terhadap isi pembicaraan.
d.
Kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tidak
adanya perhatian terhadap pokok pembicaraan.
e.
Sikap yang tidak senang terhadap pembicara.
3.
Faktor Pengalaman
Pengalaman adalah faktor yang sangat penting dalam
mendengarkan. Apabila seseorang berpengalaman dalam mendengarkan maka bahan
yang diperdengarkan akan dikaitkan dengan pengalaman yang telah dimiliki.
Selain itu kosakata yang dimiliki si pendengarpun sangat banyak dan jika
menyampaikan kembali sangatlah lancar.
4.
Faktor Sikap
Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap
utama yaitu sikap menerima dan menolak. Orang akan bersikap menerima pada
hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi ia akan bersikap menolak
pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya. Kedua hal ini
memberi dampak pada pendengar yaitu dampak positif dan negatif.
5.
Faktor Motivasi
Motivasi merupakan salah satu butir penentu
keberhasilan seseorang. Kalau motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu maka
dapat diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan. Begitu pula halnya
dengan mendengarkan.Dalam kegiatan mendengarkan kita melibatkan sistem
penilaian kita sendiri. Kalau kita memperoleh sesuatu yang berharga dari
pembicaraan maka kita akan bersemangat mendengarkannya.
6.
Faktor Jenis Kelamin
Gaya mendengarkan pria pada umumnya bersifat
objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau tidak mau
mundur, mudah dipengaruhi, mudah mengalah dan emosional. Sedangkan gaya
mendengarkan wanita pada umumnya bersifat pasif, lembut, tidak mudah
dipengaruhi , mengalah, dan tidak emosi.
7.
Faktor Peranan dalam Masyarakat
Mendengarkan tidak terlepas dari masyarakat dan
lingkungannya. Informasi yang didapat bisa melalui radio, TV, narasumber,
dan masyarakat sekitarnya.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi mendengarkan sangat banyak
mulai dari diri sendiri sampai pada masyarakat luas. Yang penting sebagai
pendengar yang baik kita harus menghindari faktor-faktor yang menyebabkan
kita gagal dalam mendengarkan.[15]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Mendengarkan merupakan suatu proses menangkap
bunyi bahasa yang direncanakan, untuk kemudian dipahami, ditanggapi,
dievaluasi, dan ditindaklanjuti informasi ataupun pengetahuan yang kita dapat
dari proses menangkap bunyi bahasa tadi.
2.
Tujuan mendengarkan dari maing-masing individu
tidaklah sama, hal ini sangat tergantung dengan apa yang dibutuhkan oleh
individu tersebut. Dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik melakukan
kegiatan mendengarkan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan dari sang guru
akan materi yang dipelajari.
3.
Keterampilan
mendengarkan mempunyai empat prinsip, yang mana dari keempat prinsip tersebut
harus benar-benar diterapkan dalam pembelajaran keterampilan mendengarkan agar
proses mendengarkan bisa
dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
4.
Ada beberapa prosedur yang musti kita perhatikan
dalam mendengarkan, diantaranya
adalah mendengarkan, memahami, menginterpretasi, dan mengevaluasi.
5.
Secara
garis besar, keterampilan mendengarkan
dibagi menjadi dua jenis yaitu keterampilan mendengarkan ekstensif dan keterampilan mendengarkan intensif.
6.
Ada
banyak media yang bisa kita gunakan dalam pembelajaran mendengar, diantaranya
adalah compact disk yang di dalamnya dapat memuat berbagai macam software
seperti video, film, ataupun lagu, casset recorder, peragaan, dan masih banyak
lagi.
7.
Penilaian dalam keterampilan mendengarkan dapat dilakukan
dengan menggunakan tes objektif dan tes esai. Dalam hal ini, tes yang diberikan
harus memiliki stimulus yang baik dan tepat agar siswa dapat memberikan respon
dengan baik dan tepat pula.
8.
Faktor yang mempengaruhi mendengarkan sangat
banyak mulai dari diri sendiri sampai pada masyarakat luas.
B.
Saran
Saran
sehubungan dengan materi yang dibahas yakni mengenai keterampilan mendengarkan,
menurut kelompok kami hendaknya sebagai calon pendidik pada nantinya ketika
kita sudah terjun di dalam kegiatan belajar mengajar kita harus lebih
memperhatikan lagi bagaimana caranya agar apa yang kita sampaikan dapat
dimengerti oleh peserta didik kita serta bagaimana cara agar dalam pembelajaran
mendengarkan peserta didik tidak mudah merasa bosan. Kita harus lebih menyadari
bahwa apabila pembelajaran mendengarkan
tidak berjalan efektif jangan terburu-buru berasumsi bahwa kesalahan terletak
pada peserta didik, mungkin kesalahan juga terletak pada diri kita sebagai
pendidik yang kurang berinovasi. Dan saran sehubungan dengan makalah ini, tiada
gading yang tak retak dengan kata lain makalah ini tak luput dari kekurangan.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dari berbagai pihak demi lebih baiknya
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arsjad, Maidar. 2000. Macam
dan Proses Pengajaran Mendengarkan Modul II Program Penyetaraan D-II Guru SD P3GB. Jakarta: P3GB
Press.
Asnawir. 2002. Media
Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press.
Chaniago, Sam Mukhtar. 2002. Analisis Kemampuan Mendengarkan Siswa
SLTP se-Jakarta Timur. Jakarta: Lembaga
PenelitianUniversitas Negeri Jakarta Press.
Mudjianto dan
Gatut Susanto. 2010. Materi Pembelajaran
Mendengarkan. Malang:
UIN Malang Press.
Hermawan, Herry. 2012. Mendengarkan Keterampilan Berkomunikasi yang Terabaikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nichols,
Michaels. 2007. The
Lost Art of Listening. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nurhadi. 2005. Tata Bahasa Pendidikan, Landasan Penyusunan Buku Pelajaran
Bahasa. Semarang : IKIP Semarang Press.
Bahasa. Semarang : IKIP Semarang Press.
Putra, Remianto. 2000. Pandai Mendengar Kunci Sukses. Jakarta: Prasetya
Pustaka.
Rochmulyati. 2003. Teknik Penilaian Keterampilan Mendengarkan yang Efektif dalam
Komunikasi. Jakarta:
Pustaka Binaman Pressindo.
Tarigan, Djago. 2006. Pendidikan Bahasa Indonesia: Keterampilan
Mendengarkan. Jakarta: Karunika.
Tarigan, Henry Guntur. 2006. Mendengarkan Sebagai
Suatu Keterampilan. Bandung:
Angkasa.
[1] Mudjianto dan Gatut Susanto, Materi Pembelajaran
Mendengarkan, (Malang: UIN Malang Press, 2010), hal. 39.
[2] Henry Guntur Tarigan, Mendengarkan Sebagai Suatu Keterampilan, (Bandung: Angkasa, 2006), hal. 51.
[3] Herry Hermawan, Mendengarkan Keterampilan
Berkomunikasi yang Terabaikan, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2012), hal. 63.
[4] Nurhadi, Tata
Bahasa Pendidikan, Landasan Penyusunan Buku Pelajaran
Bahasa, (Semarang : IKIP Semarang Press, 2005), hal. 52.
Bahasa, (Semarang : IKIP Semarang Press, 2005), hal. 52.
[5] Maidar Arsjad, Macam dan Proses
Pengajaran Mendengarkan Modul II.
Program Penyetaraan D-II Guru SD P3GB, (Jakarta: P3GB Press, 2000), hal. 82.
[6] Sam Mukhtar Chaniago, Analisis Kemampuan Mendengarkan Siswa SLTP
se-Jakarta Timur, (Jakarta:
Lembaga PenelitianUniversitas
Negeri Jakarta Press, 2002)
[7] Djago
Tarigan, Pendidikan Bahasa
Indonesia: Keterampilan Mendengarkan, (Jakarta: Karunika, 2006), hal. 68.
[12] Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta:
Ciputat Press, 2002), hal. 49.
[14] Rochmulyati, Teknik Penilaian Keterampilan Mendengarkan
yang Efektif dalam Komunikasi, (Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 2003),
hal. 83.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar