Sabtu, 15 September 2018

EVALUASI PEMBELAJARAN: Tugas UAS (Semester 3)


ANALISIS MAKALAH
TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Evaluasi Pembelajaran
Yang dibina oleh Dr. Hj. Sulistyorini, M.Ag.
11050637_1655434244688794_3266224396869722217_n.jpg









Disusun Oleh:
Nama        : Risma Nur Izzati
NIM          : 17205153002
Kelas         : PGMI-3A



JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
Desember 2016



ANALISIS MAKALAH KELOMPOK 1
“HAKIKAT EVALUASI PEMBELAJARAN”

A.      Ringkasan Materi
Evaluasi merupakan suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Penilaian dan pengukuran tidaklah sama, namun keduanya adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi mencakup aspek kualitatif dan kuantitatif, hal inilah yang membedakan evaluasi atau penilaian dengan pengukuran.
Pada hakikatnya evaluasi itu mempunyai berbagai karakteristik. Adapun karakteristik dari evaluasi itu ada 3 yakni memiliki implikasi tidak langsung terhadap siswa yang dievaluasi, lebih bersifat tidak lengkap, dan mempunyai sifat kebermaknaan relatif.
Sistem evaluasi selama ini diartikan sebagai suatu cara yang digunakan dalam menentukan derajat keberhasilan hasil penilaian sehingga kedudukan siswa dapat diketahuai apakah telah menguasai tujuan instruksional ataukah belum. Sistem penilaian hasil belajar dibagi menjadi dua yakni penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP).
Sebuah evaluasi dikatakan baik apabila memenuhi 8 syarat berikut, diantaranya yakni: valid, andal, obyektif, seimbang, membedakan, norma,  fair, dan praktis. Di makalah juga disebutkan bahwa evaluasi dapat berjalan dengan baik apabila mengacu pada ketiga prinsip dasar evaluasi yakni: prinsip keseluruhan, prinsip kesinambungan, dan prinsip objektivitas.

B.       Analisis
Di makalah kelompok 1 telah disebutkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Sedangkan di dalam bukunya M. Ngalim Purwanto menuliskan bahwa evaluasi merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi berdasarkan data yang ada kemudian dari data tersebutlah keputusan mencoba untuk dibuat.[1] Pendapat ini sebenarnya memiliki kesamaan dengan apa yang diungkapkan pemakalah dalam ulasannya, hanya saja disana tidak diterangkan secara gamblang informasi tersebut diperoleh darimana. Berbeda dengan ulasan M. Ngalim Purwanto tadi yang menyebutkan bahwa informasi tersebut diperoleh dari data yang ada. Data yang dimaksud M. Ngalim disini adalah dari proses evaluasi yang dilakukan tadi, mungkin bisa saja dari tes tulis yang dilakukan yang sengaja direncanakan guna mengetahui sejauh mana pemahaman siswa atas materi yang sudah kita ajarkan, nah barulah setelah tes tersebut dilaksanakan dan hasilnya sudah keluar kita bisa membuat sebuah keputusan atau spekulasi bahwa anak didik tersebut sudah tergolong menguasai materi ataukah belum. Agak berbeda dengan pendapat M. Ngalim Purwanto, Wang dan Brown mengungkapkan bahwa “Evaluation refer to the act or process to determining the value of something”, ungkapan ini mengandung artian bahwasanya evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai daripada sesuatu.[2] Saya kurang setuju akan pendapat ini, karena melihat pendapat ini arti evaluasi cenderung sempit karena jauh dari itu evaluasi bukan hanya terpatok pada berapa banyaknya nilai yang kamu dapat melainkan dari sejauh mana tujuan yang diinginkan sudah tercapai, atau dalam hal ini banyaknya nilai tidak mengindikasikan bahwa suatu proses pembelajaran sudah benar-benar dikatakan berhasil. Hal ini senada dengan pendapat Cross yang menyatakan bahwa “ Evaluation is a process which determines the extent to which objectives have been achieved”, yang mengandung artian bahwa evaluasi merupakan suatu proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat dicapai.[3] Meski evaluasi tidak hanya terpacu pada penilaian, tapi evaluasi tidak bisa dikatakan sama juga dengan pengukuran. Asumsi ini didasarkan pada pendapat Asmawi Zainul dan Noehi Nasution yang mengartikan penilaian sebagai suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik menggunakan tes maupun non tes. Sementara Ahmad Sudrajat mengartikan pengukuran sebagai suatu proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Dari kedua pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa penilaian itu mencakup pengukuran jadi ruang lingkup penilaian lebih luas dari pengukuran. Meski berbeda keduanya tidak dapat dipisahkan sebab untuk dapat melakukan penilaian yang tepat harus didasarkan pada pengukuran terlebih dahulu. Evaluasi mencakup aspek kualitatif dan kuantitatif, hal inilah yang membedakan evaluasi atau penilaian dengan pengukuran. Aspek kualitatif adalah aspek penilaian yang didasarkan pada mutu dan kualitas yang terkandung didalamnya. Sedangkan aspek kuantitatif adalah aspek penilaian yang didasarkan pada jumlah sesuatu, yang mana dalam hal ini kualitas bukanlah menjadi faktor utama dalam penilaian. Memang kedua aspek tersebut tidak boleh terlepas dari evaluasi, dalam melakukan evaluasi kita tidak hanya terpacu pada berapa nilai (kuantitas) yang mereka peroleh melainkan juga harus memperhatikan apakah dengan kuantitas yang baik seseorang juga mempunyai kualitas yang baik pula. Begitupun sebaliknya apakah dengan kualitas yang baik seseorang juga dapat memperoleh nilai (kuantitas) yang baik. Intinya kedua aspek ini haruslah seimbang agar evaluasi bisa tepat sasaran.
Di makalahpun telah disebutkan bahwa pada hakikatnya evaluasi itu mempunyai berbagai karakteristik. Adapun karakteristik dari evaluasi itu ada 3 yakni memiliki implikasi tidak langsung terhadap siswa yang dievaluasi, lebih bersifat tidak lengkap, dan mempunyai sifat kebermaknaan relatif. Asumsi tersebut disandarkan pada pendapat Arikunto yang menyebutkan bahwa karakteristik evaluasi itu menurutnya ada 4 yakni:
1.        Dilakukan secara tidak langsung
Misalnya dalam mengukur kepandaian peserta didik melalui ukuran kemampuannya dalam menyelesaikan soal-soal.
2.        Penggunaan ukuran kuantitatif
Yakni menggunakan simbol bilangan sebagai hasil pertama pengukuran, setelah itu baru diinterpretasikan ke bentuk kualitatif.
3.        Menggunakan unit-unit atau satuan yang tetap
4.        Bersifat relatif
Artinya, tidak sama atau selalu tetap dari waktu ke waktu.[4]

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa apa yang diungkapkan pemakalah dua diantaranya sudah sama dengan pendapat yang diungkapkan oleh Arikunto. Selain memiliki karakteristik evaluasi pembelajaran juga memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah untuk perbaikan dan pengembangan sistem pembelajaran dan untuk keperluan akreditasi. Hal ini jauh berbeda dengan pendapat Arikunto bahwa fungsi dari evaluasi itu lebih luas tidak hanya terpacu pada dua fungsi diatas, menurutnya fungsi evaluasi itu ada 4 yakni:
1.        Berfungsi selektif
Dengan mengadakan evaluasi guru dapat melakukan seleksi atau penilaian terhadap siswanya.
2.        Berfungsi diagnostik
Dengan mengadakan evaluasi guru dapat mendiagnosis kelebihan dan kelemahan yang ada pada diri siswanya.
3.        Berfungsi sebagai penempatan
Dengan mengadakan evaluasi guru dapat menempatkan siswanya sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
4.        Berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Dengan mengadakan evaluasi guru dapat mengukur sejauh mana keberhasilan suatu program yang telah diterapkan.[5]
Sistem evaluasi merupakan cara yang digunakan dalam menentukan derajat keberhasilan hasil penilaian sehingga kedudukan siswa dapat diketahuai apakah telah menguasai tujuan instruksional ataukah belum. Sistem penilaian hasil belajar dibagi menjadi dua yakni penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP). Hal ini juga selaras dengan pendapat Daryanto yang menyatakan bahwa Sistem penilaian hasil belajar itu juga ada dua yakni PAP dan PAN. Dimana Daryanto mengartikan PAP sebagai sistem penilaian yang mengacu pada suatu kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sementara PAN ia artikan sebagai sistem penilaian yang didasarkan pada nilai sekelompok siswa dalam satu proses pembelajaran sesuai dengan tingkat penguasaan pada kelompok tersebut.[6]
Sebuah evaluasi dikatakan baik apabila memenuhi 8 syarat berikut, diantaranya yakni: valid, andal, obyektif, seimbang, membedakan, norma,  fair, dan praktis. Hampir serupa dengan hal tersebut, disini Arikunto juga mengungkapkan bahwa syarat dari evaluasi itu mencakup: kesahihan, keterandalan, dan kepraktisan. Dari kedua argumen diatas dapat dilihat bahwa pendapat Arikunto tersebut lebih menyempit dari pendapat yang diungkapkan oleh pemakalah. Di makalah disebutkan bahwa evaluasi dapat berjalan dengan baik apabila mengacu pada ketiga prinsip dasar evaluasi yakni: prinsip keseluruhan, prinsip kesinambungan, dan prinsip objektivitas. Hal ini berbeda dengan pendapat Arikunto yang menjelaskan bahwa prinsip evaluasi itu adalah adanya triangulasi yang mencakup tujuan pembelajaran, kegiatan belajar mengajar atau KBM, dan evaluasi. Memang tidak dapat kita pungkiri bahwa evaluasi pembelajaran sendiri tidak akan terlaksana tanpa adanya hal-hal tersebut. Dalam mengevaluasi kita harus tahu tujuan dari pembelajaran itu apa sehingga kita tahu aspek apa saja yang akan kita nilai. Begitu pula kita musti tahu bagaimana kegiatan belajar mengajar berlangsung apa saja yang diajarkan, sejauh mana materi yang sudah disampaikan, barulah kita bisa memutuskan kira-kira materi tentang apa saja yang kita butuhkan untuk melakukan evaluasi. Tapi dalam hal ini kita juga tidak dapat mengabaikan ketiga prinsip sebelumnya yakni berkesinambungan yang mengandung artian bahwa evaluasi tidak hanya berhenti pada satu sisi melainkan perlu dilakukan secara bertahap dan terus menerus. Demikian pula harus secara keseluruhan, maksudnya adalah seluruh materi yang sudah disampaikan patut kita adakan evaluasi. Dan yang terakhir adalah objektivitas, artinya dalam penilaian jangan memandang siapa yang kamu evaluasi melainkan bagaimana hasil evaluasi.[7]
Tiga komponen utama yang menentukan terselenggaranya proses pembelajaran adalah tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. Dari ungkapan tersebut sudah terlihat jelas bahwa kedudukan evaluasi dalam pendidikan sangatlah penting karena dalam setiap proses pendidikan memerlukan kegiatan evaluasi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Allah swt. pun dalam berbagai firman-Nya memberitahukan kepada kita bahwa pekerjaan evaluasi terhadap manusia didik merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik.













ANALISIS MAKALAH KELOMPOK 2
“TAKSONOMI & KEMAMPUAN HASIL BELAJAR”

A.      Ringkasan Materi
Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Dimana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum atau masih luas dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik. Menurut Bloom taksonomi mengacu pada tiga hal penting yakni: prinsip dasar (prinsip metodologis, prinsip psikologis, prinsip logis, prinsip tingkatan tujuan), rumusan tujuan pendidikan (tingkah laku konkrit, perluasan kategori, tingkah laku verbal), ranah besar tujuan pendidikan. Pengembangan taksonomi Bloom dilakukan oleh Andreson Kart Wohl yang dipublikasikan di tahun 2001. Adapun dalam hal ini fokus yang diperbaiki adalah ranah kognitif atau pengetahuan.

B.       Analisis
Mengambil perspektif pengertian taksonomi dari Bloom ia mengartikan taksonomi sebagai pengklasifikasian tujuan pendidikan dengan menyajikannya dalam bentuk hierarki.[8] Dari hal tersebut dapat saya analisis bahwa penyajian dalam bentuk hierarki ini dimaksudkan untuk mengkategorisasi hasil perubahan yang terjadi pada diri peserta didik sebagai hasil dari proses pembelajaran.
Ketiga ranah yang ingin dikembangkan Bloom yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik berdasarkan analisis saya dapat mempengaruhi tingkat profesional siswa dan peran guru sebagai pengampu aktif dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu sebagai guru kita harus benar-benar peka dalam mengembangkan ketiga ranah tersebut pada diri peserta didik. Selaras dengan hal ini Bloom pun juga mengklasifikasikan tujuan berdasarkan ketiga ranah tadi. Yang dimana masing-masing dari tujuan tersebut memiliki jenjang tentang apa yang ingin dikembangkan pada tiap ranahnya.
Hubungan antara taksonomi tujuan pendidikan dan evaluasi hasil belajar sangat erat kaitannya. Pada dasarnya keduanya mempunyai tujuan yang sama dalam dunia pendidikan. Dengan objek yang sama yaitu peserta didik, disini telah dibahas tentang bagaimana tujuan pendidikan tercapai dan mengukur hasil akhir belajar dengan evaluasi. Adapun manfaat taksonomi Bloom dalam Pembelajaran ada beragam yang intinya untuk mendukung tercapainya proses pendidikan yang baik.






















ANALISIS MAKALAH KELOMPOK 3
“PENYUSUNAN RENCANA EVALUASI BELAJAR”

A.      Ringkasan Materi
Evaluasi berkaitan erat dengan penilaian dan pengukuran. Sebuah penilaian dan pengukuran akan menghasilkan evaluasi. Tidak akan terjadi evaluasi jika hanya ada penilaian tanpa pengukuran. Perencanaan evaluasi dapat ditinjau dari dua pendekatan yaitu pendekatan program pembelajaran dan pendekatan hasil belajar. Dalam perencanaan penilaian hasil belajar, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu menentukan tujuan penilaian, mengidentifikasi kompetensi dan hasil belajar, menyusun kisi-kisi, mengembangkan draf instrument, uji coba dan analisis soal. Pembelajaran yang ideal ditandai dengan sifatnya yang menekankan pada pemberdayaan siswa secara aktif. Perencanaan Pembelajaran diharapkan dapat menjadi bekal para calon guru tentang berbagai aspek yang terkait kurikulum dan pembelajaran.

B.       Analisis
Dimyati dan Mudjiono mengungkapkan bahwa secara umum evaluasi mencakup evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran. Dalam hal ini evaluasi belajar menekankan pada diperolehnya informasi tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang telah dtetapkan. Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk memperoleh informasi tentang tingkat keefektifan proses pembelajaran dalam membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.[9] Dari teori diatas dapat kita analisis bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan diantara keduanya, dalam hal ini kalau evaluasi belajar lebih condong kepada hasil yang diperoleh siswanya sedangkan evaluasi pembelajaran lebih condong kepada hasil daripada proses pembelajaran yang kita lakukan. Dalam hal ini keduanya saling terkait karena keefektifan proses pembelajaran juga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswanya. Di makalah kelompok 3 telah disebutkan bahwa langkah-langkah penyusunan evaluasi belajar itu mencakup:
1.        Evaluasi tentang diri seorang anak atau sekelompok anak.
2.        Evaluasi yang baik adalah bahwa data yang kita kumpulkan mengenai setiap aspek.
3.        Evaluasi yang baik adalah bahwa cara-cara serta alat-alat yang hendak kita pergunakan untuk pengumpulan data mengenai diri anak kita pilih betul-betul sebelumnya untuk mengumpulkan keterangan mengenai cerdas atau tidaknya seorang anak.
4.        Evaluasi yang baik ialah bahwa data yang telah kita kumpulkan tadi harus diolah terlebih dahulu.

Argumen yang dikemukakan oleh pemakalah diatas mengutip dari pendapat Daryanto.[10] Berbeda dengan apa yang diulas oleh pemakalah, dalam hal ini saya mempunyai argumen lain tentang langkah-langkah penyusunan evaluasi belajar. Menurut saya apa yang diungkapkan pemakalah bukan merupakan langkah-langkah akan tetapi merupakan karakteristik suatu penyusunan evaluasi belajar bisa dikatakan baik. Untuk memperkuat argumen ini saya mengutip pendapat dari Nana Sudjana yang mengungkapkan bahwa langkah-langkah penyusunan evaluasi belajar mencakup:
1.        Menyusun rencana evaluasi belajar
Langkah pertama ini mencakup: merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi, menetapkan aspek-aspek yang hendak dievaluasi; memilih dan menentukan teknik yang akan dipergunakan di dalam melaksanakan evaluasi; menyusun alat-alat pengukur yang akan digunakan dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik; menentukan tolak ukur, norma, atau kriteria yang akan dijadikan pegangan atau patokan untuk memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi; menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi belajar itu sendiri.
2.        Menghimpun data
3.        Melakukan verifikasi data
4.        Mengolah dan menganalisis data
5.        Memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan
6.        Tindak lanjut hasil evaluasi[11]

Di makalah juga telah diulas bahwa pada dasarnya pendekatan dalam perencanaan evaluasi dapat ditinjau dari dua pendekatan yakni pendekatan program pembelajaran dan pendekatan hasil belajar adapun penjelasannya di makalah tidak dijelaskan secara rinci. Oleh sebab itu disini saya mengambil teori Muhibbin Syah yang mengungkapkan bahwa apabila dilihat dari komponen pembelajaran pendekatan dalam perencanaan evaluasi dibagi menjadi dua yakni pendekatan tradisional yang merupakan pendekatan yang berorientasi pada praktik evaluasi yang telah berjalan selama ini di sekolah yang ditujukan pada perkembangan aspek intelektual peserta didik, serta pendekatan sistem yang merupakan pendekatan yang berorientasi pada totalitas dari berbagai komponen yang saling berhubungan dan ketergantungan.[12]
Di makalah telah disebutkan bahwa ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam merencanakan evaluasi diantaranya adalah: menentukan tujuan penilaian, mengidentifikasi kompetensi dan hasil belajar, menyusun kisi-kisi, mengembangkan draf instrumen, serta melakukan uji coba dan analisis soal.[13]  Menurut analisis saya apa yang disebutkan oleh pemakalah bukan merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan evaluasi melainkan termasuk ke dalam langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membuat alat evaluasi.





























ANALISIS MAKALAH KELOMPOK 5
“PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN”

A.      Ringkasan Materi
Pelaksanaan evaluasi merupakan cara melaksanakan suatu evaluasi sesuai dengan perencanaan evaluasi. Jenis evaluasi yang digunakan akan memengaruhi seorang evaluator dalam menentukan prosedur, metode, instrumen, waktu pelaksanaan, sumber data, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan tes maupun nontes tersebut akan berbeda satu dengan lainnya, sesuai dengan tujuan dan fungsinya masing-masing.
Sebenarnya evaluasi tidak hanya sekedar tes tertulis dan tes lisan. Banyak jenis-jenis evaluasi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Jenis-jenis evaluasi pembelajaran tersebut antara lain sebagai berikut :
a.         Jenis Evaluasi Berdasarkan Tujuan
b.        Jenis Evaluasi Berdasarkan Sasaran
c.         Jenis Evaluasi Berdasarkan Lingkup Kegiatan Pembelajaran
d.        Jenis Evaluasi berdasarkan Objek
e.         Jenis Evaluasi berdasarkan Subjek[14]

Dalam evaluasi pembelajaran ada empat komponen yang saling terkait dan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Penjelasan dari keempat komponen tersebut yakni: pengukuran, penilaian, evaluasi, serta tes dan non tes.
Dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar, guru dapat menggunakan tes (tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan) maupun nontes (observasi, wawancara, studi dokumentasi, skala sikap, dan sebagainya). Dalam pelaksanaan tes maupun nontes tersebut akan bereda satu dengan lainnya, sesuai dengan tujuan dan fungsinya masing-masing. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan evaluasi mencakup:
a.         Perencanaan Evaluasi.
b.        Pelaksanaan evaluasi
c.         Monitoring pelaksanaan evaluasi
d.        Pengolahan data
e.         Pelaporan hasil evaluasi
f.         Penggunaan hasil evaluasi

B.       Analisis
Di makalah kelompok 5 telah disebutkan bahwa arti dari pelaksanaan evaluasi merupakan bagaimana cara melaksanakan suatu evaluasi sesuai dengan perencanaan evaluasi.[15] Pengertian ini saya rasa masih sangat sulit untuk dipahami, menurut analisis saya pelaksanaan evaluasi pembelajaran merupakan sebuah wujud aplikasi dari perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya. Jadi dalam hal ini pelaksanaan merupakan wujud tindakan nyata dari rencana yang sudah ada. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan rencana dijadikan sebagai sebuah acuan.
Menurut pemakalah jenis-jenis evaluasi pembelajaran itu digolongkan ke dalam beberapa kategori diantaranya adalah jenis evaluasi berdasarkan tujuan yang terdiri dari: pre test dan post test; evaluasi diagnostik; evaluasi selektif; evaluasi penempatan; evaluasi formatif; evaluasi sumatif; ujian nasional. Jenis evaluasi berdasarkan sasaran yang terdiri dari: evaluasi konteks; evaluasi input; evaluasi proses; evaluasi hasil atau produk; evaluasi outcom. Jenis evaluasi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran yang terdiri dari: evaluasi program pembelajaran; evaluasi proses pembelajaran; evaluasi hasil pembelajaran. Jenis evaluasi berdasarkan objek yang terdiri dari: evaluasi input; evaluasi transformasi; evaluasi output. Dan yang terakhir adalah jenis evaluasi berdasarkan subjek yang terdiri dari evaluasi internal dan evaluasi eksternal.[16] Menurut analisis saya pembagian jenis-jenis evaluasi tersebut sudah sesuai, hal ini dikarenakan para ahli yang lain seperti Arikunto yang juga mengungkapkan pendapat yang serupa. Memang dalam hal ini evaluasi memang perlu diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis. Tujuannya tak lain adalah agar kita mengetahui apa yang akan kita capai dalam evaluasi yang kita lakukan tersebut.
Di makalah disebutkan bahwa evaluasi pembelajaran itu terdiri dari empat komponen, diantaranya adalah: pengukuran, penilaian, evaluasi, serta tes dan non tes.[17] Saya kurang sependapat dengan hal tersebut karena menurut sumber yang saya baca keempat hal diatas bukan merupakan komponen dari evaluasi pembelajaran melainkan komponen dari evaluasi pendidikan. Adapun komponen dari evaluasi pembelajaran menurut Kirk Patrick itu terdiri dari:
1.        Reaksi (reaction)
Dalam hal ini reaksi yang diambil adalah reaksi peserta didik terhadap program pembelajaran. Reaksi ini dapat diukur dari apa yang dipikirkan oleh peserta didik, tingkat kepuasan peserta didik terhadap apa yang mereka peroleh dalam kegiatan pembelajaran.
2.        Belajar (learning)
Dalam hal ini belajar dapat diukur dari semua perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran.
3.        Perilaku (behaviour)
Dalam hal ini hasil evaluasi perilaku akan bisa diperoleh dari peserta didik yang mengikuti program pembelajaran sampai tuntas.
4.        Hasil (result)
Evaluasi terhadap hasil biasanya dilakukan setelah peserta didik selesai mengikuti program pembelajaran. Hasil ini dapat berupa peningkatan prestasi, perbaikan pemahaman, dan peningkatan pengetahuan.[18]

Dari pendapat Kirk Patrick dapat saya analisis bahwa komponen evaluasi pembelajaran itu lebih mengacu pada efek yang ditimbulkan oleh pembelajaran yang kita lakukan yang lebih condong untuk mempengaruhi hasil evaluasi yang diperoleh peserta didik.
Adapun di dalam makalah telah diterangkan bahwa tahap-tahap dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran itu mencakup: perencanaan evaluasi (menentukan tujuan, mengidentifikasi kompetensi dan hasil belajar, menyusun kisi-kisi, mengembangkan draft instrumen, uji coba dan analisis soal, revisi dan merakit soal), pelaksanaan evaluasi, pengolahan data, pelaporan hasil evaluasi, dan penggunaan hasil evaluasi (laporan pertanggung jawaban, seleksi, promosi, diagnosis, memprediksi masa depan peserta didik).[19] Dalam hal ini sedikit berbeda pendapat di dalam bukunya M. Ngalim Purwanto mengungkapkan bahwa tahap-tahap pelaksanaan evaluasi pembelajaran itu meliputi: perencanaan, pengumpulan data, penelitian data, pengolahan data, penafsiran data, meningkatkan daya serap peserta didik, dan laporan hasil penelitian.[20] Pendapat dari M. Ngalim Purwanto tersebut menurut analisis saya simpel tapi sudah mencakup keseluruhan. Dapat kita pahami bahwa dalam pelaksanaanpun perencanaan tetap menjadi elemen paling utama dalam setiap kegiatan evaluasi. Karena dengan adanya perencanaan kegiatan pelaksanaan akan mudah terlaksana karena mempunyai acuan yang bisa dijadikan sebagai sebuah pedoman.








ANALISIS MAKALAH KELOMPOK 10
“PENGGUNAAN HASIL EVALUASI PEMBELAJARAN”

A.      Ringkasan Materi
Penggunaan hasil evaluasi pembelajaran itu dibagi menjadi 2, yakni penggunaan hasil evaluasi pembelajaran secara umum yang terdiri dari: laporan pertanggungjawaban, seleksi, promosi, diagnosis, dan memprediksi masa depan peserta didik. Dan penggunaan hasil evaluasi pembelajaran secara khusus yang terdiri dari penafsiran, umpan balik (Feedback), tindak lanjut.[21]

B.       Analisis
Menurut analisis saya pada dasarnya penggunaan hasil evaluasi bergantung pada tujuan yang hendak dicapai dalam mengadakan evaluasi itu sendiri. Atau dapat juga kita asumsikan bergantung pada jenis-jenis tes yang dilakukan. Secara tersirat, menurut saya hasil tes itu digunakan untuk:
a.         Menentukan naik tidaknya atau lulus tidaknya seorang siswa
Hal ini didasarkan pada interpretasi kita terhadap taraf kesiapan siswa tersebut. Dalam hal ini evaluasi yang digunakan biasanya jenis evaluasi sumatif.
b.        Mengadakan diagnosa atau remidial
Dari hasil evaluasi yang kita peroleh kita dapat mengetahui kelemahan-kelemahan siswa. Maka sebagai pendidik langkah kita selanjutnya adalah mencari sebab-sebab dari kelemahan tersebut kemudian melakukan remidial dan pendalaman materi. Dalam hal ini evaluasi yang dimaksud adalah jenis evaluasi diagnostik.
c.         Untuk memutuskan perlu tidaknya suatu pelajaran disampaikan kembali
Hal ini didasarkan pada interpretasi terhadap prestasi kelompok. Dalam hal ini evaluasi yang biasa diterapkan adalah evaluasi jenis formatif.
d.        Membangkitkan motivasi siswa
Ketika hasil evaluasi ditunjukkan biasanya siswa berminat sekali untuk mengetahuinya. Nah, dalam hal ini guru dapat memanfaatkan minat yang besar tersebut ntuk memberikan dorongan kepada siswa agar kedepannya dapat belajar dengan lebih giat.
e.         Memberikan laporan kepada orang tua siswa
Hal ini bertujuan agar orang tua mempunyai gambaran objektif tentang perkembangan anaknya, untuk kemudian dapat menyikapinya. Dalam hal ini biasanya yang digunakan adalah evaluasi sumatif. Pemberian laporan ini dilakukan setelah hasil evaluasi tersebut dipadukan dengan hasil evaluasi formatif atau sub-sumatif yang telah dilaksanakan sebelumnya.[22]

Jadi, karena dalam pembelajaran itu sendiri objek utamanya adalah siswa dalam hal ini penggunaan hasil evaluasi lebih condong untuk kemaslahatan diri siswa dan untuk tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.













DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Daryanto, H. M. 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2013.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Kuswana, Wowo Sunaryo. 2011. Taksonomi Berpikir. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurkancana, Wayan. 2006. Evaluasi Pendidikan. Surayaba: Usaha Jaya.
Patrick, Kirk. 1998. Evaluating Training Programs: The Four Levels. San Fransisco: Berret-Koehler Publisher.
Purwanto, M. Ngalim. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2004. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Group.
Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar Dan Umpan Balik. (Jakarta: Grasindo.
Sudijono, Anas. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sudijono, Anas. 2007. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sukiman. 2012. Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan Madani.
Syah, Muhibbin. 2003. Evaluasi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
S., Arikunto. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Widoyoko, Eko Putro. 2011. Evaluasi Program Pembelajaran. (Yogyakarta: Pustaka Belajar.



[1] M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 3.
[2] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 10.
[3] Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi, (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), hal. 4.
[4] Arikunto S., Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal. 10.
[5] Arikunto S., Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi)..., hal. 13.
[6] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 14.
[7] Arikunto S., Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi)..., hal. 20.
[8] Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 8.
[9] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal. 30.
[10] H. M Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hal. 21-27.
[11] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 43.
[12] Muhibbin Syah, Evaluasi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 26.
[13] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 88-89.
[14] Wayan Nurkancana, Evaluasi Pendidikan, (Surayaba: Usaha Jaya, 2006), hal. 95.
[15] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 28.
[16] Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2004), hal. 187-194.
[17] Anas Sudijono, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 65.
[18] Kirk Patrick, Evaluating Training Programs: The Four Levels, (San Fransisco: Berret-Koehler Publisher, 1998), hal. 51.
[19] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan..., hal. 61.
[20] M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi dalam Pengajaran..., hal. 43.
[21] Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, (Jakarta: Grasindo, 1991), hal. 150-152.
[22] Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), hal. 35.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar