Selasa, 15 Mei 2018

ULUMUL QUR'AN: UTS Revisi Makalah Kedudukan AlQur'an dalam Syari'at (Semester 1)


KELOMPOK 13
BAB XIII
KEDUDUKAN AL-QUR’AN DALAM SYARIAT

Agama Islam datang dengan Al-Qur’an-Nya yang dapat membuka lebar-lebar mata manusia agar mereka menyadari jati diri dan hakikat keberadaan manusia diatas bumi ini. Juga agar manusia tidak terlena dengan kehidupan ini, sehingga manusia tidak berfikiran bahwa hidup mereka hanya dimulai dari kelahiran dan diakhiri dengan kematian saja. Al-Qur’an mengajak manusia berfikir tentang kekuasaan Allah dan dengan berbagai dalil, Al-Qur’an juga mengajarkan manusia untuk membuktikan keharusan adanya hari kebangkitan, dan bahwa kebahagiaan manusia pada hari itu akan ditentukan oleh sikap persesuaian hidup mereka dengan apa yang dikehendaki oleh sang pencipta, yaitu Allah SWT yang Maha Kuasa.
Pada umumnya, Umat islam diwajibkan untuk selalu menjadikan Kitab Suci Al-Qur’an sebagai Landasan dalam Hidup. Untuk itu, pengetahuan dari Al-Qur’an itu sendiri harus benar-benar dimengerti. Selain merupakan sumber pengetahuan pertama bagi ajaran islam, Al-Qur’an juga berkedudukan sebagai pedoman sumber rujukan bagi umat islam yang universal, baik yang menyangkut kehidupan Dunia maupun Akhirat.
A. Kedudukan Al-Qur’an
Secara Etimologi Al-Qur’an berasal dari kata qur’u yang berarti kumpul, yang maknanya juga bersinonim dengan kata qira’ah yang berarti bacaan. Menurut istilah Al-Qur’an dapat diartikan sebagaia kalam atau firman Allah swt. yang mengandung mukjizat yang diturunkan atau diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. (dengan lafal dan maknanya), yang termasuk dalam mushaf-mushaf (lembaran-lembaran yang dijilid) yang disalin dengan jalan mutawatir, yang jika membacanya dapat bernilai ibadah.[1]
Al-Qur’an adalah kalamullah yang qadiin atau abadi. Jalannya yang lurus, hujjah-Nya yang jelas, cahaya-Nya yang terang, pedang-Nya yang memutuskan leher-leher kekafiran, jalan-Nya yang sejuk yang menghilangkan dahaga kebodohan, serta  ilmu-Nya yang membawa kita kepada petunjuk dan juga dapat menyelamatkan kita dari kesesatan .
Kaidah-kaidah yang ditetapkan didalam Al-Qur’an adalah kaidah-kaidah yang sempurna. Sebab ia mencakup seluruh alam dari segala sisinya, baik didalam penentuan hukum-hukum atau batasan-batasan, maupun didalam penetapan ganjaran-ganjaran. Baik yang berkaitan dengan penegakan Syari’at Islam maupun yang berkaitan dengan pelanggaran norma-norma Agama. Al-Qur’an mengandung hukum-hukum yang jelas dan nasihat-nasihat yang baik melalui perumpamaan dan perkataan yang singkat namun padat.
Al-Qur’an ditujukan untuk seluruh  manusia khususnya umat islam dengan maksud dan tujuan yang jelas, tidak menutup mata, menghijab akal, menghalangi hati, dan mengekang jiwa. Sungguh betapa agungnya apa yang dijanjikan Al-Qur’an kepada akal manusia. Al-Qur’an telah menghapuskan debu-debu kebodohan orang-orang terdahulu. Al-Qur’an mengikat antara akal dan hati dengan ikatan yang sangat kuat. Karena itulah keimanan membangkitkan akal, dan akal membangkitkan keimanan.
Al-Qur’an adalah kitab tauhid yang Maha Agung. Syariatnya merupakan satu kesatuan antara kehidupan dunia dan akhirat, antara perdamaian dan peperangan, dan antara dasar dan tujuan. Seluruh kaum muslimin adalah suatu umat yang satu, yang menjunjung tinggi kalimat yang satu. Jadi, Kedudukan Al-Qur’an dalam syariat adalah sebagai dasar hukum yang pertama, yang asasi bagi Syari’at Islam. Dari Al-Qur’an inilah dasar-dasar hukum islam beserta cabang-cabangnya digali. Seperti yang ditegaskan oleh Rasullalah saw :
“aku tinggalkan kepada kalian dua hal ,kalian tidak akan tersesat, selama kalian berpegang teguh kepada keduanya ,yaitu kitabullah (al-qur’an) dan sunnah ku”.[2]
Secara garis besar Kedudukan Al-Qur’an dalam Syariat Islam adalah :
1.      Sebagai Sumber berbagai Disiplin Keislaman
Disiplin Ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an diantaranya :
§  Ilmu Tauhid (Teologi)
§  Ilmu Hukum
§  Ilmu Tasawuf
§  Ilmu Filsafat Islam
§  Ilmu Sejarah Islam
§  Ilmu Pendidikan Islam
2.      Sebagai Wahyu Allah swt.
Maksudnya seluruh ayat al-qur’an itu adalah wahyu Allah swt. Tidak ada satu katapun yang datang dari perkataan atau fikiran Nabi.
3.      Kitabul Naba wal Akhbar (berita dan kabar)
Artinya Al-Qur’an merupakan khobar yang dibawa Nabi yang datang dari Allah dan disebarkan kepada manusia.
4.      Minjahul Hayah (pedoman hidup)
Sudah seharusnya setiap muslim menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan terhadap setiap problem yang dihadapi.


5.        Al-Qur’an sebagai sesuatu yang bersifat abadi
Artinya Al-Qur’an itu tidak akan terganti oleh kitab apapun sampai hari kiamat. Baik itu sebagai sumber hukum, sumber ilmu pengetahuan dan lain-lain.
6.      Al-Qur’an di nukil secara muttawatir
Artinya Al-Qur’an disampaikan kepada orang lain secara terus-menerus oleh sekelompok orang yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta.
7.        Al-Qur’an sebagai sumber hukum
Seluruh mazhab sepakat bahwa Al-Qur’an dijadikan sebagai sumber utama dalam menetapkan hukum.
8.        Al-Qur’an disampaikan kepada nabi Muhammad secara lisan
Maksudnya, baik lafadz ataupun maknanya bersumber dari Allah swt.
9.        Al-Qur’an termaktub dalam mushaf
Artinya  setiap wahyu Allah swt. itu lafadz dan maknanya berasal dari-Nya dan sudah termaktub dalam mushaf (telah dibukukan).[3]
Dari penjabaran diatas dapat kita ketahui bahwa kedudukan Al-Qur’an dalam syariat adalah sebagai sumber dari segala hukum yang terdapat didalam agama islam. Selain itu kedudukan Al-Qur’an adalah juga sebagai pedoman hidup umat islam.




A.  Fungsi Al-Qur’an
Disamping berkedudukan sebagai sumber hukum yang pertama didalam ajaran Islam, Al-Qur’an juga memiliki beberapa fungsi, antara lain:
1.        Sebagai petunjuk (al-huda)
Al-Qur’an akan memberikan petunjuk pada manusia untuk selalu menghindari perbuatan maksiat. Tidak ada satupun ayat Al-Qur’an yang menganjurkan manusia beerbuat maksiat ataupun berbuat jahat, baik kepada-Nya  ataupun kepada sesama makhluk dan alam lingkungannya. Oleh sebab itu, setiap orang yang beriman kepada Al-Qur’an akan  senantiasa menjaga sikap perilaku dan perbuatannya dari hal-hal yang berbau maksiat.


http://buletinmi.com/wp-content/uploads/2013/11/al-baqarah-2.png
 


“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”{Q.S. Al-Baqarah: 2}[4]
2.        Sebagai kitab yang berisi pedoman hidup manusia
Didalam Al-Qur’an, Allah selalu menjelaskan bahwa manusia mempunyai kewajiban untuk menghormati dan berbakti kepada ayah dan ibu,  karena mereka sangat besar jasanya bagi kelangsungan hidup seseorang.


3.        Sebagai kitab peringatan dan pelajaran bagi manusia
Seseorang yang memfungsikan Al-Qur’an sebagai kitab peringatan, maka ia akan berhati-hati dalam menjalani kehidupan, menjaga agar dirinya tidak terjerumus pada kemaksiatan kepada Allah, karena ia mengerti betul betapa kerasnya peringatan Allah kepada hambanya yang bermaksiat, tidak taat kepadanya.[5]
4.        Sebagai pemisah (al-furqon)
Dalam hal ini Al-Qur’an dikatakan bahwa ia adalah sebagai ugeran (pagar) untuk membedakan dan memisahkan antara yang hak dan yang bathil, antara yang benar dan yang salah.
5.        Sebagai obat (as-syifa)
Dalam hal ini Al-qur’an berfungsi sebagai obat bagi penyakit-penyakit yang ada di dalam dada (yang dimaksud adalah penyakit hati).
6.        Sebagai nasihat (al-mau’izah)
Dalam hal ini Al-Qur’an berfungsi sebagai nasihat bagi orang-orang yang bertaqwa .[6]
B.   Mencintai Al-Qur’an
Mencintai berarti merasa senang terhadap apa yang dicintai, rasa senang itu akan terwujud dalam perbuatan yang nyata. Mencintai Al-Qur’an berarti selalu mengingat dan memikirkan dalam hati, kemudian mewujudkan didalam tindakan yang nyata. Orang yang mencintai Al-Qur’an akan rela berkorban untuk sesuatu yang dicintainya. Mencintai Al-Qur’an merupakan suatu keharusan untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Tanpa menanamkan kecintaan kepada Al-Qur’an, kita akan mengalami kesulitan dalam mewujudkan suatu ibadah yang berkualitas kepada Allah swt. Kecintaan akan Al-Qur’an itu dapat diwujudkan dengan membaca dan mengamalkan ajarannya.
Mencintai Al-Quran wajib hukumnya dan mengingkarinya sama artinya dengan mengingkari Allah swt.
Mencintai Al-Qur’an dapat diwujudkan ke dalam beberapa cara antara lain :
a.         Mempercayai Al-Quran sebagai kitab yang penuh keistimewaan yang tidak dapat dibandingkan dengan karya para penyairpada masa itu yang menuduh bahwa Al-Qur’an buatan Nabi Muhammad SAW.
b.        Mempelajari dan mengajarkannya kepada orang lain.
c.         Istiqomah dalam membaca dan berusaha dalam menghafal.
d.        Berusaha memiliki kitab Al-Qur’an, meskipun menyisihkan uang saku.
e.         Memiliki kemauan untuk dapat membaca Al-Qur’an secara benar meskipun harus mengeluarkan biaya.
f.         Memiliki kemauan yang sungguh-sungguh untuk dapat memahami isi Al-Qur’an secara benar dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
g.        Rajin mendatangi majelis-majelis ilmu yang mempelajari Al-Qur’an.
h.        Tidak suka atas pihak lain yang merendahkan atau menghina Al-Qur’an.
i.          Berusaha menjaga kesucian Al-Qur’an tanpa memandang remeh.
j.          Memiliki kepedulian apabila melihat lembaran yang bertuliskan Al-Qur’an berceceran dengan mengumpulkannya.
Manfaat berperilaku mencintai Al-Qur’an dalam kehidupan antara lain:
a.         Memperoleh nasihat, obat hati, petunjuk dan rahmat dari Allah swt.
b.        Terhindar dari kesesatan dan kecelakaan dunia dan akhirat.
c.         Memperoleh kecintaan dan ampunan dari Allah swt.
d.        Memiliki pedoman dalam kehidupan pribadinya.
e.         Memilik pedoman hidup dalam kehidupan dalam bermasyarakat.
f.         Memilik pedoman hidup berbangsa dan bernegara.[7]
Realitasnya di zaman ini sungguh sangat ironis ketika kita sebagai umat islam sudah banyak melupakan kedudukan Al-Qur’an. Al-Qur’an yang sebenarnya berkedudukan sebagai Sumber hukum dan pedoman hidup umat islam yang pertama kini hanya difungsikan sebagai sebuah kitab suci saja. Kita cenderung berkiblat hanya kepada adat, tradisi, ataupun kebiasaan. Oleh karena itu marilah bersama-sama kita kembalikan kedudukan Al-Qur’an yang sebenarnya yakni tidak hanya menjadikannya sebagai kitab suci yang agung, tetapi juga mengamalkan dan melakukan semua yang diperintahkan didalamnya serta berperilaku sesuai apa yang telah difirmankan Allah swt. terhadapnya.












DAFTAR PUSTAKA
Kholilurrohman, Muhammad dan Suci Nur Hidayati. 2011. Modul Al-Qur’an Hadis Kelas 7. Tulungagung: Hilmi Putra.
Kusnanto, Najib. 2013. Qur’an Hadis kelas X Semester 1. Surabaya: Akik Pusaka.
Al-Jarjawi, Syekh Ali Ahmad. 2006. Hikmah At-Tasyri’ wa falsafatuhu. Depok: Darul El fikri,Bairut.
Guru, Tim. 2013. Qur’an Hadis kelas X semester 2. Surabaya: Akik Pusaka.
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surah Al-Baqarah ayat 2.
RemajaDakwah.MencintaiAl-Qur’an. https://www.facebook.com/RemajaDakwahManModelRohisMan/posts/471392279593087. (diakses Tanggal 10 September 2015)



[1] Kholilurrohman, dkk., Modul Al-Qur’an Hadis Kelas 7(Tulungagung: Hilmi Putra,2011), hlm. 5.
[2] Syekh Ali Ahmad Al-Jarjawi, Hikmah At-Tasyri’ wa falsafatuhu( Depok: Darul El fikri Bairut, 2006), hlm. 43.

[3] Ibid, hlm. 44.
[4] Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surah Al-Baqarah ayat 2, hlm. 8.
[5] RemajaDakwah.MencintaiAl-Qur’an. https://www.facebook.com/RemajaDakwahManModelRohisMan/posts/471392279593087. (diakses Tanggal 10 September 2015)
[6] Najib Kusnanto, Qur’an Hadis Kelas X Semester 1(Surabaya: Akik Pusaka, 2013), hlm. 3.
[7] Kholilurrohman, dkk., Modul Al-Qur’an Hadis Kelas 7(Tulungagung: Hilmi Putra,2011), hlm.6.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar