MENYIMAK &
MENCERITAKAN KEMBALI NASKAH DRAMA DENGAN BAIK
MAKALAH
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahasa
Indonesia MI/SD 2
Yang
dibina oleh Mustofa, S. S.,
M. Pd.
Disusun
Oleh:
Kelompok
3
1.
Risma Nur Izzati (17205153002)
2.
Faridatul Lutviana (17205153011)
3.
Sela Hartiana (17205153025)
4.
Nurul Lailatul Nikmah (17205153026)
5.
Gevy Wulandari (17205153034)
6.
Lutfi Mangzilaturrohmah (17205153035)
7.
Nila Husna Alfi Rohmah (17205153040)
8.
Umi Kalimatul Janah (17205153041)
9.
Nina Wahyu Devi Liawati (17205153047)
10.
Rahayu Septi Nur Azizah (17205153050)
11.
Maidatul Jannah (17205153051)
JURUSAN PENDIDIKAN
GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
Mei 2017
KATA
PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt.yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
kepada kita semua. Sholawat serta
salam semoga tetap terlimpahkan
kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad saw.dan semoga kita akan selalu
mendapat syafaatnya baik didunia maupun di akhirat kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya
penulis dapat menyusun makalah
ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia MI/SD 2 yang berjudul MENYIMAK & MENCERITAKAN KEMBALI
NASKAH DRAMA DENGAN BAIK.
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak penulisan makalah ini
tidak mungkin terlaksana dengan baik. Oleh karena itu penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1.
Dr. Mafthukin,
M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di IAIN Tulungagung ini,
2.
Mustofa,
S.S., M.Pd. selaku Dosen pengampu mata kuliah Bahasa
Indonesia MI/SD 2 yang telah
membimbing dan mengarahkan kami dengan sabar agar mempunyai pemahaman yang
benar mengenai mata kuliah ini,
3.
Semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan penyusunan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
membuahkan ilmu yang maslahahfiidinniwadunyawalakhirah.
Tulungagung, 01 Mei 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Pembahasan.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Drama...................................................................................... 3
B. Menyimak Naskah Drama.................................................................... 10
C. Menceritakan Kembali Naskah Drama dengan Baik............................ 11
D. Contoh Bahan Simakan Naskah Drama dan Menceritakan Kembali
Naskah
Drama...................................................................................... 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 24
B. Saran..................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Betapa
penting peran menyimak dalam kehidupan sehari-hari, tentunya
tidak perlu diragukan lagi. Dalam kehidupan sehari-hari
manusia selalu dihadapkan pada berbagai kesibukan menyimak. Apalagi dalam era
globalisasi seperti saat ini, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, masyarakat dituntut untuk mampu menyimak berbagai informasi dengan
cepat dan tepat, baik melalui berbagai media, seperti radio, televisi, telepon,
dan internet, maupun melalui tatap muka secara langsung. Mengingat betapa penting peran
menyimak dalam kehidupan manusia, pembelajaran menyimak sebagai bagian dari
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sudah selayaknya mendapat perhatian
yang sama dengan pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain. Pembelajaran
menyimak perlu dilaksanakan secara sungguh-sungguh sebagaimana pembelajaran
keterampilan berbahasa yang lain. Agar
dapat melaksanakan pembelajaran menyimak dengan baik, guru dituntut memiliki
keterampilan menyimak yang memadai dan dapat mengelola pembelajaran menyimak
secara efektif. Setelah menyimak peserta didik dituntut
untuk menceritakan kembali naskah drama yang telah disimaknya. Kemudian dapat
ditampilkan didepan kelas.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
hakikat drama?
2.
Bagaimana menyimak naskah drama?
3.
Bagaimana cara menceritakan kembali naskah drama
dengan baik?
4.
Bagimana contoh bahan simakan naskah drama dan
menceritakan kembali naskah drama?
C. Tujuan Pembahasan
1.
Untuk menjelaskan hakikat drama.
2.
Untuk
menjelaskan menyimak naskah drama.
3.
Untuk
menjelaskan cara menceritakan kembali naskah drama dengan baik.
4.
Untuk
menjelaskan contoh bahan simakan naskah drama dan menceritakan kembali naskah
drama.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bab II ini, akan kita bahas mengenai hakikat drama, menyimak drama,
menceritakan kembali naskah drama dengan baik, serta disajikan pula sebuah
contoh naskah drama. Untuk lebih jelasnya berikut pembahasannya:
A. Hakikat
Drama
Sebelum membahas tentang menyimak
dan menceritakan kembali naskah drama, perlu kita ketahui bahwa drama sendiri
merupakan sebuah karya sastra
yang berisikan cerita konflik manusia yang dikemas dalam bentuk dialog
dengan gerak-gerik yang disusun dengan tujuan
untuk diproyeksikan di pentas sebagai pertunjukan.[1]
Seperti
halnya karya sastra yang lain, drama sendiri juga mengandung dua unsur, yakni
unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Komponen dari masing-masing unsur ini
perlu kita pelajari, agar pada nantinya ketika proses menyimak kita akan lebih
mudah untuk menangkap sekiranya hal apa saja yang dapat membantu kita dalam
menceritakan kembali naskah drama yang telah kita simak. Berikut kami sajikan
unsur-unsur dari drama:
1.
Unsur Intrinsik
Unsur
intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur
inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur
yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur
intrinsik sebuah drama adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta
membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat
sebuah drama berwujud. Jika dilihat dari sudut kita penyimak, unsur-unsur
intrinsik drama inilah yang akan dijumpai jika kita menyimak sebuah naskah
drama. Adapun unsur intrinsik
drama terdiri dari:
a.
Tema
Tema merupakan ide pokok yang menjadi
dasar atau pokok utama dalam drama. Dengan kata lain dapat kita cetuskan bahwa
tema adalah akar dari suatu drama. Dengan mengacu pada tema, unsur-unsur
intrinsik drama yang lain dikembangkan dan dikarang sedemikian rupa mengikuti
tema yang telah ditentukan.
b.
Judul
Judul dari suatu drama dapat dikatakan
sebagai kata kunci untuk melihat keseluruhan makna drama. Judul dan isi
karangan selalu berkaitan erat. Drama sebagai karya sastra dan merupakan cabang
sini tergolong sebagai karya fiksi. Judul pada karya fiksi bersifat manasuka,
dapat diambil dari nama salah satu tempat atau tokoh dalam cerita, dengan
syarat sebaiknya melambangkan isi cerita untuk menarik perhatian.
c.
Alur
Alur merupakan struktur rangkaian
kejadian-kejadian dalam sebuah cerita yang disusun secara kronologis atau
singkatnya adalah rangkaian cerita sejak awal hingga akhir. Dalam teks drama,
alur tidak diceritakan, tetapi akan divisualkan dalam panggung. Dengan
demikian, bagian terpenting dari sebuah alur drama adalah dialog dan lakuan. Penyajian
alur dalam drama diujudkan dalam urutan babak dan adegan. Babak adalah bagian
terbesar dalam sebuah lakon. Pergantian babak dalam pentas drama ditandai
dengan layar yang diturunkan atau ditutup, atau lampu panggung dimatikan
sejenak. Setelah lampu dinyalakan kembali atau layar dibuka kembali dimulailah
babak baru berikutnya. Pergantian babak biasanya menandai pergantian latar,
baik latar tempat, ruang, maupun waktu. Adegan adalah bagian dari babak. Sebuah
adegan hanya menggambarkan satu suasana. Pergantian adegan, tidak selalu
disertai dengan pergantian latar. Satu babak dapat terdiri atas beberapa adegan.[2]
d.
Tokoh
dan Perwatakan
Tokoh dalam drama mengacu pada watak
(sifat-sifat pribadi seorang pelaku) sementara aktor atau pelaku mengacu pada
peran yang bertindak atau berbicara dalam hubungannya dengan alur peristiwa. Cara
mengemukakan watak di dalam drama lebih banyak bersifat tidak langsung, tetapi
melalui dialog dan lakuan. Dalam drama, watak pelaku dapat diketahui dari
perbuatan dan tindakan yang mereka lakukan, dari reaksi mereka terhadap sesuatu
situasi tertentu terutama situasisituasi yang kritis, dari sikap mereka
menghadapi suatu situasi atau peristiwa atau watak tokoh lain. Di samping itu,
watak juga terlihat dari kata-kata yang diucapkan.
Tokoh cerita adalah
individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh
cerita dapat berupa manusia, binatang, makhluk lain seperti malaikat,
dewi-dewi, bidadari, setan atau iblis, jin, setan, sikuman, roh, dan
benda-benda yang diinsankan. Tokoh dalam karya sastra memiliki perwatakan.
Adanya watak yang berbeda-beda menyebabkan timbulnya peristiwa atau konflik
yang membuat cerita semakin menarik. Berdasarkan segi peran atau tingkat
pentingnya tokoh dalam suatu cerita dibedakan menjadi dua bagian. Yaitu central
character (tokoh utama) dan peripheral character (tokoh tambahan).
Ada dua macam tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama adalah
tokoh yang diutamakan penderitaannya dalam suatu karya sastra (drama). Ada tiga
kriteria untuk menentukan tokoh utama, yaitu :
1)
Mencari tokoh yang paling banyak
berhubungan dengan tokoh-tokoh lain.
2)
Mencari tokoh yang paling banyak
membutuhkan waktu penceritaan
3)
Melihat intensitas keterlibatan tokoh
dalam peristiwa yang membangun cerita (tema)
Berdasarkan fungsinya dalam drama,
tokoh cerita ada empat macam, yaitu tokoh protagonis, antagonis, tritagonis,
dan peran pembantu. Ada pula pendapat lain, bahwa ada tiga macam tokoh cerita,
yaitu tokoh utama, tokoh pendamping, dan tokoh tambahan. Berdasarkan wataknya,
tokoh cerita dibedakan menjadi dau jenis, yaitu flat character (tidak
mengalami perubahan) dan round character (mengalami perubahan).[3]
e.
Dialog
(Cakapan)
Dalam drama ada dua macam cakapan,
yaitu dialog dan monolog. Disebut dialog ketika ada dua orang atau lebih tokoh
bercakap-cakap. Disebut monolog ketika seorang tokoh bercakap-cakap dengan
dirinya sendiri. Selanjutnya, monolog dapat dibedakan lagi menjadi tiga macam,
yaitu monolog yang membicarakan hal-hal yang sudah lampau, soliloqui yang
membicarakan hal-hal yang akan datang, dan aside (sampingan) untuk menyebut
percakapan seorang diri yang ditujukan kepada penonton. Dialog dan monolog
merupakan bagian penting dalam drama, karena. Selain monolog dan dialog, ada
juga teknik dialog dalam bentuk prolog dan epilog. Prolog berarti pembukaan
atau peristiwa pendahuluan yang diucapakan pemeran utama dalam sandiwara.
Epilog berarti bagian penutup pada karya drama untuk menyampaikan atau
menafsirkan maksud karya drama tersebut.
f.
Lakuan
Lakuan merupakan kerangka sebuah
drama. Lakuan harus berhubungan dengan plot dan watak tokoh. Lakuan yang
seperti itu disebut sebagai lakuan yang dramatik. Dalam sebuah drama, laku
tidak selamanya badaniah atau dengan gerak-gerik tubuh, tetapi dapat juga bersifat
batiniah, atau laku batin, yaitu pergerakan yang terjadi dalam batin pelaku.
Dalam hal ini gerakan itu hanya dihasilkan oleh dialog. Dialog akan
mengggambarkan perubahan atau kekusutan emosi yang terungkap dalam sebagian
dari percakapan pelakunya. Di sini situasi batin dapat pula terlihat dari
gerak-gerik fisik seseorang, yang disebut sebagai dramatic action yang terbaik.
g.
Konflik
Konflik
adalah pertentangan. Tokoh cerita dapat mengalami konflik, baik konflik dengan
diri sendiri, dengan orang / pihak lain, maupun dengan lingkungan alam. Seperti
halnya biasa, tokoh cerita dalam drama juga mengalami konflik. Tanpa konflik
antar tokoh cerita, suatu karya drama terasa monoton.
h.
Latar
(setting)
Latar merupakan unsur struktural yang
sangat penting. Latar di dalam lakon atau crita drama harus mendukung para
tokoh cerita dan tindakannya. Pengarang tentu membuat latar membuat latar yang
tepat demi keberj\hasilan dan keindahan struktur drama. Penggunaan latar yang
berhasil juga menentukan keberhasilan suatu karya drama. Penyaji latar yang
tepat dapat menciptakan warna kedaerahan yang kuat sehingga dapat menghidupkan
carita. Latar adalah lingkungan tempat berlangsungnya peristiwa yang dapat
dilihat, termasuk di dalamnya aspek waktu, iklim, dan periode sejarah. Latar
mendukung dan menguatkan tindakan tokoh-tokoh cerita. Latar memberikan pijakan
cerita dan kesan realistis kepada pembaca untuk menciptakan suasana tertentu
yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.[4]
i.
Amanat
Amanat
adalah segala sesuatu yang ingin disampaikan pengarang, yang ingin dikatakannya
secara tidak langsung ke dalam benak para penonton dramanya. Amanat di dalam
drama ada yang langsung tersurat, tetapi pada umumnya sengaja disembunyikan
secara tersirat oleh penulis naskah drama yang bersangkutan. Hanya pentonton
yang profesional aja yang mampu menemukan amanat implisit tersebut.
j.
Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam drama
sengaja dipilih pengarang dengan titik berat, fungsinya adalah sebagai sarana
komunikasi. Setiap penulis drama mempunyai gaya sendiri dalam mengolah kosa
kata sebagai sarana untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Selain
berkaitan dengan pemilihan kosa kata, bahasa juga berkaitan dengan pemilihan
gaya bahasa (style). Bahasa yang
dipilih pengarang untuk naskah dramanya pada umumnya adalah bahasa yang mudah
dimengerti (bersifat komunikatif), yakni ragam bahasa yang dipakai dalam
kehidupan keseharian. Bahasa yang berkaitan dengan situasi lingkungan, sosial
budaya, dan pendidikan. Bahasa yang dipakai dipilih sedemikian rupa dengan
tujuan untuk menghidupkan cerita drama, dan menghidupkan dialog-dialog yang
terjadi di antara para tokoh ceritanya. Demi pertimbangan komunikatif ini
seorang pengarang drama tidak jarang sengaja mengabaikan aturan aturan yang ada
dalam tata bahasa baku.
2.
Usur
Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik karya sastra adalah
hal-hal yang berada di luar struktur karya sastra, namun amat mempengaruhi
karya sastra tersebut. Misalnya faktor-faktor sosial politik saat karya
tersebut diciptakan, faktor ekonomi, faktor latar belakang kehidupan pengarang,
dan sebagainya. Mengutip pernyataan Wellek dan Warren, Tjahyono menjelaskan
pengkajian terhadap unsur ekstrinsik karya sastra mencakup empat hal. Salah
satunya adalah mengkaji hubungan sastra dengan aspek-aspek politik, sosial,
ekonomi, budaya dan pendidikan. Bahwa situasi sosial politik ataupun realita
budaya tertentu akan sangat berpengaruh terhadap karya sastra tersebut. Sebagaimana
halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik pun terdiri atas beberapa unsur. Bagian
yang termasuk unsur ekstrinsik tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Keadaan subjektivitas individu pengarang
yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu
mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya.
b.
Keadaan psikologis, baik psikologis
pengarang, psikologis pembaca, maupun penerapan prinsip psikologis dalam karya.
c.
Keadaan lingkungan pengarang, seperti ekonomi,
sosial, dan politik.
d.
Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai
karya seni, agama, dan sebagainya.
e.
Latar belakang kehidupan pengarang
sebagai bagian dari unsur ekstrinsik sangat mempengaruhi karya sastra.
Misalnya, pengarang yang berlatar belakang budaya daerah tertentu, secara
disadari atau tidak, akan memasukkan unsur budaya tersebut ke dalam karya
sastra.[5]
B. Menyimak
Naskah Drama
Menyimak
dapat kita artikan sebagai suatu proses kegiatan mendengarkan
lambang lisan-lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna
komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa
lisan. Proses
menyimak memerlukan perhatian serius agar informasi yang disampaikan dapat
diterima dengan baik. Ia berbeda dengan mendengar atau mendengarkan. Perbedaan
menyimak dan mendengar menurut Tarigan adalah bahwa pada kegiatan mendengar
mungkin si pendengar tidak memahami apa yang didengar. Pada kegiatan
mendengarkan sudah ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman
karena itu belum menjadi tujuan. Menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa
memberikan gambaran tentang kegiatan menyimak, menyimak selalu mencakup
mendengar, mendengarkan, dan disertai usaha untuk memahami bahan simakan. Oleh
karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsur kesengajaan, perhatian dan
pemahaman, yang merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak.
Penilaiannya pun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak, bahkan melebihi
unsur perhatian. Dengan demikian, tujuan
utama menyimak adalah untuk menangkap dan memahami isi pesan dan ide serta
gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan.
Menyimak drama dapat dikatakan berjalan dengan baik
apabila setelah proses menyimak tersebut kita dapat memahami jalannya cerita beserta penokohannya khususnya
dalam perwatakannya. Mengevaluasi pemeran tokoh berarti memberikan apresiasi
dan penilaian mengenai pemeranan. Evaluasi ini dapat ditunjukkan pada bagian
akting yang meliputi ekspresi dengan gerak tubuh; suara yang meliputi volume,
artikulasi, intonasi, keluwesan, dan ketepatan karakter yang diperankan, serta penghayatan terhadap isi naskah. Dengan kita mengevaluasi pemeran tokoh dalam drama, maka
akan mempermudah si penyimak dalam menceritakan kembali naskah drama yang
ditunjukkan meliputi: Pelafalan, intonasi, mimik, kinesik, dan penghayatan.[6]
C. Menceritakan
Kembali Naskah Drama dengan Baik
Menceritakan kembali merupakan kegiatan menyusun kembali isi
naskah drama yang telah disimak entah itu dari proses pembacaan ataupun
pertunjukkan. Tujuan dari kegiatan menceritakan kembali adalah untuk memberikan
informasi dan pengetahuan kepada orang lain secara lisan. Ketika guru meminta
anak untuk menceritakan kembali isi naskah drama yang telah didengar, peran
guru di sini adalah untuk memotivasi agar anak dapat berpikir secara logis dan
dapat menceritakan kembali isi cerita dengan baik. Untuk dapat menceritakan kembali isi naskah
drama yang telah kita simak, kita harus memperhatikan dengan seksama drama yang
sedang kita simak tersebut. Setidaknya ada beberapa langkah yang dapat kita
lakukan dalam rangka menceritakan kembali naskah drama. Diantaranya:
1.
Menyimak
secara keseluruhan isi naskah drama
Tujuan dari kegiatan ini adalah agar kita dapat memahami
isi naskah drama yang berkaitan dengan makna yang terkandung di dalam cerita
tersebut. Nilai-nilai atau amanat itulah yang harus kita temukan pada saat
menyimak.
2.
Mencatat
tokoh dan penokohan dalam naskah drama. Sebab, tokoh merupakan motor penggerak
alur.
3.
Mencatat
latar atau setting cerita di dalam naskah drama.
4.
Mencatat
alur yang digunakan di naskah drama.
5.
Memahami
hal pendukung lain yang dapat membantu kita dalam menceritakan kembali seperti
gaya bahasa yang digunakan, dialog antar tokoh, pada bagian mana konflik harus
memuncak, serta hal yang lain seperti amanat atau nilai-nilai kehidupan yang
dapat dijadikan sebagai bahan pengembang dalam menceritakan kembali.
D. Contoh
Bahan Simakan Naskah Drama dan Menceritakan Kembali Naskah Drama
1.
Contoh bahan simakan naskah drama
TIMUN
PERAK
Babak 1
Alkisah, di suatu desa hiduplah sepasang suami istri bernama Pak
Broto dan Mbok Sarni. Mereka bekerja sebagai petani. Bertahun-tahun menikah,
keluarga kecil tersebut belum dikaruniai seorang momongan. Hingga suatu
ketika….
Mbok Sarni : “Akhirnya, pekerjaan kita di ladang hari
ini selesai juga ya pak (sambil mengusap keringat). Seandainya kita memiliki
seorang anak, pasti……”
Pak Broto : (meletakkan
jarinya ke mulut istrinya) “ssst…. Jangan ngomong kayak gitu mbok… nanti
gusti Allah murka.”
Mbok Sarni : (menepis
tangan suaminya), “tapi pak….”
Pak Broto : “Sudah,” (terdengar suara adzan dzuhur) “tuh
gusti sudah manggil, ayo kita bersih-bersih lalu pulang.”
Mbok Sarni : (dengan
muka cemberut), “iya-iya pak…”
Di perjalanan pulang
Pak Broto : “Kenapa to mbok…dari tadi bapak liat muka
si mbok kok kecut kayak asem, cemberut terus.”
Mbok Sarni : (di dalam
hati) “Alah, ngomong sama bapak, sujud sama gusti berkali-kali tak pernah
diberi, mending aku minta sama raksasa di hutan saja.”
Seketika, setelah mbok Sarni berkata langitpun berubah menjadi
gelap, petir menyambar-nyambar, perlahan kabut hitampun muncul, membawa sesosok
raksasa yang begitu rupawan. (diiringi musik). Mbok Sarni dan Pak Broto yang
tersungkur di tanah pun dengan terbata-bata berkata
Mbok Sarni : “Sssiapa engkau….”
Raksasa : “Kalian? Tak tahu siapa aku?, Kalau
begitu perkenalkan, aku adalah Raksasa penguasa hutan ini… hahaha…..”
Pak Broto : “Kkkenapa kamu kesini? Jangan makan
kami” (memohon)
Raksasa : “Siapa juga yang mau makan kalian”
Pak Broto : “terus mau ngapain?”
Raksasa : “Tanya tuh istrimu, dia tadi
memanggil-manggil namaku, makanya aku jadi sampai sini. Orang, eh maksudku
raksasa lagi tidur siang enak-enak main manggil saja.”
Mbok Sarni : “Iya tuan raksasa, maafkan saya yang telah
mengganggu istirahat siang anda.”
Raksasa : “Oke tidak apa-apa, karena saya sudah
terlanjur sampai sini aku beri kalian satu permintaan, monggo….”
Mbok Sarni : “Tuan raksasa, kami minta 1 putri yang
cantik, baik, manis, dan berbakti sama orang tua.”
Raksasa : “Ha…ha…ha…itu mah gampang, jangankan
1, sepuluh pun akan aku datangkan.”
Mbok Sarni dan Pak Brotopun langsung girang mendengar hal itu.
Raksasa : “Tunggu , kalian jangan senang dulu.
Ada syarat yang harus kalian penuhi.”
Pak Broto : “Apa tuan?”
Raksasa : “Syaratnya adalah, kelak jika putrimu
sudah besar dan cantik aku akan menjemputnya kembali.”
Mbok Sarni : “Baiklah tuan, saya setuju dengan
persyaratan tuan.”
Raksasa : “Ini aku berikan biji mentimun ,
rawatlah biji ini, maka kelak kamu akan menuai hasilnya”
Setelah memberikan benih itu sang raksasapun menghilang
Mbok Sarni : “Loh pak…bagaimana sih ini masak aku minta
anak malah di kasih benih mentimun.”
Pak Broto : “Ya sudahlah mbok… kita syukuri saja
masih untung kita tidak dimakan, lagian si mbok itu….,minta anak juga sama
raksasa, bukan sama yang maha kuasa.”
Mbok Sarni : “Alah pak, sebel si mbok”
Pak Broto : (tersenyum
kecut)
Sesampainya di rumah
Mbok Sarni : (melihat
benih mentimun di tangannya), “buat apa aku merawat timun ini, paling nanti
kalau berbuah hasilnya juga cuman 1 kg, dijual di pasar dapat dua ribu. Hihhh….”
Mbok Sarni pun kemudian langsung membuang benih itu di pelataran
rumahnya, mengabaikan wejangan si raksasa ia tak pernah sekalipun merawat benih
itu. Tapi tak disangka lewat tetesan air hujan benih itupun bisa tumbuh.
Setelah dua minggu, nampak satu buah mentimun besar berwarna perak muncul.
Mbok Sarni : “Wah, buah ini besar sekali!, hmmm…
sepertinya cocok sekali dimakan di cuaca panas seperti ini. Aku potong ahh…”
(memotong buah mentimun)
Ternyata, isi buah tersebut adalah seorang bayi yang buruk rupa
Timun Perak : “Oeek…….”
Mbok Sarni : “Hih, bayi apa ini?”
Pak Broto : “Ada apa to mbok?”
Mbok Sarni : “Ini lo pak, aku minta kemarin kan minta
bayi yang cantik ngasihnya malah kayak gini.”
Pak Broto : “Ya sudahlah mbok, inilah
yang kita dapatkan atas apa yang kita
tanam. Si mbok juga…,disuruh merawat tapi malah kamu sia-siakan.”
Mbok Sari : “Ya dia tidak ngomong sih kalau dalamya
itu anak.” (Beranjak pergi)
Pak Broto : “Loh mbok.., ini anaknya
bagaimana?(mengelus dada)
Astaghfirullah. Mulai sekarang, bapak akan memanggilmu Timun Perak karena kamu
berasal dari timun yang bewarna Perak. Meski rupamu tak seindah emas, tapi bapak
harap hatimu tetap berkilau melebihi emas.”
Babak 2
“Semakin hari, Timun Perak
tumbuh menjadi gadis jelita yang rajin membantu ibunya.”
Timun Perak : “Mbok, saya pergi mencari kayu bakar dulu
ya.”
Mbok Sarni : “ (Membentak)
Cari sana, tidak usah pulang, sana tinggal di gua saja, kembali tuh sama bapak
aslimu.”
Tak disangka kabut putihpun tiba-tiba muncul (diiringi lagu)
Raksasa : “Wahai petani kecil, saya datang
kesini untuk menjemput kalian”.
Mbok Sarnipun terkejut, karena apa yang diminta si Raksasa
bukanlah Timun Perak, melainkan dirinya
Mbok Sarni : “loh….kenapa kamu memintaku? Bukankah 10
tahun yang lalu yang kau inginkan adalah anak itu?”
Raksasa : “Hahaha…..itu dulu, tapi setelah aku
lihat dagingmu nampaknya lebih banyak”
Mbok Sarni : (Ketakutan),
“begini tuan raksasa beri aku waktu 50 hari. Sekarang ini anak dan suamiku
sedang tidak ada di rumah. Pasti mereka akan mencariku jika sekarang ini tiba-tiba
kau membawaku, lagi pula ini bulan puasa dagingku lebih sedikit dari biasanya,
jadi tunggulah sampai bulan puasa ini berakhir.”
Raksasa : “Hemb….betul juga ya?, okelah 50 hari
lagi aku akan menjeputmu”
Sang raksasa pun kemudian pergi
Babak 3
1 haripun telah berlalu, Mbok Sarnipun kebingungan, apa yang
seharusya ia lakukan. Melihat ibunya bermuram durja, timun perakpun menghampiri
ibunya.
Timun Perak : “Mbok, ini sudah larut malam, kenapa si mbok
belum tidur? Wajah si mbok juga terlihat murung, apakah si mbok memiliki
masalah?”
Mbok Sarni yang biasanya selalu galak kepada Timun Perak, kini
nampak lembut.
Mbok Sarni : “Ah…ini kesempatanku untuk meminta bantuan
kepada anak ini” (fikirnya dalam hati)
Timun Perak : “Ayolah mbok, siapa tahu …timun perak bisa
membantu” (sambil meraih tangan bundanya)
Mbok Sarni : “Begini anakku….kemarin raksasa itu
mendatangi si mbok dan dia menginginkan si mbok untuk menjadi santapannya”.
Timun Perak : (terkejut),
“Si mbok, izinkan aku untuk menggantikanmu menjadi santapan si raksasa”
Mbok Sarni : “Maaf, anakku. Kamu tidak dapat
menggantikan si mbok, karena dagingmu kurus kering, raksasa itu pasti tidak
akan mau.”
Timun Perak : “aku akan berusaha menggemukkan badanku
mbok, tinggal berapa hari waktu yang kita miliki?”
Mbok Sarni : “49 hari anakku…”
Timun Perak : “Baiklah mbok, dengan senang hati aku akan
melakukannya”.
Mbok Sarni : (memeluk
timun perak), “terima kasih anakku, tapi kamu jangan bilang sama bapakmu
ya” (tertawa sinis)
Timun Perak : “baik mbok”
Babak 5
Selama 49 hari itu, timun perak menghabiskan waktunya untuk makan.
Sehingga tubuhnya yang semula kurus kering kini nampak tambun. Melihat apa yang
diakukan Timun Perak dan Mbok Sarni, Pak Brotopun keheranan.
Pak Broto : “Hahhh….alhamdulillah sajalah beberapa
minggu ini mereka sudah mulai dekat”.
Babak 6
Tepat pada hari ke 50, disaat timun perak dan ibunya tidur siang
si raksasa itupun datang.
Raksasa : “Hahaha….Sarni…oh Sarni….aku datang
untuk menyantap dagingmu ayo keluarlah !!, kalau tidak, maka akan kurubuhkan
rumah ini”.
Mbok Sarnipun terihat ketakutan
Mbok Sarni : “Oh, Timun perak, bagaimana ini? Si mbok sangat
takut.”
Timun Perak : “Tenanglah mbok, sekarang aku akan keluar
menemui raksasa itu, selagi aku keluar si mbok pergilah lewat pintu belakang”.
Mbok Sarni : “Tapi anakku?, jujur setelah 49 hari kita
begitu dekat, si mbok baru menyadari betapa murninya baktimu pada si mbokmu
yang jahat ini. Maafkan si mbokmu ini anakku”
Timun Perak : “Iya mbok, sudahlah…lekaslah pergi dan
doakan anakmu ini agar bisa kembali”.
Mbok Sarni : “Anakku, tolong bawa ini (sambil
menyerahkan bungkusan kepada timun perak)”
Timun Perak : “Apa ini mbok?”
Mbok Sarni : “Bungkusan itu, aku temukan di dalam buah
mentimun emas yang tumbuh bersamamu, si mbok yakin, itu akan bisa membantumu
melawan raksasa itu”.
Mbok Sarnipun pergi, sedangkan timun perak pergi ke depan untuk
menemui raksasa.
Raksasa : “Wah….wah…wah, siapa
ini?”
Timun Perak : “Sudah…jangan banyak bertanya, apa yang kamu
inginkan?”
Raksasa : “Hahaha….pastinya aku ingin memakanmu”
Timun Perak : “Baiklah kalau itu maumu, tapi kalau kamu
bisa coba tangkap aku”
Timun Perak berlari dan Raksasapun mengejarnya. Timun perakpun
teringat akan bungkusannya, maka ditebarnya biji mentimun. Sungguh ajaib, hutan
menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasapun memakannya tapi buah
timun itu malah menambah tenaga raksasa. Lalu timun emas menaburkan jarum,
dalam sekejap tumbuhlan pohon-pohon bambu yang sangat tinggi dan tajam. Dengan
kaki yang berdarah-darah raksasa terus mengejar.Timun emaspun membuka bingkisan
garam dan ditaburkannya. Seketika hutanpun menjadi lautan luas. Dengan
kesakitannya raksasa dapat melewati. Yang terakhir Timun Emas akhirnya
menaburkan terasi, seketika terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, akhirnya
raksasapun mati.
Timun Perak : “Terimakasih Tuhan, Engkau telah melindungi
hambamu ini”
Timun Perakpun kembali ke rumah dengan selamat. Dan akhirnya
keluarga Mbok Sarni dan Pak Brotopun hidup bahagia selamanya.[8]
2.
Menceritakan kembali naskah drama Timun Perak
Dari naskah drama diatas, kita catat
terlebih dahulu:
a.
Judul : Timun Perak
b.
Tokoh dan Penokohan
1)
Tokoh
a)
Timun Perak (tokoh utama)
b)
Pak Broto
c)
Mbok Sarni
d)
Raksasa
2)
Karakter Tokoh
a)
Timun Perak, mempunyai karakter penurut,
peduli, dan rajin.
b)
Pak Broto, mempunyai karakter penyabar.
c)
Mbok Sarni, mempunyai karakter tidak
pandai bersyukur, namun seorang penyayang dan murah hati.
d)
Raksasa, mempunyai karakter kejam
3)
Penokohan
a)
Timun Perak digambarkan sebagai seorang
anak penurut, peduli terhadap ibunya yang sedang sedih, dia juga seorang anak
yang rajin membantu ibunya mencari kayu bakar di hutan.
b)
Pak Broto digambarkan sebagai seorang
suami dari mbok Sarni yang sangat penyabar walaupun belum dikaruniai seorang
anak, dia selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah kepadanya.
c)
Mbok Sarni digambarkan sebagai seorang
istri yang selalu mengeluh dan tidak pernah bersyukur atas apa yang telah
dikaruniakan kepadanya. Akan tetapi setelah melihat pengorbanan timun perak
untuknya hatinyapun berangsur lembut.
d)
Raksasa digambarkan sebagai tokoh yang
dalam memberi selalu mengharapkan imbalan. Dia juga kejam karena ingin memakan
Mbok Sarni dan Timun Perak.
c.
Latar
1)
Tempat : Desa, sawah, hutan, goa, rumah
timun mas
2)
Waktu
: 50 hari, 49 hari, 10 tahun, dzuhur.
3)
Suasana : Gelap
d.
Alur
Dari drama Timun Perak
ini kita bisa mencatat bahwa alur yang digunakan adalah alur maju. Dimulai dari
babak pertama yang mengisahkan kehidupan pak Broto dan mbok Sarni yang bekerja
sebagai petani dan belum dikaruniai momongan, kemudian bu Sarni yang sudah
terlalu lama tidak memiliki momongan dan berkata dalam hati “alah, ngomong sama
suami, sujud sama gusti berkali-kali tak pernah diberi momongan, mending aku
minta sama raksasa di hutan saja”. Dari perkataan tersebut alur terus bergerak
maju sampai menuju konflik dengan raksasa dan menuju klimaks saat timun perak berhasil
mengalahkan raksasa yang hendak memakannya, dengan menggunakan biji mentimun,
jarum, garam ,dan terasi yang diberikan oleh mbok Sarni.
e.
Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam
drama diatas adalah bahasa sehari-hari, oleh sebab itu cenderung komunikatif
dan tak jarang pula mengabaikan bahasa baku. Tujuannya adalah agar percakapan
atau dialog antar tokoh tidak terlihat terlalu kaku. Jika diperhatikan secara
mendetail, drama diatas ternyata juga menggunakan beberapa majas diantaranya
majas hiperbola, majas paradoks, majas sinisme, dan majas klimaks.
f.
Konflik
Konflik dalam drama ini dimulai
dari keputusasaan mbok Sarni yang
tak sengaja berujung dengan dikeluarkannya sebuah permintaan
akan seorang anak yang cantik kepada si raksasa. Dari sinilah kehidupannya
mulai mencekam karena terpaksa harus berususan dengan si raksasa yang pada
akhirnya malah ingin meminta dirinya sebagai buah santapan si raksasa. Dan
betapa beruntungnya dia, putri buruk rupa yang selama ini ia sia-siakan
bersedia untuk menggantikannya. Hingga pada akhirnya kebaikan sang putri
membuat hatinya luluh dan keberanian si timun perak membuat raksasa lenyap dari
dunia ini.
g.
Amanat
Dari drama Timun Perak diatas dapat
kita ambil beberapa pelajaran yakni, jika kita menginginkan sesuatu yang utama
adalah berusaha diiringi dengan do’a kepada tuhan Yang Maha Kuasa. Jika apa
yang kita inginkan belum terwujud itu tandanya usaha yang kita lakukan belumlah
maksimal. Dalam berusaha jangan mudah putus asa hingga menempuh jalan yang tak
semestinya. Pelajaran yang kedua yang dapat kita ambil dari drama diatas yakni
berbaktilah kepada orang tua meski dalam lain sisi mungkin seperti Timun Perak
yang ibunya tidak pernah menyayanginya tetapi dengan penuh keikhlasan ia tetap
saja berbakti. Karena walau bagaimanapun Mbok Sarni tetaplah seorang ibu
untuknya. Dan tiada kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik seperti
mbok Sarni.
h.
Nilai-nilai Kehidupan
1)
Nilai sosial-budaya terletak pada
raksasa yang ingin menolong pak Broto dan bu Sarni, dengan mengabulkan
permintaan pak Broto dan bu Sarni yang menginginkan seorang putri cantik , baik, manis.
2)
Nilai moral terletak pada
sikap timun perak yang dengan senang hati mau menggantikan ibunya menjadi
santapan si raksasa. Meski sebelumnya si ibu tak pernah menyayanginya.
3)
Nilai agama dalam drama di
atas terletak pada perkataan pak Broto yang selalu mengingatkan bu Sarni pada
Gusti Allah, dalam keadaan dimanapun dan kapanpun.
4)
Nilai ekonomi ini, pada
drama di atas terletak pada kehidupan sederhana pak Broto dan bu Sarni, yang
bekerja di ladang sebagai petani biasa.
Jika sudah selesai mencatat hal-hal
yang kita perlukan, selanjutnya kita bisa merangkai dan mengembangkannya
menjadi sebuah cerita seperti di bawah ini:
TIMUN
PERAK
Pada zaman dahulu kala, hiduplah sebuah keluarga kecil yakni keluarga Mbok Sarni dan Pak Broto. Mbok Sarni sangat menginginkan seorang anak. Suatu hari saat pulang bekerja, ia didatangi oleh raksasa yang ingin memberi seorang anak dengan syarat apabila anak itu berusia 10 tahun harus diserahkan ke raksasa itu untuk disantap.
Mbok Sarnipun setuju. Raksasa lalu memberinya biji mentimun agar ditanam
dan dirawat. Akan tetapi bukannya merawatnya, mbok sarni malah membuangnya biji
itu. Sehingga biji mentimun yang seharusnya berbuah emas dan melahirkan bayi
yang cantik, malah menghasikan mentimun perak yang melahirkan bayi yang jelek.
Hal ini semakin membuat Mbok Sarni murka sehingga ia selalu kasar kepada timun
perak. Kendati demikian timun perak senantiasa berbakti kepada bundanya.
10 tahun berlalu, si raksasa itupun datang kembali. Alih-alih ingin
membawa timun perak, meihat badan mbok Sarni yang lebih gemuk raksasa itupun
kini malah ingin membawanya. Dengan dalih untuk berpamitan kepada keuarganya
dan menggemukkan badan, Mbok Sarni meminta tambahan waktu 50 hari.
Melihat sang bunda bermuram durja, timun perakpun bertanya dan Mbok
Sarnipun menceritakan semuanya. Setelah mendengarnya timun perak akhirnya
memutuskan untuk menggantikan bundanya menjadi santapan si Raksasa. Selama 49
hari ia berusaha keras untuk menggemukkan badannya.
50 haripun beralu dengan begitu cepat, kedekatan mereka selama itu
membuat Mbok Sarni tersadar betapa murninya bakti timun perak. Sebelum timun
perak pergi menemui si Raksasa Mbok Sarni memberikan sebuah bungkusan kepada
Timun perak, ia yakin bahwa bungkusan itu dapat membantu timun perak menghadapi
si raksasa.
Timun perak menyuruh mbok sarni untuk lari mealui pintu belakang. Sedang
ia pergi menemui raksasa di depan. Timun perakpun menantang raksasa untuk
menangkapnya. Ketika berlari ia teringat akan bungkusannya, maka ditebarnya biji
mentimun. Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya.
Raksasapun memakannya tapi buah timun itu malah menambah tenaga raksasa. Lalu
timun perak menaburkan jarum, dalam sekejap tumbuhlah pohon-pohon bambu yang
sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah raksasa terus
mengejar. Timun perakpun membuka bingkisan garam dan ditaburkannya. Seketika
hutanpun menjadi lautan luas. Dengan kesakitannya raksasa dapat melewati. Yang
terakhit Timun perak akhirnya menaburkan terasi, seketika terbentuklah lautan
lumpur yang mendidih, akhirnya raksasapun mati.
Akhirnya Timun Perakpun dapat kembali ke rumah dengan selamat dan keluarga mereka hidup bahagia selamanya.
Akhirnya Timun Perakpun dapat kembali ke rumah dengan selamat dan keluarga mereka hidup bahagia selamanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Drama merupakan sebuah karya sastra menceritakan konflik
manusia yang dikemas dalam bentuk dialog dengan gerak-gerik yang disusun dengan tujuan
untuk diproyeksikan di pentas sebagai pertunjukan. Unsur di dalam drama ada dua
yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
2.
Menyimak merupakan suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang lisan-lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi,
serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami
makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau
bahasa lisan.
3.
Menceritakan
kembali merupakan kegiatan menyusun kembali isi
naskah drama yang telah disimak entah itu dari proses pembacaan ataupun
pertunjukkan.
4.
Dalam
menceritakan kembali setidaknya kita mencatat hal-hal penting seperti judul,
alur, latar, penokohan, dan lain sebagainya agar dapat mempermudah kita
selanjutnya.
B. Saran
1.
Untuk
calon pendidik setidaknya mulai saat ini kita lebih memperdalam lagi pemahaman
kita mengenai bahasan ini. Agar kelak pada saat kita diharuskan untuk terjun
kita dapat membimbing peserta didik kita dengan lancar. Sebab menceritakan
kembali merupakan salah satu aspek kemampuan berkomunikasi yang paling utama.
2.
Untuk
penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa tiada gading yang tak retak, atau
dengan kata lain makalah ini tak luput dari berbagai kesalahan. Oleh sebab itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai belah pihak yang bersifat
membangun demi lebih baiknya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Dwija, Dadan Djuanda Iswara. 2006. Apresiasi Sastra Indonesia . Bandung: UPI Press.
Indarti, Titik. 2006. Memahami Drama Sebagai Teks Sastra dan Pertunjukan. Surabaya: Unesa University Press.
Sumardjo, Joko dan Saini.
1997. Apresiasi Kesusastraan .
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wirajaya, Asep Yudha.2008. Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Jakarta: pusat perbukuan
departemen pendidikan nasional.
Saputra, Fibrian. https://fibrians26.wordpress.com/2015/03/29/naskah-drama-timun-mas/,
(Diakses pada 20 Mei 2017 pukul 11:20 WIB).
[1] Titik Indarti, Memahami Drama
Sebagai Teks Sastra dan Pertunjukan, (Surabaya: Unesa University Press,
2006), hal. 83.
[3] Asep Yudha Wirajaya, Berbahasa dan
Bersastra Indonesia, (Jakarta: pusat perbukuan departemen pendidikan
nasional, 2008), hal. 96.
[4] Joko Sumardjo dan Saini,
Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1997), hal. 73.
[8]
Fibrian Saputra, https://fibrians26.wordpress.com/2015/03/29/naskah-drama-timun-mas/,
(Diakses pada 20 Mei 2017 pukul 11:20 WIB).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar