DISKUSI 1
A. Pertanyaan
1.
Siapa yang harus meneliti?
2.
Apa yang diteliti?
3.
Kapan penelitian dilakukan?
4.
Dimana penelitian dilakukan?
5.
Bagaimana penelitian dilakukan?
6.
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan
peneliti?
B. Jawaban
1.
Setiap orang atau sekelompok orang yang
berminat untuk melakukan penelitian dan memiliki wawasan atas apa yang
diteliti, serta mengetahui dasar-dasar metode penelitian.
2.
Suatu masalah yang berkaitan dengan
lingkup penelitian yang ingin dia lakukan.
3.
Ketika peneliti sudah siap. Baik dari
segi bahan dan alat yang dibutuhkan ataupun izin dari pihak yang bersangkutan
untuk diteliti.
4.
Di lingkungan dimana masalah itu terjadi.
5.
Sesuai dengan prosedur yang ada, hal ini
mencakup:
a.
Mengidentifikasi masalah
b.
Menentukan fokus penelitian
c.
Mengumpulkan data
d.
Mengolah data
e.
Melaporkan hasil penelitian
6.
Berusaha mengubah teori yang sudah ada, berbicara
tidak sesuai fakta, tidak boleh mengandung unsur subyektivitas, dan tidak boleh
plagiat.
DISKUSI 2
A. Pertanyaan
1.
Apa yang diteliti?
2.
Mengapa hal itu harus diteliti?
3.
Apa kajian pustaka atau teori yang
sesuai dengan hal yang diteliti?
4.
Apa jenis penelitiannya?
5.
Bagaimana prosedur pengumpulan data?
(jika ada)
6.
Bagaimana prosedur analisis data? (jika
ada)
7.
Apa hasil penelitian?
B. Jawaban
1.
Artikel ini meneliti tentang penggunaan
media pembelajaran di SDN 3 Boyolali. Penelitian mencakup tentang apakah media
pembelajaran yang dipakai itu masih layak atau tidak serta bagaimana
penggunaanya sudah sesuai atau belum dengan materi yang disampaikan.
2.
Penelitian ini harus dilakukan karena
media pembelajaran adalah salah satu faktor penunjang terciptanya kualitas
pendidikan yang baik.
3.
Yang perlu kita ketahui sebelumnya,
kajian pustaka itu dapat memuat berbagai hal, tergantung dari untuk apa kajian
tersebut dibuat. Tujuannyapun bervariasi, mulai dari menginformasikan kepada si
pembaca mengenai hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan
penelitian yang sedang dilakukan saat ini, menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur
yang ada, serta mengisi apa yang belum ada di penilitian sebelumnya. Nah, dalam
hal ini artikel penelitian yang kami jadikan panutan bentuk kajian pustakannya
tidak termuat secara jelas, akan tetapi tersirat melalui isi pembahasan di
dalamnya. Dari hal tersebut kami dapat mengkaji bahwasanya penelitian ini
sejalan dengan penelitian Tim De Jong yang menyatakan bahwa perencanaan untuk
membuat dan menyediakan objek belajar sehingga dapat digunakan media pembelajaran
yang dia anggap penting serta mempermudah penyampaian materi pembelajaran pada
siswa. Hal ini juga dikuatkan dengan penelitian Danilo dan Bujokas yang
menyimpulkan bahwa ada pengaruh media pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran, dimana hal ini merupakan bagian dari pengembangan kompetensi
profesional guru.
4.
Jenis penelitian yang digunakan adalah
peneitian kualitatif, dimana penelitian ini dimulai dengan asumsi dan
penggunaan data penafsiran atau teoritis yang membentuk atau mempengaruhi studi
tentang permasalahan yang terkait dengan makna yang dikenakan pada kelompok
atau individu pada suatu masalah sosial.
5.
Tidak ada prosedur peneitiannya. Namun
dalam hal ini pengumpulan data lebih banyak menggunakan wawancara mendalam pada
guru-guru serta observasi langsung pada masalah yang diteliti yaitu meliputi
perencanaan media, pemanfaatan media dan pemeliharaan media.
6.
Tidak ada analisis data dalam penelitian
ini.
7.
Media pembelajaran sangat dibutuhkan
dalam kegiatan belajar mengajar khususnya untuk menunjang materi yang sifatnya
abstrak. Oleh karena itu guru harus tahu dimana masing-masing media itu
ditempatkan atau dipergunakan. Media pembelajaran yang khususnya berbasis
teknologi dalam pengadaannya membutuhkan biaya yang tidak sedikit, oleh sebab
itu sebagai pendidik kita juga harus tahu bagaimana cara pemeliharaannya agar
media masih dapat digunakan untuk waktu yang sama.
DISKUSI 3
“RUMUSAN
MASALAH”
A.
Pengertian
Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah tulisan singkat berupa pertanyaan
yang biasanya tereletak diawal laporan atau penelitian,
namun tak jarang juga terkadang
terletak setelah latar belakang yang dijelaskan dalam laporan atau penelitian
tersebut. Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah itu merupakan
kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, sedangkan rumusan
masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui
pengumpulan data. Namun demikian masalah dan rumusan masalah tetap berkaitan
erat karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah.
Rumusan
masalah dicetuskan sebagai sebuah upaya untuk menyatakan secara tersurat
pertanyaan-pertanyaan yang hendak dijadikan jawabannya. Perumusan ini penting
karena hasilnya akan menjadi penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya.
Perumusan masalah merupakan permasalahan yang lengkap dan rinci mengenai ruang
lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan
masalah. Perumusan masalah merupakan titik tolak bagi perumusan hipotesis
nantinya dan perumusan masalah dapat menghasilkan topic penelitian atau judul
dari penelitian.
B. Langkah-langkah Merumuskan Masalah
Dalam
aplikasinya rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas dan
dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan
menampakkan variabel-variabel yang akan diteliti, jenis dan sifat hubungan
antara variabel-variabel tersebut, dan subjek penelitian. Selain itu, rumusan
masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan
dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
Adapun
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proses perumusan masalah meliputi:
1.
Mengidentifikasi
Masalah
Identifikasi ini merupakan langkah
paling urgen yang musti kita tempuh sebelum menentukan masalah apa saja yang
akan masuk di dalam penelitian kita. Memang tak dapat dipungkiri bahwa masalah
merupakan titik tolak dalam melakukan penelitian, akan tetapi tidak semua
masalah dapat dijadikan sebagai sebuah objek penelitian. Nah untuk membedakan
mengenai masalah apa saja yang seharusnya masuk dalam objek penelitian kita,
maka hendaknya dalam mengidentifikasi masalah kita sebaiknya memperhatikan
karakteristiknya, yang mencakup:
a.
Layak untuk diteliti
Arti “layak diteliti” disini adalah
pengajian terhadapa masalah tersebut dapat dilakukan dengan cara yang terukur
secara empiris melalui pengumpulan dan pengolahan data.
b.
Sifat suatu masalah
Pada dasarnya suatu masalah mengandung
dua nilai yakni nilai teoritis dan nilai praktis. Suatu masalah dalam
penelitian dapat dikatakan baik apabila diangkat dari suatu teori yang kuat
ataupun mempunyai dampak praktis terhadap suatu lingkup yang diteliti.
c.
Realistis
Yang dimaksud dengan realistis di sini
sangat luas, antara lain meliputi keterjangkauan entah itu dalam hal konsep,
waktu, tenaga, maupun biaya. Beberapa faktor diatas saling berkaitan dan saling
mendukung.
d.
Keaktualan atau orisinalitas
Apabila masalah yang kita teliti adalah
masalah yang tengah actual (yang sedang hangat-hangatnya terjadi maka nilai
dari penelitian yang dilakukan akan lebih tinggi. Namun, karena adanya hal ini
bukan berarti penelitian yang membahas tentang masalah yang muncul di masa lalu
ataupun mengulang suatu masalah yang sebelumnya pernah diteliti merupakan
penelitian yang kurang bernilai.
2.
Memfokuskan
masalah
Yang dimaksud dengan memfokuskan disini
adalah memilih dan menentukan masalah mana yang diminati kemudian menguraikan
masalah yang sifatnya terlalu umum menjadi suatu masalah yang sifatnya lebih
spesifik. Nah, memfokuskan masalah dapat dilakukan dengan cara
mengklasifikasikan masalah-masalah yang ada. Memfokuskan masalah bertujuan
untuk membatasi agar aspek yang diteliti tidak melebar kemana-mana.
3.
Merumuskan
masalah
Merumuskan masalah merupakan tahap
lanjutan dari memfokuskan masalah serta tahap akhir dari proses perumusan
masalah itu sendiri. Tahap ini umumnya bertujuan untuk mengekspresikan aspek
yang hendak dikaji tersebut dalam bentuk pertanyaan yang spesifik. Hal yang
perlu diperhatikan dalam tahap ini, hendaknya rumusan masalah tersebut jelas
dan operasional sehingga tidak membuka peluang untuk terjadinya salah tafsir
jika dibaca oleh orang lain. Dalam hal ini, penggunaan kaidah tata bahasa yang
baku juga penting untuk diperhatikan. Untuk itu pengetahuan kita akan aspek
yang akan diteliti juga harus dikuasai secara luas dan mendalam.
C. Bentuk-bentuk Rumusan Masalah
1.
Rumusan masalah deskriptif
Yaitu suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap
keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel
yang berdiri sendiri). Jadi pada penelitian ini peneliti tidak membuat
perbandingan variabel itu dengan sampel yang lain, dan mencari hubungan
variabel itu dengan variabel yang lain.
Contoh: Seberapa tinggi
efektivitas pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik terpadu di MI?
2.
Rumusan masalah komparatif
Yaitu rumusan
masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada
dua atau lebih sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda.
Contoh: Adakah
perbedaan kemampuan menghitung siswa kelas IV A dan IV H?
3.
Rumusan masalah assosiatif
Yaitu suatu
rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua
variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu:
a.
Hubungan Simetris
Adalah suatu hubungan antara dua
variabel atau lebih yang munculnya bersama. Contoh: Adakah hubungan antara
tingginya IQ dengan prestasi yang diperoleh siswa? (Hal ini bukan berarti baik
tidaknya prestasi yang diperoleh siswa tergantung pada tinggi rendahnya IQ yang
ia miliki)
b.
Hubungan Kausal
Adalah hubungan yang bersifat sebab
akibat. Jadi pada hubungan ini terdapat variabel independen (yang mempengaruhi)
dan variabel dependen (yang dipengaruhi). Contoh: Adakah dampak penggunaan
media berbasis teknologi sebagai alat bantu mengajar di MI terhadap motivasi
belajar siswa?
c.
Hubungan Interaktif
Adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Pada hubungan
ini tidak diketahui mana variabel independen dan dependennya. Contoh: Hubungan
antara prestasi dan motivasi. (disini dapat dinyatakan bahwasannya prestasi
dapat mempengaruhi motivasi, dan begitu pula sebaliknya motivasi dapat
mempengaruhi prestasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar