Sabtu, 15 September 2018

SOSIOLOGI PENDIDIKAN: UAS Observasi Peran dan Kepedulian Masyarakat di Dunia Pendidikan


PERAN DAN KEPEDULIAN MASYARAKAT
DI DUNIA PENDIDIKAN
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Sosiologi Pendidikan
Yang dibina oleh Datu Jatmiko, S.Pd. M.A.









Disusun Oleh:
Nama        : Risma Nur Izzati
Kelas         : PGMI-2A
NIM          : 17205153002



JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
Mei 2016



KATA PENGANTAR
Assalamualaikum1.png
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt.yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta  salam  semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad saw.dan semoga kita akan selalu mendapat syafaatnya baik didunia maupun di akhirat kelak.
Alhamdulillah, dengan pertolongan dan hidayah-Nya  penulis dapat  menyusun makalah ini untuk memenuhi  tugas ujian akhir semester mata kuliah Sosiologi Pendidikan yang berjudul PERAN DAN KEPEDULIAN MASYARAKAT DI DUNIA PENDIDIKAN.
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak penulisan makalah ini tidak mungkin terlaksana dengan baik.Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.        Dr. Mafthukin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di IAIN Tulungagung ini,
2.        Datu Jatmiko, S.Pd. M.A. selaku Dosen pengampu mata kuliah Sosiologi Pendidikan yang telah membimbing dan mengarahkan kami dengan sabar agar mempunyai pemahaman yang benar mengenai mata kuliah ini,
3.        Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membuahkan ilmu yang maslahahfiidinniwadunyawalakhirah.


Tulungagung, 18 Mei 2016



      Penulis

DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang..................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.       Tujuan Pembahasan.............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A.      Profil Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum....................................... 3
B.       Sejarah Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.................. 6
C.       Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum............ 8
D.      Potret Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum...................................... 8
E.       Persepsi Masyarakat terhadap adanya
Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum................................................. 10
F.        Peran dan Kepedulian Masyarakat terhadap
Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum................................................. 11
G.      Analisis................................................................................................. 12


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Madrasah dulunya hanya dikenal sebagai sebuah lembaga pendidikan non-formal yang sebatas mempelajari tentang ilmu agama, mengaji, yang dilaksanakan pada sore hari atau masyarakat lebih akrab menyebutnya dengan Madrasah Diniyah. Madrasah tersebut merupakan wujud cita-cita masyarakat, yang menginginkan anaknya untuk menjadi seseorang yang kuat agamanya. Seiring berjalannya waktu, cita-cita masyarakatpun mulai bergeser, mereka tidak hanya menginginkan anaknya untuk sukses dalam kehidupan akhiratnya saja tetapi mereka juga menginginkan anaknya untuk menjadi seseorang yang sukses di dalam kehidupan dunia. Menyikapi hal ini banyak Madrasah ataupun pondok mulai melebarkan sayapnya menjadi sebuah lembaga yang mempelajari ilmu agama dan ilmu dunia. Dari kebutuhan, pandangan, dan keinginan masyarakat inilah banyak pondok dan madrasah di indonesia ini bersolek menjadi pondok modern maupun madrasah ibtidaiyah formal guna merealisasikan cita-cita masyarakat. Karena sesungguhnya pendidikan itu adalah dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat.
Oleh sebab itu disini penulis akan melihat secara langsung sebuah lembaga pendidikan dan bagaimana persepsi maupun peran serta masyarakat sekitar terhadap lembaga pendidikan tersebut. Dan di makalah ini pula penulis mencoba untuk mengkaji sikap masyarakat terhadap pendidikan sesuai dengan apa yang telah diajarkan di mata kuliah sosiologi pendidikan. Semoga makalah observasi ini bisa bermanfaat dan pastinya apa yang penulis harapkan bisa tercapai.





B.       Rumusan Masalah
1.        Bagaimana profil Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum?
2.        Bagaimana sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum?
3.        Bagaimana visi, misi, dan tujuan Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum?
4.        Bagaimana potret Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum?
5.        Bagaimana persepsi masyarakat terhadap adanya Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum?
6.        Bagaimana peran dan kepedulian Masyarakat terhadap Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum?
7.        Bagaimana analisis penulis terhadap hal tersebut?

C.      Tujuan Pembahasan
1.      Untuk menjelaskan profil Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.
2.      Untuk menjelaskan sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.
3.      Untuk menjelaskan visi, misi, dan tujuan Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.
4.      Untuk memperlihatkan potret Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.
5.      Untuk menjelaskan persepsi masyarakat terhadap adanya Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.
6.      Untuk menjelaskan peran dan kepedulian masyarakat terhadap Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.
7.      Untuk menjelaskan analisis penulis terhadap hal tersebut.








BAB II
PEMBAHASAN

A.      Profil Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum
1.        Nama Madrasah                    : Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum
2.        No. Statistik Madrasah         : 111235030011
3.        Akreditasi Madrasah            : B
4.        Alamat Madrasah                 : Dsn. Bendil RT 20 RW 09 Ds. Wonocoyo
                                                       Kec. Pogalan Kab. Trenggalek Provinsi
  Jawa Timur.
5.        No. Telepon                          : (0355) 797684
6.        E-mail                                   : miriyadlatululum@gmail.com
7.        Website                                 : http://miriyadlatululumwonocoyo.blogspot.com
8.        No. NPWP Madrasah           : 31.504.587.2-629.000
9.        Nama Kepala Madrasah       : Hadi Winoto, S.Pd.I
10.    No. Telepon/ HP                   : (0355)797684 – 081803415290
11.    Nama Yayasan                      : LP Ma’arif NU
12.    Alamat Yayasan                   : Jl. Panglima Sudirman No. 26 Trenggalek
13.    No. Telepon Yayasan           : (0355) 792100
14.    No. Akte Pendirian               : L.m./3/983/8/1978
15.    Kepemilikan Tanah               : Yayasan
  Status : Tanah Wakaf
  Luas Tanah : 740  m2
16.    Status Bangunan                   : Yayasan
17.    Luas Bangunan                     :  258 m2
18.    Luas Tanah                           : 740 m2
19.    Jumlah Peserta Didik            : 141
20.    Data Siswa dalam Lima Tahun Terakhir :

Tahun Pelajaran
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Kelas 5
Kelas 6
Jumlah Total
Jml Siswa
Jml Rombel
Jml Siswa
Jml Rombel
Jml Siswa
Jml Rombel
Jml Siswa
Jml Rombel
Jml Siswa
Jml Rombel
Jml Siswa
Jml Rombel
Jml Siswa
Jml Rombel
2009/2010
25
1
19
1
16
1
15
1
18
1
17
1
110
6
2010/2011
24
1
25
1
19
1
14
1
15
1
18
1
115
6
2011/2012
29
1
23
1
24
1
19
1
14
1
15
1
124
6
2012/2013
33
1
29
1
23
1
25
1
19
1
16
1
145
6
2013/2014
16
1
32
1
28
1
22
1
24
1
19
1
141
6
2014/2015
28
1
16
1
30
1
28
1
21
1
24
1
147
6
2015/2016
20
1
27
1
16
1
32
2
25
1
21
1
141
7

21.    Data Sarana Prasarana
No
Jenis Parasarana
Jumlah
Ruangan
Kondisi
Baik
Kondisi
Rusak
Kategori Kerusakan
Ringan
Sedang
Berat
1
Ruang Kelas
7
2
4
-
1
3
2
Perpustakaan
-
-
-
-
-
-
3
Lab. IPA
-
-
-
-
-
-
4
Lab. Biologi
-
-
-
-
-
-
5
Lab. Fisika
-
-
-
-
-
-
6
Lab. Kimia
-
-
-
-
-
-
7
Lab. Komputer
-
-
-
-
-
-
8
Lab. Bahasa
-
-
-
-
-
-
9
R. Pimpinan
1
1
-
-
-
-
10
R. Guru
1
-
-
-
-
-
11
R. Tata Usaha
-
-
-
-
-
-
12
R. Konseling
-
-
-
-
-
-
13
Tempat Beribadah
-
-
-
-
-
-
14
UKS
-
-
-
-
-
-
15
Jamban
1
-
1
-
-
1
16
Gudang
-
-
-
-
-
-
17
R. Sirkulasi
-
-
-
-
-
-
18
Tempat Olahraga
-
-
-
-
-
-
19
R. Organisasi Kesiswaaan
-
-
-
-
-
-
20
R. Lainnya
-
-
-
-
-
-

22.    Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
No
Keterangan
Jumlah

Pendidik

1
Guru PNS yang Diperbantukan Tetap
3
2
Guru Tetap Yayasan
8
3
Guru Honorer
-
4
Guru Tidak Tetap
-

Tenaga Kependidikan

1
Pesuruh
-

NO
Nama Guru
Pend.
Terakhir
TMT
Status Guru
1
Hadi Winoto, S.Pd.I
S-1
20/07/1994
GTY
2
Juwariyah, S.Pd
S-1
01/01/1982
PNS Diknas
3
Hartati, S.Pd.I
S-1
01/01/2006
PNS Kemenag
4
Kusnul Watoni, S.Ag
S-1
01/06/1996
GTY
5
Arif Mustofa, S.Pd.I
S-1
01/07/2000
GTY
6
Siti Saudah, S.Pd.I
S-1
20/07/2003
GTY
7
Lamuji, S.Pd.I
S-1
01/02/2002
GTY
8
Alim Yuliani, S.Pd.I
S-1
01/07/2005
GTY
9
Binti Choirotun Nikmah, S.Pd.I
S-1
01/07/2005
GTY
10
Dina Yuniarti, S.Pd.I
S-1
01/07/2005
GTY
11
Luklu’ul Mungfatirah, S.Pd.I
S-1
01/02/2009
PNS Kemenag

B.       Sejarah Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum
Lembaga pendidikan ini dahulu pada awalnya hanya berupa madrasah diniyah atau sejenis taman pendidikan al-qur’an, yang sebatas hanya mempelajari pendidikan agama saja. Bangunannya pun hanya berupa bilik bambu yang memiliki lubang disana-sini, menurut narasumber lubang di dinding itu sering dimanfaatkan para siswa sebagai jalur untuk membolos. Kondisi yang seperti itu, serta kian tumbuhnya lembaga pendidikan yang tidak hanya sebatas mempelajari tentang ilmu agama saja, membuat jumlah peserta didik merosot tajam. Tak ingin membuat madrasah tersebut mangkrang begitu saja, para masyarakat sekitar pun berinisiatif untuk mengubah madrasah diniyah tersebut menjadi madrasah yang tidak hanya mempelajari tentang agama saja melainkan juga mempelajari tentang ilmu-ilmu umum yang nantinya dapat dijadikan bekal untuk terjun di masyarakat. Berbekal tanah wakaf dari bapak Mukiran seluas 740 m2 serta dana dari berbagai elemen masyarakat maupun pemerintah, akhirnya pada tanggal 1 Agustus 1968 Madrasah yang kemudian diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum pun resmi berdiri. Tak ada bilik bambu lagi, madrasah ini sekarang sudah kian bersolek, untuk mensiasati tanah yang tidak terlalu luas, pihak sekolah membuat bangunan 2 lantai untuk menampung peserta didiknya. Dan untuk menampung bakat atau minat siswa, madrasah ini mempunyai 2 ekstrakulikuler yakni pramuka dan drumband yang menjadi kebanggaan madrasah ibtidaiyah dan masyarakat sekitar ini.

C.      Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum
1.        Visi
“Terbentuknya manusia beriman, bertaqwa, cerdas, dan terampil yang berakhlakul karimah”
Indikator-indikator lainnya adalah:
a.         Menjadikan ajaran-ajaran islam dan nilai-nilai lainnya sebagai pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup dalam kehidupan sehari-hari.
b.        Memiliki daya saing dalam prestasi akademik.
c.         Memiliki daya saing dalam memasuki pendidikan dasar lebih lanjut (MTs/SMP) yang favorit.
d.        Memiliki daya saing dalam prestasi non akademik.
e.         Memiliki daya saing dalam prestasi KIR pada tingkat lokal atau nasional.
f.         Memiliki daya saing dalam prestasi seni dan olahraga.
g.        Memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan.
h.        Memiliki kemampuan beradaptasi dan survive di lingkungannya.
i.          Memiliki lingkungan madrasah yang nyaman dan kondusif untuk belajar.
j.          Mendapat kepercayaan dari masyarakat.
2.        Misi
a.       Memberdayakan peningkatan kualitas sumber daya pendidik.
b.      Intensifikasi kegiatan KKG dan KKM.
c.       Intensifikasi kegiatan ekstrakulikuler.
d.      Meningkatkan peranserta komite madrasah.
e.       Mendayagunakan sumber dana yang ada.
f.       Menciptakan sekolah sebagai salah satu pusat kebudayaan siswa.
g.      Penekanan bahwa perilaku guru harus menjadi uswah bagi siswanya.
3.        Tujuan
a.       Menciptakan karakter pada diri anak untuk mampu dengan baik dan benar serta istiqomah dalam mengamalkan ajaran agama hasil dari proses pembelajaran dan kegiatan pembiasaan.
b.      Mampu meraih prestasi akademik maupun non akademik minimal di tingkat kecamatan.
c.       Dengan matang menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tninggi.
d.      Memiliki kepedulian dan kesadaran warga madrasah terhadap keamanan, kebersihan, dan keindahan lingkungan madrasah daripada sebelumnya.
e.       Semakin meningkat, baik secara kualitas maupun kuantitas sarana/prasarana dan fasilitas yang mendukung peningkatan prestasi akademik dan non akademik.
f.       Menciptakan lulusan (out put) yang berkualitas dan handal dari tahun ke tahun dan siap bersaing dengan lulusan lainnya.
g.      Pada tahun 2012 para siswa yang memiliki minat, bakat dan kemampuan terhadap Bahasa Arab dan Inggris semakin meningkat dari sebelumnya, dan mampu menjadi MC dan berpidato dengan 2 bahasa tersebut.
h.      Pada tahun 2015, terjadi peningkatan manajemen partisipatif  warga madrasah, diterapkanya manajemen pengendalian mutu madrasah, terjadi peningkatan animo siswa baru, dan akkreditasi madrasah mendapatkan nilai minimal B.[1]

D.      Potret Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum


Text Box: Gedung Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum

 



Text Box: Keceriaan siswa-siswi MI Riyadlatul Ulum bermain di halaman madrasah saat jam istirahat










Text Box: Marching Band MI Riyadlatul Ulum
 


E.       Text Box: Potret saat penulis mewawancarai masyarakat sekitar, di teras mushola sekitar madrasah.Persepsi Masyarakat terhadap adanya Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum

Berdasarkan observasi yang saya lakukan beberapa waktu yang lalu, menurut ibu Robingatun (masyarakat sekitar Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum) yang sempat saya wawancarai, dengan adanya Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum, beliau dan masyarakat sekitar merasa sangat senang dan terbantu. Karena apa? mengingat daerah mereka yang terhitung berada di dalam (terpelosok), dengan dibangunnya Madrasah tersebut mereka jadi tidak bingung lagi memikirkan sekolah untuk anaknya, karena Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum terletak di tengah-tengah pemukiman warga. Biaya sekolah yang seratus persen gratispun kian meringankan beban hidup mereka. Keadaan ekonomi yang seperti itu, membuat mereka mempunyai harapan yang sangat tinggi pada lembaga pendidikan. Mereka berharap dengan pendidikan anak-anak mereka bisa menjadi seseorang yang berhasil, yang kemudian pada nantinya bisa membawa mereka ke kehidupan yang lebih baik.
Karena mayoritas dari masyarakat sekitar menganut agama islam dan tergolong kuat agamanya, mereka juga sangat antusias sekali untuk menyekolahkan anaknya di Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum. Mereka sadar bahwa sekarang ini dunia sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat, kemajuan tersebut pastinya juga berpengaruh pada pola pikir, tingkah laku, atau pergaulan anaknya. Mereka rasa berbekal ilmu pengetahuan saja tidak cukup, oleh sebab itu haruslah diimbangi dengan nilai-nilai agama yang kuat.
Ditambah dengan ekskul drumband yang masih tergolong jarang diadakan di pendidikan tingkat dasar di wilayah Trenggalek, masyarakat menjadi semakin bangga karena di Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum memiliki ekskul tersebut. Dengan adanya 2 ekskul yakni pramuka dan drumband anak-anak dilatih untuk mengeksplorasi bakatnya dan menyalurkannya.[2]

F.       Peran dan Kepedulian Masyarakat terhadap Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum
Disini masyarakat sekitar mempunyai peran dan kepedulian yang sangat besar terhadap Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum. Kita lihat saja yang mempunyai inisiatif untuk mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum dari awal adalah masyarakat itu sendiri.  Menurut kepala Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum masyarakat sekitar banyak berperan aktif dalam meningkatkan kemajuan MI kebanggaan masyarakat Wonocoyo tersebut, Hal ini terbukti, dalam setiap kegiatan yang dilakukan Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum, misalnya dalam kegiatan pembangunan Madrasah, masyarakat sekitar selalu ikut membantu, entah itu membantu dalam hal materi (sumbangan dana) ataupun dalam hal tenaga. Menyadari antusiasme masyarakat sekitar, pihak madrasahpun tidak lupa selalu mengundang atau melibatkan masyarakat sekitar dalam beberapa kegiatan yang dirasa akan lebih baik jika melibatkan orang-orang di sekitar lingkungan madrasah. Sumbangsih masyarakat pun dibayar sepadan oleh pihak madrasah dengan mencetak peserta didik yang pandai dan berakhlakul karimah.[3]

G.      Analisis
Masyarakat merupakan suatu sistem yang meliputi unit biofisik para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama periode waktu tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiologi suatu masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi. Dan dari lahir sampai mati manusia hidup sebagai anggota masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat interaksi sosial, antara satu orang dengan orang lainnya. Dengan adanya interaksi tersebut, kemungkinan besar seseorang akan mengalami pengaruh maupun mempengaruhi orang lain. Masyarakat itu sangatlah luas, bahkan dapat meliputi seluruh umat manusia. Masyarakat juga terdiri atas berbagai kelompok baik itu kelompok besar maupun kelompok kecil.[4]
Dari asumsi sosiologi tersebutlah bisa saya analisis bahwa pada masyarakat sekitar Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum sudah memiliki kepedulian yang sangat tinggi dan persepsi positif terhadap lembaga tersebut kemungkinan besar karena interaksi sosial yang mereka lakukan, dilihat dari tingkat pendidikan mereka yang hanya tamatan SD, dapat dipastikan mereka memiliki pemikiran tersebut karena interaksi yang mereka lakukan dengan anggota masyarakat yang lebih luas dan lebih tinggi tingkat pendidikannya, karena interaksi tersebutlah pandangan mereka dan kontribusi mereka bagi lembaga pendidikan di sekitar mereka menjadi positif.
Diatas juga telah disebutkan, persepsi mereka menjadi positif salah satunya karena masyarakat sangat terbantu dengan biaya pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum yang merakyat alias seratus persen gratis, hal ini menyiratkan bahwa kehidupan perekonomian mereka berada pada golongan menengah ke bawah. Meski demikian hal tersebut tidak menghalangi rasa kepedulian mereka terhadap Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum, terbukti tanpa melihat keadaan keuangan mereka, apabila sekolah membutuhkan bantuan dana mereka tidak segan-segan untuk mengulurkan bantuan dana, seberapapun nominalnya. Kekurangan tidak menutup keyakinan mereka akan pendidikan yang bisa membawa mereka ke arah yang lebih baik. Persepsi masyarakat, umumnya pada segi ekonomi.
Di sosiologi pendidikan sendiri memang ada suatu hubungan antara sistem ekonomi di masyarakat dengan pendidikan itu sendiri. Di Indonesia khususnya masih terdapat suatu kesenjangan sosial dari keadaan ekonomi yang berpengaruh pada lembaga pendidikan yang ditempatinya. Terbukti, sekolah gratis banyak diserbu oleh masyarakat yang tingkat ekonominya menengah ke bawah. Dari hal tersebutlah pendidikan di mata mereka senantiasa dibingkai dari realitas sosial ekonomi masyarakat tertentu. Hal tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah keyakinan umum bahwa seseorang yang memiliki bekal pendidikan formal akan cenderung menuai sukses ekonomi merupakan contoh pengaruh pranata pendidikan terhadap aktivitas ekonomi para anggota suatu masyarakat.[5]
Guru, dokter, direktur identik dengan pekerjaan yang membutuhkan tingkatan pendidikan yang tinggi dan menghasilkan gaji yang tinggi pula. Sementara itu, petani, nelayan, pedagang asongan identik dengan pekerjaan yang tidak membutuhkan titel pendidikan dan menghasilkan upah yang rendah. Hal tersebut tidak bisa dikatakan salah atau benar, karena pada dasarnya pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan ekonomi. Yang perlu digaris bawahi adalah pendidikan bukanlah menyebabkan peningkatan penghasilan, melainkan menghasilkan peningkatan kualitas sumber daya manusia, karena pendidikan dan pembangunan ekonomi terletak pada unsur manusianya.[6]
Nah, realisasinya adalah semakin tinggi pendidikan yang dienyam, hidup manusia akan semakin berkualitas. Kualitas itu bersifat luas, tidak hanya dari segi ekonomi saja. Jadi, yang perlu diubah disini adalah persepsi masyarakat terhadap dunia pendidikan yang dapat meningkatkan perekonomianlah yang menjadi masalah dan menurut saya perlu diubah.
Persepsi, peran, dan kepedulian masyarakat diatas bisa terjadi karena perubahan sosial, hal ini terkait dengan teori konflik yang menjelaskan sebab-sebab terjadinya perubahan sosial. Pada teori konflik  menurut Ralf Dahrendorf, semua perubahan yang terjadi merupakan hasil dari adanya konflik kelas di masyarakat. Dahendorf yakin bahwa konflik dan pertentangan selalu ada dalam setiap bagian masyarakat. Teori ini menyatakan bahwa konflik itu berasal dari pertentangan kelas antara kelompok tertindas dan kelompok penguasa.[7]
Berbekal teori konflik tersebut saya menarik suatu asumsi bahwa persepsi positif dan kepedulian masyarakat yang besar akan dunia pendidikan itu lahir dari basic bahwa mereka merasa tertindas berada pada golongan masyarakat yang seperti saat ini (golongan bawah), konflik yang mereka rasakan tersebut kemudian menjadi cambuk bagi mereka untuk mementingkan yang namanya pendidikan. Mereka percaya bahwa pendidikan bisa mengakhiri semua konflik yang terjadi, sebab mereka yakin bahwa pendidikan akan membawa suatu perubahan pada taraf kehidupannya.
Hal ini juga berkaitan dengan teori fungsionalis dari William Ogburn. Teori ini menganggap bahwa perubahan sosial terjadi akibat ketidakpuasan masyarakat akan kondisi sosialnya yang secara pribadi yang kemudian mempengaruhi mereka.[8]
Dan apabila teori fungsionalis tersebut dikaitkan dengan apa yang terjadi pada masyarakat sekitar Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum, menurut saya mungkin ada suatu ketidakpuasan pada diri masyarakat khususnya pada kesejahteraan hidup mereka yang pada akhirnya membuat mereka merubah cara pandang mereka menjadi sangat positif dan peduli terhadap dunia pendidikan. Karena mereka mulai bisa berpikir bahwa pendidikan itu penting bagi kesejahteraan hidup mereka.
Nilai merupakan pandangan tentang baik buruknya sesuatu, maka norma merupakan ukuran yang digunakan oleh masyarakat apakah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang merupakan tindakan yang wajar dan dapat diterima dikarenakan sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat ataukah merupakan tindakan yang menyimpang karena tidak sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat.[9]
Dari asumsi diatas dapat dipastikan bahwa masyarakat mempunyai persepsi yang positif terhadap Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum karena lembaga tersebut berhasil menanamkan nilai-nilai yang baik kepada diri peserta didiknya. Tak hanya itu saja nilai-nilai yang ditanamkan tersebut juga diterapkan oleh peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum di dalam kehidupan bermasyarakat. Karena hal itu masyarakat bisa menjudge bahwa para siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum itu anaknya santun-santun, tingkah lakunya sesuai dengan norma yang ada di masyarakat. Hal ini juga mengindikasikan bahwa para guru di Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum sudah betul-betul mengimplikasikan kompetensi kepribadian pada saat proses belajar mengajar maupun di luar itu, kompetensi kepribadian menurut pasal 28 ayat (3) butir b ialah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. Tercapainya kompetensi diatas juga turut mengisyaratkan bahwa peranan guru sebagai teladan bagi siswanya telah terlaksana dengan baik.[10]
Munculnya sebuah lembaga pendidikan di tengah-tengah masyarakat Wonocoyo membawa perubahan pada diri mereka. Pendidikan tidak hanya menimbulkan perkembangan dan perubahan kelakuan dan pemikiran pada diri peserta didiknya, tetapi juga pada perilaku dan pemikiran masyarakat di sekitarnya. Hal tersebut membuktikan bahwa pendidikan sebagai daya pengubah masyarakat itu memang benar adanya. Bahkan sebelum pendidikan sendiri itu tersampaikan pada diri mereka secara langsung. Oleh sebab itu, penting bagi sebuah lembaga pendidikan untuk mempertahankan dan menyampaikan nilai-nilai yang berkembang di dalam masyarakat ke dalam diri peserta didik. Tujuannya tak lain adalah agar masyarakat bisa dengan mudahnya menerima keberadaan lembaga pendidikan tersebut, sebab lembaga tersebut sudah sesuai dengan apa yang mereka harapkan.[11]
Ada satu masalah yang saya temui setelah saya melakukan analisis yakni persepsi masyarakat yang salah terhadap tujuan atau fungsi pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang pada dasarnya bertujuan atau berfungsi untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, kini telah disalah artikan oleh hampir sebagian besar masyarakat. Di mata mereka pendidikan hanya sebatas bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup. Solusi untuk mengatasi hal ini menurut saya, seharusnya pihak sekolah ataupun segala elemen yang mempunyai kepedulian terhadap hal ini memberikan sosialisasi atau pengertian kepada masyarakat akan tujuan pendidikan yang sebenarnya. Alasan mengapa permasalahan krusial ini saya ungkit adalah, agar nantinya pada saat buah hati mereka lulus dari pendidikannya, mereka tidak menyesal di saat anak mereka tidak mendapatkan pekerjaan yang mereka dambakan. Sebab realitasnya kebanyakan masyarakat beranggapan menyekolahkan anak susah-susah mahal-mahal tapi tak ada hasilnya. Hal inilah yang kemudian pada nantinya akan membuat mereka merendahkan pendidikan. Coba bandingkan kalau mereka tahu bahwa tujuan pendidikan itu adalah untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Mereka akan memandang manfaat pendidikan lewat perubahan tingkah laku anaknya ke arah yang lebih baik, bukan dari segi materinya saja.

























BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Peran masyarakat sebagi pengawal pendidikan telah terlaksana dengan baik. Tanpa campur tangan secara langsung dari pihak manapun, dengan sendirinya masyarakat sudah sadar dan bahkan memiliki sumbangsih langsung bagi kemajuan lembaga pendidikan. Interaksi sosial dan ketidakpuasan masyarakat akan keadaan sosialnyalah yang memicu perubahan cara pandang mereka terhadap pendidikan.

B.       Saran
Sehubungan dengan isi makalah ini, sebaiknya pemerintah atau para aparatur pendidikan lebih mensosialisasikan lagi tujuan pendidikan itu sendiri yakni untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, bukannya untuk meningkatkan taraf perekonomian. Dan melihat masih besarnya rasa kepedulian pada diri masyarakat terhadap dunia pendidikan alangkah baiknya jika masyarakat ikut dilibatkan dalam sebagian besar agenda pendidikan itu sendiri. Intinya masyarakat diberi suatu tempat yang pentinglah di lembaga itu sendiri. Dan sehubungan dengan penyusunan makalah ini, tiada gading yang tak retak, artinya makalah ini tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu saya meminta kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi lebih baiknya makalah ini.








DAFTAR PUSTAKA

Ary, Gunawan. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Damsar. 2012. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
M., Pidarta. 2003. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nasution, S. 2003. Sosiologi Pendidikan. Bandung: Jemmars.
Nasution, S. 2014. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rifa’i, Muhammad. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Salam, Burhanuddin. 2013. Pengantar Pedagogik. Jakarta: Rineka Cipta.
Waluya, Bagja. 2009. Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. Jakarta: Depdiknas.
Narasumber: Hadi Winoto S.Pd.I. Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.
Narasumber: Ibu Robingatun. Masyarakat sekitar Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.


[1] Narasumber: Hadi Winoto, S.Pd.I, Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.
[2] Narasumber: Ibu Robingatun, Masyarakat sekitar Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.
[3] Narasumber: Hadi Winoto, S.Pd.I, Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.
[4] S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Bandung: Jemmars, 2003), hlm. 68.
[5] Pidarta M., Landasan Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm. 78.
[6] Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 168-169.
[7] Gunawan Ary, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 32.
[8] Bagja Waluya, Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, (Jakarta: Depdiknas, 2009), hlm. 23.
[9] Muhammad Rifa’i, Sosiologi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 156.
[10] Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 159.
[11] S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), hlm. 21.

BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan........................................................................................... 18
B.       Saran..................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 19



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Madrasah dulunya hanya dikenal sebagai sebuah lembaga pendidikan non-formal yang sebatas mempelajari tentang ilmu agama, mengaji, yang dilaksanakan pada sore hari atau masyarakat lebih akrab menyebutnya dengan Madrasah Diniyah. Madrasah tersebut merupakan wujud cita-cita masyarakat, yang menginginkan anaknya untuk menjadi seseorang yang kuat agamanya. Seiring berjalannya waktu, cita-cita masyarakatpun mulai bergeser, mereka tidak hanya menginginkan anaknya untuk sukses dalam kehidupan akhiratnya saja tetapi mereka juga menginginkan anaknya untuk menjadi seseorang yang sukses di dalam kehidupan dunia. Menyikapi hal ini banyak Madrasah ataupun pondok mulai melebarkan sayapnya menjadi sebuah lembaga yang mempelajari ilmu agama dan ilmu dunia. Dari kebutuhan, pandangan, dan keinginan masyarakat inilah banyak pondok dan madrasah di indonesia ini bersolek menjadi pondok modern maupun madrasah ibtidaiyah formal guna merealisasikan cita-cita masyarakat. Karena sesungguhnya pendidikan itu adalah dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat.
Oleh sebab itu disini penulis akan melihat secara langsung sebuah lembaga pendidikan dan bagaimana persepsi maupun peran serta masyarakat sekitar terhadap lembaga pendidikan tersebut. Dan di makalah ini pula penulis mencoba untuk mengkaji sikap masyarakat terhadap pendidikan sesuai dengan apa yang telah diajarkan di mata kuliah sosiologi pendidikan. Semoga makalah observasi ini bisa bermanfaat dan pastinya apa yang penulis harapkan bisa tercapai.





B.       Rumusan Masalah
1.        Bagaimana profil Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum?
2.        Bagaimana sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum?
3.        Bagaimana visi, misi, dan tujuan Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum?
4.        Bagaimana potret Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum?
5.        Bagaimana persepsi masyarakat terhadap adanya Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum?
6.        Bagaimana peran dan kepedulian Masyarakat terhadap Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum?
7.        Bagaimana analisis penulis terhadap hal tersebut?

C.      Tujuan Pembahasan
1.      Untuk menjelaskan profil Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.
2.      Untuk menjelaskan sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.
3.      Untuk menjelaskan visi, misi, dan tujuan Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.
4.      Untuk memperlihatkan potret Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.
5.      Untuk menjelaskan persepsi masyarakat terhadap adanya Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.
6.      Untuk menjelaskan peran dan kepedulian masyarakat terhadap Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.
7.      Untuk menjelaskan analisis penulis terhadap hal tersebut.








BAB II
PEMBAHASAN

A.      Profil Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum
1.        Nama Madrasah                    : Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum
2.        No. Statistik Madrasah         : 111235030011
3.        Akreditasi Madrasah            : B
4.        Alamat Madrasah                 : Dsn. Bendil RT 20 RW 09 Ds. Wonocoyo
                                                       Kec. Pogalan Kab. Trenggalek Provinsi
  Jawa Timur.
5.        No. Telepon                          : (0355) 797684
6.        E-mail                                   : miriyadlatululum@gmail.com
7.        Website                                 : http://miriyadlatululumwonocoyo.blogspot.com
8.        No. NPWP Madrasah           : 31.504.587.2-629.000
9.        Nama Kepala Madrasah       : Hadi Winoto, S.Pd.I
10.    No. Telepon/ HP                   : (0355)797684 – 081803415290
11.    Nama Yayasan                      : LP Ma’arif NU
12.    Alamat Yayasan                   : Jl. Panglima Sudirman No. 26 Trenggalek
13.    No. Telepon Yayasan           : (0355) 792100
14.    No. Akte Pendirian               : L.m./3/983/8/1978
15.    Kepemilikan Tanah               : Yayasan
  Status : Tanah Wakaf
  Luas Tanah : 740  m2
16.    Status Bangunan                   : Yayasan
17.    Luas Bangunan                     :  258 m2
18.    Luas Tanah                           : 740 m2
19.    Jumlah Peserta Didik            : 141
20.    Data Siswa dalam Lima Tahun Terakhir :

Tahun Pelajaran
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Kelas 5
Kelas 6
Jumlah Total
Jml Siswa
Jml Rombel
Jml Siswa
Jml Rombel
Jml Siswa
Jml Rombel
Jml Siswa
Jml Rombel
Jml Siswa
Jml Rombel
Jml Siswa
Jml Rombel
Jml Siswa
Jml Rombel
2009/2010
25
1
19
1
16
1
15
1
18
1
17
1
110
6
2010/2011
24
1
25
1
19
1
14
1
15
1
18
1
115
6
2011/2012
29
1
23
1
24
1
19
1
14
1
15
1
124
6
2012/2013
33
1
29
1
23
1
25
1
19
1
16
1
145
6
2013/2014
16
1
32
1
28
1
22
1
24
1
19
1
141
6
2014/2015
28
1
16
1
30
1
28
1
21
1
24
1
147
6
2015/2016
20
1
27
1
16
1
32
2
25
1
21
1
141
7

21.    Data Sarana Prasarana
No
Jenis Parasarana
Jumlah
Ruangan
Kondisi
Baik
Kondisi
Rusak
Kategori Kerusakan
Ringan
Sedang
Berat
1
Ruang Kelas
7
2
4
-
1
3
2
Perpustakaan
-
-
-
-
-
-
3
Lab. IPA
-
-
-
-
-
-
4
Lab. Biologi
-
-
-
-
-
-
5
Lab. Fisika
-
-
-
-
-
-
6
Lab. Kimia
-
-
-
-
-
-
7
Lab. Komputer
-
-
-
-
-
-
8
Lab. Bahasa
-
-
-
-
-
-
9
R. Pimpinan
1
1
-
-
-
-
10
R. Guru
1
-
-
-
-
-
11
R. Tata Usaha
-
-
-
-
-
-
12
R. Konseling
-
-
-
-
-
-
13
Tempat Beribadah
-
-
-
-
-
-
14
UKS
-
-
-
-
-
-
15
Jamban
1
-
1
-
-
1
16
Gudang
-
-
-
-
-
-
17
R. Sirkulasi
-
-
-
-
-
-
18
Tempat Olahraga
-
-
-
-
-
-
19
R. Organisasi Kesiswaaan
-
-
-
-
-
-
20
R. Lainnya
-
-
-
-
-
-

22.    Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
No
Keterangan
Jumlah

Pendidik

1
Guru PNS yang Diperbantukan Tetap
3
2
Guru Tetap Yayasan
8
3
Guru Honorer
-
4
Guru Tidak Tetap
-

Tenaga Kependidikan

1
Pesuruh
-

NO
Nama Guru
Pend.
Terakhir
TMT
Status Guru
1
Hadi Winoto, S.Pd.I
S-1
20/07/1994
GTY
2
Juwariyah, S.Pd
S-1
01/01/1982
PNS Diknas
3
Hartati, S.Pd.I
S-1
01/01/2006
PNS Kemenag
4
Kusnul Watoni, S.Ag
S-1
01/06/1996
GTY
5
Arif Mustofa, S.Pd.I
S-1
01/07/2000
GTY
6
Siti Saudah, S.Pd.I
S-1
20/07/2003
GTY
7
Lamuji, S.Pd.I
S-1
01/02/2002
GTY
8
Alim Yuliani, S.Pd.I
S-1
01/07/2005
GTY
9
Binti Choirotun Nikmah, S.Pd.I
S-1
01/07/2005
GTY
10
Dina Yuniarti, S.Pd.I
S-1
01/07/2005
GTY
11
Luklu’ul Mungfatirah, S.Pd.I
S-1
01/02/2009
PNS Kemenag

B.       Sejarah Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum
Lembaga pendidikan ini dahulu pada awalnya hanya berupa madrasah diniyah atau sejenis taman pendidikan al-qur’an, yang sebatas hanya mempelajari pendidikan agama saja. Bangunannya pun hanya berupa bilik bambu yang memiliki lubang disana-sini, menurut narasumber lubang di dinding itu sering dimanfaatkan para siswa sebagai jalur untuk membolos. Kondisi yang seperti itu, serta kian tumbuhnya lembaga pendidikan yang tidak hanya sebatas mempelajari tentang ilmu agama saja, membuat jumlah peserta didik merosot tajam. Tak ingin membuat madrasah tersebut mangkrang begitu saja, para masyarakat sekitar pun berinisiatif untuk mengubah madrasah diniyah tersebut menjadi madrasah yang tidak hanya mempelajari tentang agama saja melainkan juga mempelajari tentang ilmu-ilmu umum yang nantinya dapat dijadikan bekal untuk terjun di masyarakat. Berbekal tanah wakaf dari bapak Mukiran seluas 740 m2 serta dana dari berbagai elemen masyarakat maupun pemerintah, akhirnya pada tanggal 1 Agustus 1968 Madrasah yang kemudian diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum pun resmi berdiri. Tak ada bilik bambu lagi, madrasah ini sekarang sudah kian bersolek, untuk mensiasati tanah yang tidak terlalu luas, pihak sekolah membuat bangunan 2 lantai untuk menampung peserta didiknya. Dan untuk menampung bakat atau minat siswa, madrasah ini mempunyai 2 ekstrakulikuler yakni pramuka dan drumband yang menjadi kebanggaan madrasah ibtidaiyah dan masyarakat sekitar ini.

C.      Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum
1.        Visi
“Terbentuknya manusia beriman, bertaqwa, cerdas, dan terampil yang berakhlakul karimah”
Indikator-indikator lainnya adalah:
a.         Menjadikan ajaran-ajaran islam dan nilai-nilai lainnya sebagai pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup dalam kehidupan sehari-hari.
b.        Memiliki daya saing dalam prestasi akademik.
c.         Memiliki daya saing dalam memasuki pendidikan dasar lebih lanjut (MTs/SMP) yang favorit.
d.        Memiliki daya saing dalam prestasi non akademik.
e.         Memiliki daya saing dalam prestasi KIR pada tingkat lokal atau nasional.
f.         Memiliki daya saing dalam prestasi seni dan olahraga.
g.        Memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan.
h.        Memiliki kemampuan beradaptasi dan survive di lingkungannya.
i.          Memiliki lingkungan madrasah yang nyaman dan kondusif untuk belajar.
j.          Mendapat kepercayaan dari masyarakat.
2.        Misi
a.       Memberdayakan peningkatan kualitas sumber daya pendidik.
b.      Intensifikasi kegiatan KKG dan KKM.
c.       Intensifikasi kegiatan ekstrakulikuler.
d.      Meningkatkan peranserta komite madrasah.
e.       Mendayagunakan sumber dana yang ada.
f.       Menciptakan sekolah sebagai salah satu pusat kebudayaan siswa.
g.      Penekanan bahwa perilaku guru harus menjadi uswah bagi siswanya.
3.        Tujuan
a.       Menciptakan karakter pada diri anak untuk mampu dengan baik dan benar serta istiqomah dalam mengamalkan ajaran agama hasil dari proses pembelajaran dan kegiatan pembiasaan.
b.      Mampu meraih prestasi akademik maupun non akademik minimal di tingkat kecamatan.
c.       Dengan matang menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tninggi.
d.      Memiliki kepedulian dan kesadaran warga madrasah terhadap keamanan, kebersihan, dan keindahan lingkungan madrasah daripada sebelumnya.
e.       Semakin meningkat, baik secara kualitas maupun kuantitas sarana/prasarana dan fasilitas yang mendukung peningkatan prestasi akademik dan non akademik.
f.       Menciptakan lulusan (out put) yang berkualitas dan handal dari tahun ke tahun dan siap bersaing dengan lulusan lainnya.
g.      Pada tahun 2012 para siswa yang memiliki minat, bakat dan kemampuan terhadap Bahasa Arab dan Inggris semakin meningkat dari sebelumnya, dan mampu menjadi MC dan berpidato dengan 2 bahasa tersebut.
h.      Pada tahun 2015, terjadi peningkatan manajemen partisipatif  warga madrasah, diterapkanya manajemen pengendalian mutu madrasah, terjadi peningkatan animo siswa baru, dan akkreditasi madrasah mendapatkan nilai minimal B.[1]

D.      Potret Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum


Text Box: Gedung Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum

 



Text Box: Keceriaan siswa-siswi MI Riyadlatul Ulum bermain di halaman madrasah saat jam istirahat










Text Box: Marching Band MI Riyadlatul Ulum
 


E.       Text Box: Potret saat penulis mewawancarai masyarakat sekitar, di teras mushola sekitar madrasah.Persepsi Masyarakat terhadap adanya Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum

Berdasarkan observasi yang saya lakukan beberapa waktu yang lalu, menurut ibu Robingatun (masyarakat sekitar Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum) yang sempat saya wawancarai, dengan adanya Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum, beliau dan masyarakat sekitar merasa sangat senang dan terbantu. Karena apa? mengingat daerah mereka yang terhitung berada di dalam (terpelosok), dengan dibangunnya Madrasah tersebut mereka jadi tidak bingung lagi memikirkan sekolah untuk anaknya, karena Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum terletak di tengah-tengah pemukiman warga. Biaya sekolah yang seratus persen gratispun kian meringankan beban hidup mereka. Keadaan ekonomi yang seperti itu, membuat mereka mempunyai harapan yang sangat tinggi pada lembaga pendidikan. Mereka berharap dengan pendidikan anak-anak mereka bisa menjadi seseorang yang berhasil, yang kemudian pada nantinya bisa membawa mereka ke kehidupan yang lebih baik.
Karena mayoritas dari masyarakat sekitar menganut agama islam dan tergolong kuat agamanya, mereka juga sangat antusias sekali untuk menyekolahkan anaknya di Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum. Mereka sadar bahwa sekarang ini dunia sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat, kemajuan tersebut pastinya juga berpengaruh pada pola pikir, tingkah laku, atau pergaulan anaknya. Mereka rasa berbekal ilmu pengetahuan saja tidak cukup, oleh sebab itu haruslah diimbangi dengan nilai-nilai agama yang kuat.
Ditambah dengan ekskul drumband yang masih tergolong jarang diadakan di pendidikan tingkat dasar di wilayah Trenggalek, masyarakat menjadi semakin bangga karena di Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum memiliki ekskul tersebut. Dengan adanya 2 ekskul yakni pramuka dan drumband anak-anak dilatih untuk mengeksplorasi bakatnya dan menyalurkannya.[2]

F.       Peran dan Kepedulian Masyarakat terhadap Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum
Disini masyarakat sekitar mempunyai peran dan kepedulian yang sangat besar terhadap Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum. Kita lihat saja yang mempunyai inisiatif untuk mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum dari awal adalah masyarakat itu sendiri.  Menurut kepala Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum masyarakat sekitar banyak berperan aktif dalam meningkatkan kemajuan MI kebanggaan masyarakat Wonocoyo tersebut, Hal ini terbukti, dalam setiap kegiatan yang dilakukan Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum, misalnya dalam kegiatan pembangunan Madrasah, masyarakat sekitar selalu ikut membantu, entah itu membantu dalam hal materi (sumbangan dana) ataupun dalam hal tenaga. Menyadari antusiasme masyarakat sekitar, pihak madrasahpun tidak lupa selalu mengundang atau melibatkan masyarakat sekitar dalam beberapa kegiatan yang dirasa akan lebih baik jika melibatkan orang-orang di sekitar lingkungan madrasah. Sumbangsih masyarakat pun dibayar sepadan oleh pihak madrasah dengan mencetak peserta didik yang pandai dan berakhlakul karimah.[3]

G.      Analisis
Masyarakat merupakan suatu sistem yang meliputi unit biofisik para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama periode waktu tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiologi suatu masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi. Dan dari lahir sampai mati manusia hidup sebagai anggota masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat interaksi sosial, antara satu orang dengan orang lainnya. Dengan adanya interaksi tersebut, kemungkinan besar seseorang akan mengalami pengaruh maupun mempengaruhi orang lain. Masyarakat itu sangatlah luas, bahkan dapat meliputi seluruh umat manusia. Masyarakat juga terdiri atas berbagai kelompok baik itu kelompok besar maupun kelompok kecil.[4]
Dari asumsi sosiologi tersebutlah bisa saya analisis bahwa pada masyarakat sekitar Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum sudah memiliki kepedulian yang sangat tinggi dan persepsi positif terhadap lembaga tersebut kemungkinan besar karena interaksi sosial yang mereka lakukan, dilihat dari tingkat pendidikan mereka yang hanya tamatan SD, dapat dipastikan mereka memiliki pemikiran tersebut karena interaksi yang mereka lakukan dengan anggota masyarakat yang lebih luas dan lebih tinggi tingkat pendidikannya, karena interaksi tersebutlah pandangan mereka dan kontribusi mereka bagi lembaga pendidikan di sekitar mereka menjadi positif.
Diatas juga telah disebutkan, persepsi mereka menjadi positif salah satunya karena masyarakat sangat terbantu dengan biaya pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum yang merakyat alias seratus persen gratis, hal ini menyiratkan bahwa kehidupan perekonomian mereka berada pada golongan menengah ke bawah. Meski demikian hal tersebut tidak menghalangi rasa kepedulian mereka terhadap Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum, terbukti tanpa melihat keadaan keuangan mereka, apabila sekolah membutuhkan bantuan dana mereka tidak segan-segan untuk mengulurkan bantuan dana, seberapapun nominalnya. Kekurangan tidak menutup keyakinan mereka akan pendidikan yang bisa membawa mereka ke arah yang lebih baik. Persepsi masyarakat, umumnya pada segi ekonomi.
Di sosiologi pendidikan sendiri memang ada suatu hubungan antara sistem ekonomi di masyarakat dengan pendidikan itu sendiri. Di Indonesia khususnya masih terdapat suatu kesenjangan sosial dari keadaan ekonomi yang berpengaruh pada lembaga pendidikan yang ditempatinya. Terbukti, sekolah gratis banyak diserbu oleh masyarakat yang tingkat ekonominya menengah ke bawah. Dari hal tersebutlah pendidikan di mata mereka senantiasa dibingkai dari realitas sosial ekonomi masyarakat tertentu. Hal tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah keyakinan umum bahwa seseorang yang memiliki bekal pendidikan formal akan cenderung menuai sukses ekonomi merupakan contoh pengaruh pranata pendidikan terhadap aktivitas ekonomi para anggota suatu masyarakat.[5]
Guru, dokter, direktur identik dengan pekerjaan yang membutuhkan tingkatan pendidikan yang tinggi dan menghasilkan gaji yang tinggi pula. Sementara itu, petani, nelayan, pedagang asongan identik dengan pekerjaan yang tidak membutuhkan titel pendidikan dan menghasilkan upah yang rendah. Hal tersebut tidak bisa dikatakan salah atau benar, karena pada dasarnya pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan ekonomi. Yang perlu digaris bawahi adalah pendidikan bukanlah menyebabkan peningkatan penghasilan, melainkan menghasilkan peningkatan kualitas sumber daya manusia, karena pendidikan dan pembangunan ekonomi terletak pada unsur manusianya.[6]
Nah, realisasinya adalah semakin tinggi pendidikan yang dienyam, hidup manusia akan semakin berkualitas. Kualitas itu bersifat luas, tidak hanya dari segi ekonomi saja. Jadi, yang perlu diubah disini adalah persepsi masyarakat terhadap dunia pendidikan yang dapat meningkatkan perekonomianlah yang menjadi masalah dan menurut saya perlu diubah.
Persepsi, peran, dan kepedulian masyarakat diatas bisa terjadi karena perubahan sosial, hal ini terkait dengan teori konflik yang menjelaskan sebab-sebab terjadinya perubahan sosial. Pada teori konflik  menurut Ralf Dahrendorf, semua perubahan yang terjadi merupakan hasil dari adanya konflik kelas di masyarakat. Dahendorf yakin bahwa konflik dan pertentangan selalu ada dalam setiap bagian masyarakat. Teori ini menyatakan bahwa konflik itu berasal dari pertentangan kelas antara kelompok tertindas dan kelompok penguasa.[7]
Berbekal teori konflik tersebut saya menarik suatu asumsi bahwa persepsi positif dan kepedulian masyarakat yang besar akan dunia pendidikan itu lahir dari basic bahwa mereka merasa tertindas berada pada golongan masyarakat yang seperti saat ini (golongan bawah), konflik yang mereka rasakan tersebut kemudian menjadi cambuk bagi mereka untuk mementingkan yang namanya pendidikan. Mereka percaya bahwa pendidikan bisa mengakhiri semua konflik yang terjadi, sebab mereka yakin bahwa pendidikan akan membawa suatu perubahan pada taraf kehidupannya.
Hal ini juga berkaitan dengan teori fungsionalis dari William Ogburn. Teori ini menganggap bahwa perubahan sosial terjadi akibat ketidakpuasan masyarakat akan kondisi sosialnya yang secara pribadi yang kemudian mempengaruhi mereka.[8]
Dan apabila teori fungsionalis tersebut dikaitkan dengan apa yang terjadi pada masyarakat sekitar Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum, menurut saya mungkin ada suatu ketidakpuasan pada diri masyarakat khususnya pada kesejahteraan hidup mereka yang pada akhirnya membuat mereka merubah cara pandang mereka menjadi sangat positif dan peduli terhadap dunia pendidikan. Karena mereka mulai bisa berpikir bahwa pendidikan itu penting bagi kesejahteraan hidup mereka.
Nilai merupakan pandangan tentang baik buruknya sesuatu, maka norma merupakan ukuran yang digunakan oleh masyarakat apakah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang merupakan tindakan yang wajar dan dapat diterima dikarenakan sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat ataukah merupakan tindakan yang menyimpang karena tidak sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat.[9]
Dari asumsi diatas dapat dipastikan bahwa masyarakat mempunyai persepsi yang positif terhadap Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum karena lembaga tersebut berhasil menanamkan nilai-nilai yang baik kepada diri peserta didiknya. Tak hanya itu saja nilai-nilai yang ditanamkan tersebut juga diterapkan oleh peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum di dalam kehidupan bermasyarakat. Karena hal itu masyarakat bisa menjudge bahwa para siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum itu anaknya santun-santun, tingkah lakunya sesuai dengan norma yang ada di masyarakat. Hal ini juga mengindikasikan bahwa para guru di Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum sudah betul-betul mengimplikasikan kompetensi kepribadian pada saat proses belajar mengajar maupun di luar itu, kompetensi kepribadian menurut pasal 28 ayat (3) butir b ialah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. Tercapainya kompetensi diatas juga turut mengisyaratkan bahwa peranan guru sebagai teladan bagi siswanya telah terlaksana dengan baik.[10]
Munculnya sebuah lembaga pendidikan di tengah-tengah masyarakat Wonocoyo membawa perubahan pada diri mereka. Pendidikan tidak hanya menimbulkan perkembangan dan perubahan kelakuan dan pemikiran pada diri peserta didiknya, tetapi juga pada perilaku dan pemikiran masyarakat di sekitarnya. Hal tersebut membuktikan bahwa pendidikan sebagai daya pengubah masyarakat itu memang benar adanya. Bahkan sebelum pendidikan sendiri itu tersampaikan pada diri mereka secara langsung. Oleh sebab itu, penting bagi sebuah lembaga pendidikan untuk mempertahankan dan menyampaikan nilai-nilai yang berkembang di dalam masyarakat ke dalam diri peserta didik. Tujuannya tak lain adalah agar masyarakat bisa dengan mudahnya menerima keberadaan lembaga pendidikan tersebut, sebab lembaga tersebut sudah sesuai dengan apa yang mereka harapkan.[11]
Ada satu masalah yang saya temui setelah saya melakukan analisis yakni persepsi masyarakat yang salah terhadap tujuan atau fungsi pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang pada dasarnya bertujuan atau berfungsi untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, kini telah disalah artikan oleh hampir sebagian besar masyarakat. Di mata mereka pendidikan hanya sebatas bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup. Solusi untuk mengatasi hal ini menurut saya, seharusnya pihak sekolah ataupun segala elemen yang mempunyai kepedulian terhadap hal ini memberikan sosialisasi atau pengertian kepada masyarakat akan tujuan pendidikan yang sebenarnya. Alasan mengapa permasalahan krusial ini saya ungkit adalah, agar nantinya pada saat buah hati mereka lulus dari pendidikannya, mereka tidak menyesal di saat anak mereka tidak mendapatkan pekerjaan yang mereka dambakan. Sebab realitasnya kebanyakan masyarakat beranggapan menyekolahkan anak susah-susah mahal-mahal tapi tak ada hasilnya. Hal inilah yang kemudian pada nantinya akan membuat mereka merendahkan pendidikan. Coba bandingkan kalau mereka tahu bahwa tujuan pendidikan itu adalah untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Mereka akan memandang manfaat pendidikan lewat perubahan tingkah laku anaknya ke arah yang lebih baik, bukan dari segi materinya saja.

























BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Peran masyarakat sebagi pengawal pendidikan telah terlaksana dengan baik. Tanpa campur tangan secara langsung dari pihak manapun, dengan sendirinya masyarakat sudah sadar dan bahkan memiliki sumbangsih langsung bagi kemajuan lembaga pendidikan. Interaksi sosial dan ketidakpuasan masyarakat akan keadaan sosialnyalah yang memicu perubahan cara pandang mereka terhadap pendidikan.

B.       Saran
Sehubungan dengan isi makalah ini, sebaiknya pemerintah atau para aparatur pendidikan lebih mensosialisasikan lagi tujuan pendidikan itu sendiri yakni untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, bukannya untuk meningkatkan taraf perekonomian. Dan melihat masih besarnya rasa kepedulian pada diri masyarakat terhadap dunia pendidikan alangkah baiknya jika masyarakat ikut dilibatkan dalam sebagian besar agenda pendidikan itu sendiri. Intinya masyarakat diberi suatu tempat yang pentinglah di lembaga itu sendiri. Dan sehubungan dengan penyusunan makalah ini, tiada gading yang tak retak, artinya makalah ini tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu saya meminta kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi lebih baiknya makalah ini.








DAFTAR PUSTAKA

Ary, Gunawan. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Damsar. 2012. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
M., Pidarta. 2003. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nasution, S. 2003. Sosiologi Pendidikan. Bandung: Jemmars.
Nasution, S. 2014. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rifa’i, Muhammad. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Salam, Burhanuddin. 2013. Pengantar Pedagogik. Jakarta: Rineka Cipta.
Waluya, Bagja. 2009. Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. Jakarta: Depdiknas.
Narasumber: Hadi Winoto S.Pd.I. Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.
Narasumber: Ibu Robingatun. Masyarakat sekitar Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.


[1] Narasumber: Hadi Winoto, S.Pd.I, Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.
[2] Narasumber: Ibu Robingatun, Masyarakat sekitar Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.
[3] Narasumber: Hadi Winoto, S.Pd.I, Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Riyadlatul Ulum.
[4] S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Bandung: Jemmars, 2003), hlm. 68.
[5] Pidarta M., Landasan Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm. 78.
[6] Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 168-169.
[7] Gunawan Ary, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 32.
[8] Bagja Waluya, Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, (Jakarta: Depdiknas, 2009), hlm. 23.
[9] Muhammad Rifa’i, Sosiologi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 156.
[10] Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 159.
[11] S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), hlm. 21.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar