SEJARAH SASTRA
INDONESIA LAMA
TUGAS INDIVIDU
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahasa
Indonesia MI/SD
2
Yang
dibina oleh Mustofa, S. S., M.
Pd.
Disusun
Oleh:
Nama : Risma
Nur Izzati
NIM :
17205153002
Kelas :
PGMI-4A
JURUSAN PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
Maret 2017
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
Maret 2017
·
Nama : Risma Nur Izzati
·
NIM : 17205153002
·
Kelas : PGMI-4A
Sejarah Sastra Indonesia Lama
Layaknya
produk budaya lain, semisal ilmu pengetahuan dan teknologi, ternyata karya
sastrapun juga mengalami perkembangan baik dalam segi bentuk maupun isinya. Di
Indonesia sendiri, perkembangan sastra sebagian besar dipengaruhi oleh banyak
faktor, diantarannya yakni adat istiadat, agama, ideologi, politik, dan
ekonomi. Umumnya, perkembangan sejarah sastra di Indonesia itu dibagi ke dalam
dua periode, yakni periode sastra Indonesia lama dan periode sastra Indonesia
baru. Nah disini saya akan mencoba untuk menguraikan tentang sejarah sastra
Indonesia lama.
Sastra lama biasa dikenal
dengan sebutan sastra melayu lama, kesusastraan klasik atau kesusastraan
tradisional. Sastra ini mulai berkembang di Indonesia jauh sebelum pengaruh
barat masuk ke Negara ini (sekitar tahun 1870). Bentuk sastra yang berkembang
pada masa ini didominasi oleh dongeng, mantra, pantun dan lain sebagainya.
Untuk periodesasi sastra lama dilihat dari segi waktu, Ubbai Achmad mengatakan
bahwa periodesasi sastra lama terdiri dari 2 masa, yakni masa Pujangga Lama dan
Masa Sastra Melayu Lama.
Pujangga lama merupakan
bentuk pengklasifikasikan karya sastra Indonesia yang dihasilkan sebelum abad
ke-20, pada masa ini karya sastra didominasi oleh syair, pantun, gurindam, dan
hikayat. Di Nusantara budaya melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat
meliputi sebagian besar negara pantai Sumatra dan semenanjung malaya. Di
Sumatra bagian utara muncul karya-kaya penting berbahasa melayu terutama
karya-karya keagamaan. Hamzah Pansuri adalah yang pertama diantara penulis
angkatan pujangga lama dari istana kesultanan Aceh pada abad ke-17 muncul karya
klasik selanjutnya yang paling terkenal adalah karya Syamsudin Pasai dan Abdul
Rauf Singkir serta Nuruddin Arraniri. Karya tersebut meliputi:
1. Hikayat
Hikayat
Abdullah Hikayat
Kalia dan Damina
Hikayat
Aceh Hikayat masyidullah
Hikayat
Amir Hamzah Hikayat Pandawa jaya
Hikayat
Andaken Panurat Hikayat Panda Tonderan
Hikayat
Bayan Budiman Hikayat Putri Djohar Munikam
Hikayat
Hang Tuah Hikayat Sri Rama
Hikayat Iskandar Zulkarnaen Hikayat Jendera Hasan
Hikayat Kadirun Tasibul Hikayat
2.
Syair
Syair
Bidasari
Syair Ken Tambuhan
Syair Raja Mambang Jauhari
Syair Raja Siam
3.
Kitab Agama
Syarab Al Asyidiqin (minuman para pecinta) oleh Hamzah Panzuri
Asrar Al-arifin (rahasia-rahasia gnostik) oleh Hamzah Panzuri
Nur ad-duqa’iq (cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsudin Pasai.
Bustan as-salatin (taman raja-raja) oleh Nuruddin Ar-Raniri.
Pada
periode yang kedua yakni periode sastra melayu lama, sastra mulai berkembang di lingkup masyarakat Sumatera seperti Minangkabau, Langkat,
Tapanuli dan daerah Sumatera lainnya, orang Tionghoa dan masyarakat
Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam
bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat. Contoh Karya Sastra Melayu
lama pada masa ini yakni:
a.
Robinson Crousoe (terjemahan)
b.
Lawan-lawan Merah
c.
Grauf de Monte Cristo (terjemahan)
d.
Rocambole (terjemahan)
e.
Nyui Dasima oleh G. Prancis (indo)
f.
Bung Rampai oleh A.F. Bewali
g.
Kisah Perjanan Nahkoda Bontekoe
h.
Kisah
Pelayaran ke Pulau Kalimantan
i.
Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R. Komer
(indo)
j.
Cerita Nyonya Kong Hong Nio
k.
Nona Leonie
l.
Warna Sari Melayu oleh Kat. S.J
m.
Cerita Si Conat oleh F.D.J
Sastra
tersebut disebut sebagai sastra melayu klasik karena sastra tersebut berkembang
di daerah melayu pada masa sebelum dan sesudah islam hingga mendekati tahun
1920-an di masa balai pustaka. Catatan
tertulis yang pertama kali ditemukan menggunakan bahasa Melayu Kuno yang
kabarnya berasal dari abad ke-7 Masehi, bahkan sastra tersebut tercantum pada
beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan Sumatera dan
wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah. Tulisan ini menggunakan
aksara Pallawa. Selanjutnya, bukti-bukti tertulis lainnya bermunculan di
berbagai tempat, meskipun dokumen terbanyak kebanyakan mulai berasal dari abad
ke-18.
Untuk
mengidentifikasi apakah suatu sastra tersebut masuk ke dalam sastra klasik atau
tidak kita bisa mengacu kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh sastra itu sendiri.
Adapun dalam hal ini kesusastraan klasik setidaknya memiliki 5 ciri yang
membedakan dirinya dengan kesusastraan lainnya. Ciri yang pertama dari segi
bahasa, sastra Indonesia lama masih menggunakan bahasa melayu lama. Ciri yang
kedua yakni bisa kita perhatikan dari nama pengarangnya, biasanya dalam sastra
lama itu nama dari pengarang tidak diketahui (anonim). Ciri yang ketiga dilihat
dari segi isinya cerita dalam sastra lama biasanya diwarnai dengan hal-hal
ghaib, sementara peristiwa yang dikisahkan di dalam cerita sastra lama terpacu
pada kisah kehidupan istana, raja-raja, dewa-dewa, para pahlawan, dan
tokoh-tokoh mulia lainnya. Ciri yang keempat dilihat dari perbendaharaan
katanya, sastra lama biasanya banyak menggunakan lata-kata baku seperti alkisah, shahibul hikayat, menurut
empunya cerita, konon, dan lain
sebagainya. Dan ciri yang terakhir yakni, sastra klasik jalur perkembangannya
terjadi secara lisan (dari mulut ke mulut), sebab seperti yang kita tahu pada
masa itu media cetak dan elektronik belum ditemukan. Pada waktu itu yang
dianggap sebagi buku kesusastraan adalah pawang (orang yang bercerita dan
berpantun). Dalam hal ini pawang berjasa dalam menerapkan kesusastraan sebab
pada waktu itu sebagian besar rakyat belum dapat membaca dan menulis.
Kesusastraan lama yang asli dibagi ke dalam tiga bagian yakni: Cerita yang
hidup dalam masyarakat semisal “Lebai Malang”, Sejarah lama yang bersifat
Nasional semisal “ Hikayat Raja-raja Aceh”, dan Pelipur Lara semisal “ Hikayat
Malir”. Sementara itu dalam kesusastraan lama juga terdapat jenis sastra yang bukan
asli (sastra yang sudah mendapat pengaruh dari luar) semisal sudah mendapat
pengaruh dari cerita jawa seperti “Hikayat Panji Semirang”. Adapun periode
dimana sastra masih berkembang secara lisan ini para ahli biasa menyebutnya
dengan periode purba. Nah, barulah setelah agama hindu dan islam mulai masuk ke
Indonesia kesusastraan yang disampaikan oleh pawang tadi ditulis dalam bentuk
buku. Pada periode ini sastra Indonesia mulai mendapat pengaruh dari agama
Hindu semisal terdapatnya buku-buku yang memuat tentang cerita Ramayana ataupun
Mahabarata. Pada periode ini pula mulai tampak pengaruh Arab Persi dalam sastra
lama Indonesia. Hal ini terlihat dalam karya-karya ketatanegaraan semisal saja
buku Tajussa Latin (Mahkota Raja-raja).
Selain
yang telah disebutkan tadi ada pula beberapa jenis karya sastra lain yang
termasuk ke dalam jenis karya sastra lama, diantaranya adalah:
1.
Mantra
Yakni sejenis karya sastra lama
yang berisi tentang puji-pujian terhadap sesuatu yang ghaib atau dikeramatkan.
Mantra ini biasanya diucapkan oleh pawing ataupun dukun pada upacara keagamaan.
Contohya adalah: Mantra menuai padi dari Minangkabau
Hai si lansari -bagindo sari
si lansari -sari bagadun
engkau banamo -banyak namo
si lansari -ka aku tunai
Urang Kinari -pai baramah
Urang Sungkarak -pai mandulang
Hai si lansari -bagindo sari
marilah kita -pulang ke rumah
serta dengan raja -raja engkau
yang
berbaju -hadun tumadun
2.
Pantun
Adalah sejenis puisi
lama yang terdiri dari empat baris dalam satu baitnya. Setiap barisnya terdiri
atas 8–12 suku kata. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan
baris ketiga dan keempatnya adalah isi. Bunyi terakhir pada kalimat-kalimatnya
berpola a-b-a-b. Dari hal ini dapat diketahui bahwa pantun sangat mementingkan
rima. Berkiblat dari apa yang termuat di dalamnya, jenis dari pantun itu
sendiri bermacam-macam, seperti:
a.
Pantun Jenaka
Pohon padi
daunnya tipis
Pohon nangka
berbiji lonjong
Kalau Budi suka
menangis
Kalau
tertawa giginya ompong
b.
Pantun Percintaan
Berlayar masuk
muara kedah
Patah tiang
timpa kemudi
Sekuntum bunga
terlalu indah
Sekalian
sumbang asyik berani
c.
Pantun Persahabatan
Kalau ada kembang yang baru
bunga kenanga dikupas jangan
Kalau ada sahabat yang baru
sahabat lama dibuang
jangan
d.
Pantun Nasehat
Asam
kandis asam gelugur
Ketiga asam riang-riang
Menangis
mayat di pintu kubur
Teringat badan tak sembahyang
e.
Pantun Teka-teki
Taruhlah puan di
atas pati
Benang sutra
dilipat jangan
Kalu tuan bijak
bestari
Binatang
apa susu delapan
3.
Seloka
Seloka
biasa juga disebut dengan pantun berkait. Pantun berkait adalah pantun yang
terdiri atas beberapa bait. Antara bait yang satu dengan bait yang lainnya
sambung-menyambung. Baris kedua dan keempat dari bait pertama dipakai kembali
pada baris pertama dari ketiga pada bait kedua. Demikianlah pula hubungan
antara bait kedua dan ketiga, ketiga dan keempat, dan seterusnya. Misalnya:
Sarang garuda di pohon beringin
Buah kemuning di dalam puan
Sepucuk surat dilayangkan angin
Putih kuning sambutlah Tuan
Buah kemuning di dalam puan
Dibawa dari Indragiri
Putih kuning sambutlah Tuan
Sambutlah dengan si tangan kiri
Dibawa dari Indragiri
Kabu-kabu dalam perahu.
Sambutlah dengan si tangan kiri
Seorang
mahluk janganlah tahu.
4.
Talibun
Talibun adalah pantun
yang susunannya terdiri atas enam, delapan, atau sepuluh baris. Pembagian
baitnya sama dengan pantun biasa, yakni terdiri atas sampiran dan isi. Jika
talibun itu enam baris, tiga baris pertama merupakan sampiran dan tiga baris
berikutnya merupakan isi. Berpacu pada jumlah barisnya, talibun itu dibedakan
menjadi beberapa macam, diantaranya adalah talibun enam baris, talibun delapan
baris, dan talibun sepuluh baris. Berikut adalah contoh talibun 6 baris:
Selasih di rimba
Jambi
Rotan ditarik
orang pauh
Putus akarnya di
jerami
Kasih pun baru
dimulai
Tuan bawa
berjalan jauh
Itu menghina
hati kami
Mendaki bukit
tempurung
Menurun ke
tanjung lalang
Membawa rotan
dua lembar
Kami mendengar
berita burung
Bunga larangan
sudah menghilang
Kumbang
mana yang mengambilnya
5.
Karmina
Adalah
pantun kilat yang terdiri dari dua baris, dimana baris yang pertama merupakan
sampiran sedangkan baris kedua adalah isinya. Contohnya:
Gendang
gendut, tali kecapi
Kenyang
perut, senanglah hati
6.
Gurindam
Gurindam atau sajak peribahasa merupakan
puisi yang terdiri atas dua baris, dimana
baris pertama merupakan syarat, sedangkan baris kedua berisi akibat atas
apa yang disebutkan pada baris pertama. Rumus rima akhirnya biasanya adalah
/aa/. Di dalamnya memuat tentang ajaran, budi pekerti, atau nasihat keagamaan.
Gurindam yang terkenal ialah kumpulan gurindam karangan pujangga Melayu klasik
Raja Ali Haji dengan nama “Gurindam Dua Belas”. Gurindam tersebut terdiri atas
dua belas pasal dan berisi kurang lebih 64 buah gurindam. Contohnya:
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir
Di
situlah banyak orang tergelincir
7.
Syair
Syair
merupakan bentuk puisi klasik yang merupakan pengaruh kebudayaan Arab. Syair
biasanya terdiri atas empat baris. tiap baris terdiri atas 8 sampai 10 suku
kata. Semua apa yang terdapat di dalam syair merupakan isi. Syair berima akhir
a-a-a-a. Contohnya:
Pungguk
bangsawan hendak menitir
tidak
diberi kakanda satir
Adinda
jangan tuan bersyair
jikalau
tuan guruh dan petir.
8.
Peribahasa
Peribahasa adalah
kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan
maksud tertentu. Berdasarkan isinya, peribahasa dapat diklasifikasikan ke dalam
beberapa macam yakni peribahasa yang berupa nasihat, sindiran, dan pujian. Berikut
adalah contoh peribahasa pujian:
Pujian kepada
orang yang sama rupa dan tingkahnya adalah “bagai pinang dibelah dua”.
9.
Teka-teki
Teka-teki adalah cerita
pendek yang menuntut jawaban. Teka-teki hampir sama dengan soal cerita. Hanya
saja, dalam teka-teki, peranan nalar sering kali diabaikan. Hal yang
dipentingkan adalah kemampuan si penebak dalam memahami arti kiasan atau ibarat
yang dikemukakan dalam cerita. Ciri lainnya adalah dalam penyusunan teka-teki
haruslah memerhatikan keindahan bahasanya. Atas dasar inilah teka-teki bisa
digolongkan ke dalam jenis sastra. Contohnya:
Dari kecil berbaju hijau, sudah besar
baju merah. Luarnya
surga,
dalamnya neraka. Jawabannya: cabe.
10.
Legenda
Adalah sejenis sastra
lama yang mengisahkan tentang asal-usul munculnya dunia tumbuh-tumbuhan, dunia
binatang maupun terciptanya suatu tempat. Contohnya:
Gadung beracun karena
dipanah oleh pohon jagung dengan menggunakan anak panah yang beracun.
11.
Fabel
Adalah
sejenis cerita yang tokoh-tokohnya binatang dengan peran layaknya manusia.
Binatang-binatang itu dapat bicara, makan, minum, dan berkeluarga seperti
manusia. Pelaku populer fabel di masyarakat Melayu adalah kancil.
12.
Hikayat
Adalah
sejenis sastra lama yang memuat cerita mengenai tokoh-tokoh atau peristiwa yang
memiliki hubungan dengan peristiwa sejarah. Hikayat itu terdiri dari
bermacam-macam jenis seperti:
a.
Cerita Rakyat, seperti Hikayat Si Miskin
dan Hikayat.
b.
Epos dari India, seperti Hikayat Sri
Rama.
c.
Dongeng-dongeng dari Jawa, seperti
Hikayat Pandawa Lima dan Hikayat Panji Semirang.
d.
Cerita-cerita Islam, seperti Hikayat
Nabi Bercukur dan Hikayat Raja Khaibar.
e.
Sejarah dan biografi , misalnya Hikayat
Raja-Raja Pasai dan Hikayat Abdullah.
f.
Cerita Berbingkai, misalnya Hikayat
Bakhtiar dan Hikayat Maharaja Ali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar