ANALISIS
MAKALAH
TUGAS
UJIAN AKHIR SEMESTER
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Evaluasi
Pembelajaran
Yang
dibina oleh Dr. Hj.
Sulistyorini, M.Ag.
Disusun
Oleh:
Nama : Risma
Nur Izzati
NIM :
17205153002
Kelas :
PGMI-3A
JURUSAN PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
Desember 2016
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
Desember 2016
ANALISIS MAKALAH KELOMPOK 1
“HAKIKAT EVALUASI PEMBELAJARAN”
A. Ringkasan Materi
Evaluasi merupakan
suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Penilaian dan
pengukuran tidaklah sama, namun keduanya adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi mencakup aspek
kualitatif dan kuantitatif, hal inilah yang membedakan evaluasi atau penilaian
dengan pengukuran.
Pada hakikatnya
evaluasi itu mempunyai berbagai karakteristik. Adapun karakteristik dari
evaluasi itu ada 3 yakni memiliki implikasi tidak langsung terhadap siswa yang
dievaluasi, lebih bersifat tidak lengkap, dan mempunyai sifat kebermaknaan
relatif.
Sistem evaluasi
selama ini diartikan sebagai suatu cara yang digunakan dalam menentukan derajat
keberhasilan hasil penilaian sehingga kedudukan siswa dapat diketahuai apakah
telah menguasai tujuan instruksional ataukah belum. Sistem penilaian hasil
belajar dibagi menjadi dua yakni penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian
acuan patokan (PAP).
Sebuah evaluasi
dikatakan baik apabila memenuhi 8 syarat berikut, diantaranya yakni: valid,
andal, obyektif, seimbang, membedakan, norma, fair,
dan praktis. Di makalah juga disebutkan bahwa evaluasi dapat berjalan dengan
baik apabila mengacu pada ketiga prinsip dasar evaluasi yakni: prinsip
keseluruhan, prinsip kesinambungan, dan prinsip objektivitas.
B.
Analisis
Di makalah kelompok 1 telah disebutkan bahwa
evaluasi merupakan suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan
informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.
Sedangkan di dalam bukunya M. Ngalim Purwanto menuliskan bahwa evaluasi
merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi
berdasarkan data yang ada kemudian dari data tersebutlah keputusan mencoba
untuk dibuat.[1]
Pendapat ini sebenarnya memiliki kesamaan dengan apa yang diungkapkan pemakalah
dalam ulasannya, hanya saja disana tidak diterangkan secara gamblang informasi
tersebut diperoleh darimana. Berbeda dengan ulasan M. Ngalim Purwanto tadi yang
menyebutkan bahwa informasi tersebut diperoleh dari data yang ada. Data yang
dimaksud M. Ngalim disini adalah dari proses evaluasi yang dilakukan tadi,
mungkin bisa saja dari tes tulis yang dilakukan yang sengaja direncanakan guna
mengetahui sejauh mana pemahaman siswa atas materi yang sudah kita ajarkan, nah
barulah setelah tes tersebut dilaksanakan dan hasilnya sudah keluar kita bisa
membuat sebuah keputusan atau spekulasi bahwa anak didik tersebut sudah
tergolong menguasai materi ataukah belum. Agak berbeda dengan pendapat M.
Ngalim Purwanto, Wang dan Brown mengungkapkan bahwa “Evaluation refer to the act or process to determining the value of
something”, ungkapan ini mengandung artian bahwasanya evaluasi adalah suatu
tindakan atau proses untuk menentukan nilai daripada sesuatu.[2] Saya kurang setuju akan
pendapat ini, karena melihat pendapat ini arti evaluasi cenderung sempit karena
jauh dari itu evaluasi bukan hanya terpatok pada berapa banyaknya nilai yang
kamu dapat melainkan dari sejauh mana tujuan yang diinginkan sudah tercapai,
atau dalam hal ini banyaknya nilai tidak mengindikasikan bahwa suatu proses
pembelajaran sudah benar-benar dikatakan berhasil. Hal ini senada dengan
pendapat Cross yang menyatakan bahwa “
Evaluation is a process which determines the extent to which objectives have
been achieved”, yang mengandung artian bahwa evaluasi merupakan suatu
proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat dicapai.[3] Meski evaluasi tidak hanya
terpacu pada penilaian, tapi evaluasi tidak bisa dikatakan sama juga dengan
pengukuran. Asumsi ini didasarkan pada pendapat Asmawi Zainul dan Noehi Nasution
yang mengartikan penilaian sebagai suatu proses untuk mengambil keputusan
dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar
baik menggunakan tes maupun non tes. Sementara Ahmad Sudrajat mengartikan
pengukuran sebagai suatu proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi
numerik dari suatu tingkatan dimana seorang peserta didik telah mencapai
karakteristik tertentu. Dari kedua pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa
penilaian itu mencakup pengukuran jadi ruang lingkup penilaian lebih luas dari
pengukuran. Meski berbeda keduanya tidak dapat dipisahkan sebab untuk dapat
melakukan penilaian yang tepat harus didasarkan pada pengukuran terlebih
dahulu. Evaluasi mencakup aspek kualitatif dan kuantitatif, hal inilah yang
membedakan evaluasi atau penilaian dengan pengukuran. Aspek kualitatif adalah
aspek penilaian yang didasarkan pada mutu dan kualitas yang terkandung
didalamnya. Sedangkan aspek kuantitatif adalah aspek penilaian yang didasarkan
pada jumlah sesuatu, yang mana dalam hal ini kualitas bukanlah menjadi faktor
utama dalam penilaian. Memang kedua aspek tersebut tidak boleh terlepas dari
evaluasi, dalam melakukan evaluasi kita tidak hanya terpacu pada berapa nilai
(kuantitas) yang mereka peroleh melainkan juga harus memperhatikan apakah
dengan kuantitas yang baik seseorang juga mempunyai kualitas yang baik pula.
Begitupun sebaliknya apakah dengan kualitas yang baik seseorang juga dapat
memperoleh nilai (kuantitas) yang baik. Intinya kedua aspek ini haruslah
seimbang agar evaluasi bisa tepat sasaran.
Di makalahpun telah disebutkan bahwa pada
hakikatnya evaluasi itu mempunyai berbagai karakteristik. Adapun karakteristik
dari evaluasi itu ada 3 yakni memiliki implikasi tidak langsung terhadap siswa
yang dievaluasi, lebih bersifat tidak lengkap, dan mempunyai sifat kebermaknaan
relatif. Asumsi tersebut disandarkan pada pendapat Arikunto yang menyebutkan
bahwa karakteristik evaluasi itu menurutnya ada 4 yakni:
1.
Dilakukan
secara tidak langsung
Misalnya dalam mengukur kepandaian peserta
didik melalui ukuran kemampuannya dalam menyelesaikan soal-soal.
2.
Penggunaan
ukuran kuantitatif
Yakni menggunakan simbol bilangan sebagai
hasil pertama pengukuran, setelah itu baru diinterpretasikan ke bentuk
kualitatif.
3.
Menggunakan
unit-unit atau satuan yang tetap
4.
Bersifat
relatif
Artinya, tidak sama atau selalu tetap dari
waktu ke waktu.[4]
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa apa
yang diungkapkan pemakalah dua diantaranya sudah sama dengan pendapat yang
diungkapkan oleh Arikunto. Selain memiliki karakteristik evaluasi pembelajaran
juga memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah untuk perbaikan dan
pengembangan sistem pembelajaran dan untuk keperluan akreditasi. Hal ini jauh
berbeda dengan pendapat Arikunto bahwa fungsi dari evaluasi itu lebih luas
tidak hanya terpacu pada dua fungsi diatas, menurutnya fungsi evaluasi itu ada
4 yakni:
1.
Berfungsi
selektif
Dengan mengadakan evaluasi guru dapat
melakukan seleksi atau penilaian terhadap siswanya.
2.
Berfungsi
diagnostik
Dengan mengadakan evaluasi guru dapat
mendiagnosis kelebihan dan kelemahan yang ada pada diri siswanya.
3.
Berfungsi
sebagai penempatan
Dengan mengadakan evaluasi guru dapat
menempatkan siswanya sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
4.
Berfungsi
sebagai pengukur keberhasilan
Dengan mengadakan evaluasi guru dapat
mengukur sejauh mana keberhasilan suatu program yang telah diterapkan.[5]
Sistem evaluasi merupakan cara yang digunakan
dalam menentukan derajat keberhasilan hasil penilaian sehingga kedudukan siswa
dapat diketahuai apakah telah menguasai tujuan instruksional ataukah belum.
Sistem penilaian hasil belajar dibagi menjadi dua yakni penilaian acuan norma
(PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP). Hal ini juga selaras dengan pendapat
Daryanto yang menyatakan bahwa Sistem penilaian hasil belajar itu juga ada dua
yakni PAP dan PAN. Dimana Daryanto mengartikan PAP sebagai sistem penilaian
yang mengacu pada suatu kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Sementara PAN ia artikan sebagai sistem penilaian yang didasarkan
pada nilai sekelompok siswa dalam satu proses pembelajaran sesuai dengan
tingkat penguasaan pada kelompok tersebut.[6]
Sebuah evaluasi dikatakan baik apabila memenuhi 8
syarat berikut, diantaranya yakni: valid, andal, obyektif, seimbang,
membedakan, norma, fair, dan praktis. Hampir serupa dengan hal tersebut, disini
Arikunto juga mengungkapkan bahwa syarat dari evaluasi itu mencakup: kesahihan,
keterandalan, dan kepraktisan. Dari kedua argumen diatas dapat dilihat bahwa
pendapat Arikunto tersebut lebih menyempit dari pendapat yang diungkapkan oleh
pemakalah. Di makalah disebutkan bahwa evaluasi dapat berjalan dengan baik
apabila mengacu pada ketiga prinsip dasar evaluasi yakni: prinsip keseluruhan,
prinsip kesinambungan, dan prinsip objektivitas. Hal ini berbeda dengan
pendapat Arikunto yang menjelaskan bahwa prinsip evaluasi itu adalah adanya
triangulasi yang mencakup tujuan pembelajaran, kegiatan belajar mengajar atau
KBM, dan evaluasi. Memang tidak dapat kita pungkiri bahwa evaluasi pembelajaran
sendiri tidak akan terlaksana tanpa adanya hal-hal tersebut. Dalam mengevaluasi
kita harus tahu tujuan dari pembelajaran itu apa sehingga kita tahu aspek apa
saja yang akan kita nilai. Begitu pula kita musti tahu bagaimana kegiatan
belajar mengajar berlangsung apa saja yang diajarkan, sejauh mana materi yang
sudah disampaikan, barulah kita bisa memutuskan kira-kira materi tentang apa
saja yang kita butuhkan untuk melakukan evaluasi. Tapi dalam hal ini kita juga
tidak dapat mengabaikan ketiga prinsip sebelumnya yakni berkesinambungan yang
mengandung artian bahwa evaluasi tidak hanya berhenti pada satu sisi melainkan
perlu dilakukan secara bertahap dan terus menerus. Demikian pula harus secara
keseluruhan, maksudnya adalah seluruh materi yang sudah disampaikan patut kita
adakan evaluasi. Dan yang terakhir adalah objektivitas, artinya dalam penilaian
jangan memandang siapa yang kamu evaluasi melainkan bagaimana hasil evaluasi.[7]
Tiga komponen utama yang menentukan terselenggaranya
proses pembelajaran adalah tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
evaluasi hasil belajar. Dari ungkapan tersebut sudah terlihat jelas bahwa
kedudukan evaluasi dalam pendidikan sangatlah penting karena dalam setiap
proses pendidikan memerlukan kegiatan evaluasi guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Allah swt. pun dalam berbagai firman-Nya memberitahukan kepada kita
bahwa pekerjaan evaluasi terhadap manusia didik merupakan suatu tugas penting
dalam rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik.
ANALISIS MAKALAH KELOMPOK 2
“TAKSONOMI & KEMAMPUAN HASIL BELAJAR”
A.
Ringkasan Materi
Taksonomi dapat diartikan sebagai
pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Dimana
taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum atau masih luas dan taksonomi
yang lebih rendah bersifat lebih spesifik. Menurut Bloom taksonomi mengacu pada tiga
hal penting yakni: prinsip dasar (prinsip metodologis, prinsip
psikologis, prinsip logis, prinsip tingkatan tujuan), rumusan tujuan pendidikan (tingkah laku konkrit, perluasan
kategori, tingkah laku verbal), ranah besar tujuan
pendidikan.
Pengembangan taksonomi Bloom dilakukan oleh Andreson Kart Wohl yang dipublikasikan di tahun 2001. Adapun dalam hal ini fokus yang
diperbaiki adalah ranah kognitif atau pengetahuan.
B.
Analisis
Mengambil perspektif pengertian taksonomi dari Bloom ia
mengartikan taksonomi sebagai pengklasifikasian tujuan pendidikan dengan
menyajikannya dalam bentuk hierarki.[8]
Dari hal tersebut dapat saya analisis bahwa penyajian dalam bentuk hierarki ini
dimaksudkan untuk mengkategorisasi hasil perubahan yang terjadi pada diri
peserta didik sebagai hasil dari proses pembelajaran.
Ketiga ranah yang ingin dikembangkan
Bloom yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik berdasarkan analisis saya dapat mempengaruhi tingkat profesional siswa dan peran guru sebagai
pengampu aktif dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu sebagai guru kita harus
benar-benar peka dalam mengembangkan ketiga ranah tersebut pada diri peserta
didik. Selaras dengan hal ini Bloom pun juga mengklasifikasikan tujuan berdasarkan
ketiga ranah tadi. Yang dimana masing-masing dari tujuan tersebut memiliki
jenjang tentang apa yang ingin dikembangkan pada tiap ranahnya.
Hubungan antara taksonomi tujuan pendidikan
dan evaluasi hasil belajar sangat erat kaitannya. Pada dasarnya keduanya mempunyai
tujuan yang sama dalam dunia pendidikan. Dengan objek yang sama yaitu peserta
didik, disini telah dibahas
tentang bagaimana tujuan pendidikan tercapai dan mengukur hasil akhir belajar
dengan evaluasi. Adapun
manfaat taksonomi Bloom dalam Pembelajaran ada beragam yang intinya untuk mendukung tercapainya
proses pendidikan yang baik.
ANALISIS MAKALAH KELOMPOK
3
“PENYUSUNAN RENCANA EVALUASI BELAJAR”
A.
Ringkasan Materi
Evaluasi berkaitan erat dengan penilaian dan
pengukuran. Sebuah penilaian dan pengukuran akan menghasilkan evaluasi. Tidak
akan terjadi evaluasi jika hanya ada penilaian tanpa pengukuran. Perencanaan evaluasi dapat ditinjau dari dua
pendekatan yaitu pendekatan program pembelajaran dan pendekatan hasil belajar. Dalam perencanaan penilaian hasil belajar, ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu menentukan tujuan penilaian, mengidentifikasi kompetensi dan hasil belajar, menyusun
kisi-kisi, mengembangkan draf instrument, uji coba dan analisis soal. Pembelajaran yang ideal ditandai dengan
sifatnya yang menekankan pada pemberdayaan siswa secara aktif. Perencanaan
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi bekal para calon guru tentang berbagai
aspek yang terkait kurikulum dan pembelajaran.
B.
Analisis
Dimyati dan Mudjiono mengungkapkan bahwa secara
umum evaluasi mencakup evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran. Dalam
hal ini evaluasi belajar menekankan pada diperolehnya informasi tentang seberapakah
perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang telah dtetapkan.
Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk memperoleh
informasi tentang tingkat keefektifan proses pembelajaran dalam membantu siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.[9] Dari teori diatas dapat
kita analisis bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan diantara
keduanya, dalam hal ini kalau evaluasi belajar lebih condong kepada hasil yang
diperoleh siswanya sedangkan evaluasi pembelajaran lebih condong kepada hasil
daripada proses pembelajaran yang kita lakukan. Dalam hal ini keduanya saling
terkait karena keefektifan proses pembelajaran juga dapat berpengaruh terhadap
hasil belajar siswanya. Di makalah kelompok 3 telah disebutkan bahwa
langkah-langkah penyusunan evaluasi belajar itu mencakup:
1.
Evaluasi
tentang diri seorang anak atau sekelompok anak.
2.
Evaluasi
yang baik adalah bahwa data yang kita kumpulkan mengenai setiap aspek.
3.
Evaluasi
yang baik adalah bahwa cara-cara serta alat-alat yang hendak kita pergunakan
untuk pengumpulan
data mengenai diri anak kita pilih betul-betul sebelumnya untuk mengumpulkan
keterangan mengenai cerdas atau tidaknya seorang anak.
4.
Evaluasi yang baik ialah bahwa data yang telah
kita kumpulkan tadi harus diolah terlebih dahulu.
Argumen yang dikemukakan oleh pemakalah diatas
mengutip dari pendapat Daryanto.[10] Berbeda dengan apa yang
diulas oleh pemakalah, dalam hal ini saya mempunyai argumen lain tentang
langkah-langkah penyusunan evaluasi belajar. Menurut saya apa yang diungkapkan
pemakalah bukan merupakan langkah-langkah akan tetapi merupakan karakteristik
suatu penyusunan evaluasi belajar bisa dikatakan baik. Untuk memperkuat argumen
ini saya mengutip pendapat dari Nana Sudjana yang mengungkapkan bahwa
langkah-langkah penyusunan evaluasi belajar mencakup:
1.
Menyusun
rencana evaluasi belajar
Langkah pertama ini mencakup: merumuskan
tujuan dilaksanakannya evaluasi, menetapkan aspek-aspek yang hendak dievaluasi;
memilih dan menentukan teknik yang akan dipergunakan di dalam melaksanakan
evaluasi; menyusun alat-alat pengukur yang akan digunakan dalam pengukuran dan
penilaian hasil belajar peserta didik; menentukan tolak ukur, norma, atau
kriteria yang akan dijadikan pegangan atau patokan untuk memberikan
interpretasi terhadap data hasil evaluasi; menentukan frekuensi dari kegiatan
evaluasi belajar itu sendiri.
2.
Menghimpun
data
3.
Melakukan
verifikasi data
4.
Mengolah
dan menganalisis data
5.
Memberikan
interpretasi dan menarik kesimpulan
6.
Tindak
lanjut hasil evaluasi[11]
Di makalah juga telah diulas bahwa pada dasarnya
pendekatan dalam perencanaan evaluasi dapat ditinjau dari dua pendekatan yakni
pendekatan program pembelajaran dan pendekatan hasil belajar adapun
penjelasannya di makalah tidak dijelaskan secara rinci. Oleh sebab itu disini
saya mengambil teori Muhibbin Syah yang mengungkapkan bahwa apabila dilihat
dari komponen pembelajaran pendekatan dalam perencanaan evaluasi dibagi menjadi
dua yakni pendekatan tradisional yang merupakan pendekatan yang berorientasi
pada praktik evaluasi yang telah berjalan selama ini di sekolah yang ditujukan
pada perkembangan aspek intelektual peserta didik, serta pendekatan sistem yang
merupakan pendekatan yang berorientasi pada totalitas dari berbagai komponen
yang saling berhubungan dan ketergantungan.[12]
Di makalah telah disebutkan bahwa ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan dalam merencanakan evaluasi diantaranya adalah:
menentukan tujuan penilaian, mengidentifikasi kompetensi dan hasil belajar,
menyusun kisi-kisi, mengembangkan draf instrumen, serta melakukan uji coba dan
analisis soal.[13]
Menurut analisis saya apa yang
disebutkan oleh pemakalah bukan merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam
perencanaan evaluasi melainkan termasuk ke dalam langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam membuat alat evaluasi.
ANALISIS MAKALAH KELOMPOK 5
“PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN”
A.
Ringkasan Materi
Pelaksanaan evaluasi merupakan cara melaksanakan suatu
evaluasi sesuai dengan perencanaan evaluasi. Jenis evaluasi yang digunakan akan
memengaruhi seorang evaluator dalam menentukan prosedur, metode, instrumen,
waktu pelaksanaan, sumber data, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan tes maupun
nontes tersebut akan berbeda satu dengan lainnya, sesuai dengan tujuan dan
fungsinya masing-masing.
Sebenarnya evaluasi tidak hanya sekedar tes tertulis
dan tes lisan. Banyak jenis-jenis evaluasi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran.
Jenis-jenis evaluasi pembelajaran tersebut antara lain sebagai berikut :
a.
Jenis Evaluasi Berdasarkan Tujuan
b.
Jenis
Evaluasi Berdasarkan Sasaran
c.
Jenis
Evaluasi Berdasarkan Lingkup Kegiatan Pembelajaran
d.
Jenis
Evaluasi berdasarkan Objek
Dalam evaluasi
pembelajaran ada empat komponen yang saling terkait dan merupakan suatu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Penjelasan dari keempat komponen tersebut
yakni: pengukuran, penilaian, evaluasi,
serta tes dan
non tes.
Dalam pelaksanaan
penilaian hasil belajar, guru dapat menggunakan tes (tes tertulis, tes lisan,
dan tes perbuatan) maupun nontes (observasi, wawancara, studi dokumentasi,
skala sikap, dan sebagainya). Dalam pelaksanaan tes maupun nontes tersebut akan
bereda satu dengan lainnya, sesuai dengan tujuan dan fungsinya masing-masing. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan
evaluasi mencakup:
a.
Perencanaan
Evaluasi.
b.
Pelaksanaan
evaluasi
c.
Monitoring pelaksanaan evaluasi
d.
Pengolahan
data
e.
Pelaporan hasil evaluasi
f.
Penggunaan
hasil evaluasi
B.
Analisis
Di makalah kelompok 5 telah disebutkan bahwa arti
dari pelaksanaan evaluasi merupakan bagaimana cara melaksanakan suatu evaluasi sesuai dengan
perencanaan evaluasi.[15] Pengertian ini saya rasa masih
sangat sulit untuk dipahami, menurut analisis saya pelaksanaan evaluasi
pembelajaran merupakan sebuah wujud aplikasi dari perencanaan yang telah
dilakukan sebelumnya. Jadi dalam hal ini pelaksanaan merupakan wujud tindakan
nyata dari rencana yang sudah ada. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan rencana
dijadikan sebagai sebuah acuan.
Menurut
pemakalah jenis-jenis evaluasi pembelajaran itu digolongkan ke dalam beberapa
kategori diantaranya adalah jenis evaluasi berdasarkan tujuan yang terdiri
dari: pre test dan post test; evaluasi diagnostik; evaluasi
selektif; evaluasi penempatan; evaluasi formatif; evaluasi sumatif; ujian
nasional. Jenis evaluasi berdasarkan sasaran yang terdiri dari: evaluasi
konteks; evaluasi input; evaluasi proses; evaluasi hasil atau produk; evaluasi outcom. Jenis evaluasi berdasarkan
lingkup kegiatan pembelajaran yang terdiri dari: evaluasi program pembelajaran;
evaluasi proses pembelajaran; evaluasi hasil pembelajaran. Jenis evaluasi
berdasarkan objek yang terdiri dari: evaluasi input; evaluasi transformasi;
evaluasi output. Dan yang terakhir adalah jenis evaluasi berdasarkan subjek
yang terdiri dari evaluasi internal dan evaluasi eksternal.[16] Menurut analisis saya pembagian
jenis-jenis evaluasi tersebut sudah sesuai, hal ini dikarenakan para ahli yang
lain seperti Arikunto yang juga mengungkapkan pendapat yang serupa. Memang
dalam hal ini evaluasi memang perlu diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis.
Tujuannya tak lain adalah agar kita mengetahui apa yang akan kita capai dalam
evaluasi yang kita lakukan tersebut.
Di
makalah disebutkan bahwa evaluasi pembelajaran itu terdiri dari empat komponen,
diantaranya adalah: pengukuran, penilaian, evaluasi, serta tes dan non tes.[17] Saya kurang sependapat
dengan hal tersebut karena menurut sumber yang saya baca keempat hal diatas
bukan merupakan komponen dari evaluasi pembelajaran melainkan komponen dari
evaluasi pendidikan. Adapun komponen dari evaluasi pembelajaran menurut Kirk Patrick
itu terdiri dari:
1.
Reaksi (reaction)
Dalam hal ini reaksi yang diambil adalah reaksi peserta didik terhadap
program pembelajaran. Reaksi ini dapat diukur dari apa yang dipikirkan oleh
peserta didik, tingkat kepuasan peserta didik terhadap apa yang mereka peroleh
dalam kegiatan pembelajaran.
2.
Belajar (learning)
Dalam hal ini belajar dapat diukur dari semua perubahan yang terjadi sebagai
akibat dari kegiatan pembelajaran.
3.
Perilaku (behaviour)
Dalam hal ini hasil evaluasi perilaku akan bisa diperoleh dari peserta
didik yang mengikuti program pembelajaran sampai tuntas.
4.
Hasil (result)
Evaluasi terhadap hasil biasanya dilakukan setelah peserta didik selesai
mengikuti program pembelajaran. Hasil ini dapat berupa peningkatan prestasi,
perbaikan pemahaman, dan peningkatan pengetahuan.[18]
Dari
pendapat Kirk Patrick dapat saya analisis bahwa komponen evaluasi pembelajaran
itu lebih mengacu pada efek yang ditimbulkan oleh pembelajaran yang kita
lakukan yang lebih condong untuk mempengaruhi hasil evaluasi yang diperoleh
peserta didik.
Adapun di dalam makalah telah diterangkan bahwa
tahap-tahap dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran itu mencakup: perencanaan
evaluasi (menentukan tujuan, mengidentifikasi kompetensi dan hasil belajar,
menyusun kisi-kisi, mengembangkan draft instrumen, uji coba dan analisis soal,
revisi dan merakit soal), pelaksanaan evaluasi, pengolahan data, pelaporan
hasil evaluasi, dan penggunaan hasil evaluasi (laporan pertanggung jawaban,
seleksi, promosi, diagnosis, memprediksi masa depan peserta didik).[19] Dalam hal ini sedikit
berbeda pendapat di dalam bukunya M. Ngalim Purwanto mengungkapkan bahwa
tahap-tahap pelaksanaan evaluasi pembelajaran itu meliputi: perencanaan,
pengumpulan data, penelitian data, pengolahan data, penafsiran data,
meningkatkan daya serap peserta didik, dan laporan hasil penelitian.[20] Pendapat dari M. Ngalim
Purwanto tersebut menurut analisis saya simpel tapi sudah mencakup keseluruhan.
Dapat kita pahami bahwa dalam pelaksanaanpun perencanaan tetap menjadi elemen
paling utama dalam setiap kegiatan evaluasi. Karena dengan adanya perencanaan
kegiatan pelaksanaan akan mudah terlaksana karena mempunyai acuan yang bisa
dijadikan sebagai sebuah pedoman.
ANALISIS MAKALAH KELOMPOK 10
“PENGGUNAAN HASIL EVALUASI PEMBELAJARAN”
A.
Ringkasan Materi
Penggunaan hasil evaluasi pembelajaran itu
dibagi menjadi 2, yakni penggunaan hasil evaluasi pembelajaran secara umum yang
terdiri dari: laporan pertanggungjawaban, seleksi, promosi, diagnosis, dan
memprediksi masa depan peserta didik. Dan penggunaan hasil evaluasi
pembelajaran secara khusus yang terdiri dari penafsiran, umpan balik (Feedback),
tindak lanjut.[21]
B. Analisis
Menurut analisis
saya pada dasarnya penggunaan hasil evaluasi bergantung pada tujuan yang hendak
dicapai dalam mengadakan evaluasi itu sendiri. Atau dapat juga kita asumsikan
bergantung pada jenis-jenis tes yang dilakukan. Secara tersirat, menurut saya hasil
tes itu digunakan untuk:
a.
Menentukan
naik tidaknya atau lulus tidaknya seorang siswa
Hal ini didasarkan pada interpretasi kita
terhadap taraf kesiapan siswa tersebut. Dalam hal ini evaluasi yang digunakan
biasanya jenis evaluasi sumatif.
b.
Mengadakan
diagnosa atau remidial
Dari hasil evaluasi yang kita peroleh kita
dapat mengetahui kelemahan-kelemahan siswa. Maka sebagai pendidik langkah kita
selanjutnya adalah mencari sebab-sebab dari kelemahan tersebut kemudian
melakukan remidial dan pendalaman materi. Dalam hal ini evaluasi yang dimaksud
adalah jenis evaluasi diagnostik.
c.
Untuk
memutuskan perlu tidaknya suatu pelajaran disampaikan kembali
Hal ini didasarkan pada interpretasi
terhadap prestasi kelompok. Dalam hal ini evaluasi yang biasa diterapkan adalah
evaluasi jenis formatif.
d.
Membangkitkan
motivasi siswa
Ketika hasil evaluasi ditunjukkan biasanya
siswa berminat sekali untuk mengetahuinya. Nah, dalam hal ini guru dapat
memanfaatkan minat yang besar tersebut ntuk memberikan dorongan kepada siswa
agar kedepannya dapat belajar dengan lebih giat.
e.
Memberikan
laporan kepada orang tua siswa
Hal ini bertujuan agar orang tua mempunyai
gambaran objektif tentang perkembangan anaknya, untuk kemudian dapat
menyikapinya. Dalam hal ini biasanya yang digunakan adalah evaluasi sumatif.
Pemberian laporan ini dilakukan setelah hasil evaluasi tersebut dipadukan
dengan hasil evaluasi formatif atau sub-sumatif yang telah dilaksanakan
sebelumnya.[22]
Jadi, karena dalam pembelajaran itu sendiri objek
utamanya adalah siswa dalam hal ini penggunaan hasil evaluasi lebih condong
untuk kemaslahatan diri siswa dan untuk tolak ukur keberhasilan proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi
Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Daryanto, H. M.
2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Daryanto. 2008. Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2013.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Kuswana, Wowo Sunaryo. 2011. Taksonomi Berpikir. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurkancana, Wayan.
2006. Evaluasi Pendidikan. Surayaba: Usaha Jaya.
Patrick, Kirk. 1998. Evaluating
Training Programs: The Four Levels. San Fransisco: Berret-Koehler
Publisher.
Purwanto, M. Ngalim. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2004. Pembelajaran
dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada
Group.
Silverius,
Suke. 1991. Evaluasi
Hasil Belajar Dan Umpan Balik. (Jakarta: Grasindo.
Sudijono, Anas. 1995. Pengantar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudijono, Anas. 2001. Pengantar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sudijono, Anas. 2007. Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2008. Penilaian
Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sukiman. 2012.
Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan Madani.
Syah, Muhibbin. 2003. Evaluasi
Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
S., Arikunto. 2010. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Widoyoko, Eko
Putro. 2011. Evaluasi
Program Pembelajaran. (Yogyakarta: Pustaka Belajar.
[1]
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi
Pengajaran, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 3.
[2]
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2001), hal. 10.
[3]
Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi, (Yogyakarta: Insan Madani, 2012),
hal. 4.
[4]
Arikunto S., Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), hal. 10.
[5]
Arikunto S., Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi)..., hal. 13.
[6]
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 14.
[7]
Arikunto S., Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi)..., hal. 20.
[9]
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2013), hal. 30.
[10] H. M Daryanto, Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hal. 21-27.
[11]
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), hal. 43.
[12]
Muhibbin Syah, Evaluasi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal.
26.
[13]
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal.
88-89.
[15]
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1995), hal. 28.
[16]
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Kencana Prenada Group, 2004), hal. 187-194.
[17]
Anas Sudijono, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),
hal. 65.
[18]
Kirk Patrick, Evaluating Training Programs: The Four Levels, (San Fransisco:
Berret-Koehler Publisher, 1998), hal. 51.
[19]
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan..., hal. 61.
[20]
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi dalam
Pengajaran..., hal. 43.
[21]
Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, (Jakarta:
Grasindo, 1991), hal. 150-152.
[22]
Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2011), hal. 35.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar