PENDEKATAN
DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
MAKALAH
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengembangan
Kurikulum
Dosen
Pengampu:
Hamidah
Abdul Shomad Elfin Nikmati, M.Pd.I.

Disusun
Oleh:
Kelompok
6
1.
Risma Nur Izzati (17205153002)
2.
Tria Anggari
Saputri (17205153009)
3.
Laily
Nursa’adah (17205153010)
4.
Nurul Lailatul
Nikmah (17205153026)
JURUSAN PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
OKTOBER 2016
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
OKTOBER 2016
KATA
PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
kepada kita semua. Sholawat serta
salam semoga tetap terlimpahkan
kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad saw. dan
semoga kita akan selalu mendapat syafaatnya baik didunia maupun di akhirat
kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya
penulis dapat menyusun makalah
ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum yang berjudul PENDEKATAN
DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM.
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak penulisan makalah ini
tidak mungkin terlaksana dengan baik.Oleh karena itu penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1.
Dr. Mafthukin,
M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di IAIN Tulungagung ini,
2.
Hamidah Abdul Shomad
Elfin Nikmati, M.Pd.I. selaku Dosen pengampu
mata kuliah Pengembangan Kurikulum yang telah
membimbing dan mengarahkan kami dengan sabar agar mempunyai pemahaman yang
benar mengenai mata kuliah ini,
3.
Semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan penyusunan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
membuahkan ilmu yang maslahahfiidinniwadunyawalakhirah.
Tulungagung, 01 Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Pembahasan.............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Berbagai Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum...................... 2
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 15
B. Saran..................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang seseorang
terhadap suatu proses tertentu. Pendekatan
juga dapat diartikan sebagai cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode
yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar
memperoleh kurikulum yang lebih baik. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Sehingga
bila dikaitkan dengan kurikulum, pendekatan
dalam pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.
Pendekatan dalam
pengembangan kurikulum merefleksikan pandangan seseorang terhadap sekolah dan
masyarakat. Para pendidik pada umumnya tidak hanya berpegang pada salah satu
pendekatan secara murni, melainkan menganut beberapa pendekatan yang mereka
anggap sesuai dengan aliran pendidikan yang dianut. Pada umumnya terdapat empat
aliran di dalam pendidikan yakni aliran pendidikan klasik, pendidikan pribadi,
pendidikan teknologi, dan pendidikan interaksionis. Dimana dari keempat aliran
tersebut mempunyai pendekatan yang berbeda dalam praktek pendidikannya maupun
pengembangan kurikulumnya. Oleh sebab itu, di makalah ini kami akan membahas
mengenai berbagai macam pendekatan yang biasanya digunakan dalam pengembangan
kurikulum.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
berbagai pendekatan dalam pengembangan kurikulum?
C. Tujuan Pembahasan
1.
Untuk
menjelaskan berbagai pendekatan dalam pengembangan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Berbagai Pendekatan dalam Pengembangan
Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum diperlukan
pendekatan-pendekatan, hal ini bertujuan agar kurikulum yang digunakan dapat
sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Yang dimaksud dengan
pendekatan adalah cara kerja yang dilakukan dengan menerapkan strategi dan
metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis
guna memperoleh kurikulum yang baik. Berikut berbagai pendekatan yang biasanya
digunakan dalam pengembangan kurikulum:
1.
Pendekatan Subjek Akademis
Pendekatan ini biasanya diterapkan pada institusi
pendidikan yang menganut aliran pendidikan klasik. Pendekatan ini bisa
dikatakan merupakan pendekatan tertua diantara pendekatan lainnya, karena sejak
sekolah yang pertama berdiri kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Banyak lembaga pendidikan yang tidak
bisa lepas dari pendekatan ini sampai sekarang. Sebab, bisa dikatakan bahwa
pendekatan subjek akademis ini adalah pendekatan yang tergolong sangat praktis,
dikarenakan mudah disusun dan mudah digabungkan dengan pendekatan lainnya.[1]
Penyusunan kurikulum pada pendekatan ini didasarkan
pada disiplin ilmu tertentu. Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi
yang berbeda dengan sistematisasi ilmu lainnya. Pengembangan kurikulum dengan
pendekatan ini dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran apa
yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk pengembangan
disiplin ilmu. Pendekatan ini memandang bahwa belajar adalah menguasai ilmu
pengetahuan dan produk budaya sebanyak-banyaknya. Orang yang dipandang berhasil
adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar materi pembelajaran
yang telah disiapkan.[2]
Dalam pendekatan ini, materi pelajaran diambil dari
semua jenis disiplin ilmu pengetahuan. Disini para pengembang kurikulum tidak
perlu menyusun dan mengembangkan bahan pelajaran sendiri, tetapi hanya tinggal
memilih bahan suatu disiplin ilmu yang telah dikembangkan oleh para ahlinya
masing-masing. Kemudian tinggal mengorganisasi bahan tersebut secara sistematis
sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dan sesuai dengan tingkat perkembangan
siswa.[3]
Dalam pendekatan ini pula, guru sebagai penyampai
bahan pelajaran memegang peranan yang sangat penting. Disini guru tidak hanya
sebatas menguasai materi yang ada di dalam kurikulum tetapi lebih dari itu guru
adalah model bagi para siswanya. Adapun ciri dari pendekatan ini diantaranya
adalah:
a.
Bertujuan untuk
memberikan pengetahuan yang solid serta melatih para siswa untuk menggunakan
ide-ide dan proses penelitian. Disini para siswa harus belajar menggunakan
pemikiran dan dapat mengontrol dorongan-dorongannya sehingga diharapkan siswa
mempunyai konsep dan cara yang dapat dikembangkan di masyarakat luas.
b.
Banyak
menggunakan metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan guru baru
kemudian dilaksanakan siswa sampai mereka bisa menguasainya
c.
Terdapat
beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran), diantaranya correlated curriculum, unified atau
concentrated, integrated curriculum, problem solving curriculum.
d.
Bentuk
evaluasinya bervariasi, disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran.
2.
Pendekatan Humanistik
Pendekatan ini biasanya
diterapkan pada institusi pendidikan yang menggunakan aliran pendidikan
pribadi. Pendekatan humanistik lebih memberikan tempat yang utama pada siswa.
Disini siswa adalah subyek dan pusat kegiatan di dalam pendidikan. Pendekatan
ini memandang bahwa anak didik itu mempunyai potensi, kemampuan, dan kekuatan
untuk berkembang. Pendekatan ini merupakan wujud reaksi atas praktek pendidikan
yang hanya menekankan sisi intelektual saja, dengan peran utama dipegang oleh
pendidik.
Dalam pengembangan kurikulum
pendekatan humanistis bertolak dari pandangan memanusiakan-manusia. Hal ini
memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan segala potensi yang
ada pada dirinya.[4]
3.
Pendekatan Teknologis
Pendekatan ini memiliki persamaan dengan pendekatan subyek
akademis, yang menekankan pada isi atau materi kurikulum. Tetapi mempunyai
perbedaan yaitu diarahkan pada penguasaan kompetensi bukan diarahkan pada
pengawetan dan pemeliharaan ilmu pengetahuan. Suatu kompetensi yang besar atau
standar diuraikan menjadi kompetensi-kompetensi yang lebih sempit atau kompetensi dasar, yang pada
akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang bisa diamati dan diukur.
Penerapan teknologi dalam bidang kurikulum terwujud dalam dua
bentuk yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).
Aplikasi teknologi perangkat lunak di sebut juga dengan teknologi system (system
technology), sedangkan aplikasi teknologi perangkat keras disebut dengan
teknologi alat (tool technology). Teknologi alat lebih menekankan pada
penggunaan alat-aat teknologis untuk menunjang efisiensi dan efektifitas
program pendidikan. Kurikulumnya berisi rencana-rencana penggunaan berbagai
alat dan media serta model-model pembelajaran yang banyak melibatkan alat.
Tanpa bantuan media maka proses pembelajaran tidak dapat berlangsung, karena
perencanaan pembelajaran telah tersusun terpadu antara kegiatan-kegiatan pendidikan
dengan media tersebut. Misalnya pembelajan dengan bantuan video, VCD, modul,
komputer, internet dan lain-lain. Adapun teknologi system menekankan pada
penyusunan program pembelajaran atau perencanaan pembelajaran yang menggunakan
pendekatan system, baik dibantu oleh alat dan media maupun tidak. Dalam
teknologi sistem ini proses pembelajaran tetap dapat berlangsung tanpa bantuan media, karena media itu digunakan
jika diperlukan.
Pendekatan
teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari
analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas atau
pekerjaan tertentu. Materi yang diajarkan, kriteria evaluasi sukses dan
strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas (job discription)
tersebut. Rencana dan proses pembelajaran dirancang sedemikian rupa, sehingga
hasilnya dapat dievaluasi dan diukur dengan jelas dan terkontrol. Dalam
menyusun kurikulum, sesungguhnya tidak semua materi perjalanan dapat pendekatan
teknologis, karena sifat-sifat atau karakter materi pelajaran itu berbeda.
Termasuk dalam pendekatan ini adalah kurikulum berbasis kompetensi yang kini
sedang diterapkan oleh pemerintah.[5]
4.
Pendekatan Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme
berasal dari bahasa Inggris ‘reconstruct’ yang berarti “menyusun kembali”. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran
rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama
dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Rekonstruksionisme
merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme, gerakan ini lahir didasari
atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri
dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini.
Pendekatan
ini juga disebut sebagai pendekatan
rekonstuksi sosial. Pendekatan rekonstruksi sosial sangat memperhatikan hubungan
kurikulum dengan sosial masyarakat dan politik perkembangan ekonomi. Kurikulum
ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam
masyarakat. Pendekatan rekonstruksi sosial ini bersumber pada aliran pendidikan
interaksional. Pandangannya adalah bahwa pendidikan bukanlah upaya sendiri,
melainkan kegiatan bersama, interaksi dan kerja sama. Kerja sama atau interaksi
bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan
siswa, siswa dengan orang-orang dilingkungannya, dan dengan sumber belajar
lainnya. Melalui interaksi dan kerja sama ini siswa berusaha memecahkan
problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat.[6]
Pendekatan
kurikulum rekonstrksi sosial ini selain menekan pada isi pembelajaran,
sekaligus juga menekankan pada proses pendidikan dari pengalaman belajar. Ini
dikarenakan, pendekatan rekonstruksi sosial berasumsi bahwa, manusia adalah
makhluk sosial yang sepanjang kehidupannya membutuhkan orang lain, selalu
bersama, berinteraksi dan bekerjasama. Dari pendekatan kurikulum rekonstruksi
sosial ini, nantinya diharapkan peserta didik mempunyai tanggung jawab dalam
masyarakatnya guna membantu pemerintah dalam perbaikan-perbaikan dalam
masyarakatnya yang lebih baik lagi kedepannya.[7]
5.
Pendekatan Accountability
Accountability atau pertanggungjawaban lembaga pendidikan tentang
pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat akhir-akhir ini menjadi hal yang penting
dalam dunia pendidikan. Akuntabilitas yang sistematis pertama kali
diperkenalkan Frederick Tylor dalam bidang industri pada permulaan abad ini.
Pendekatannya yang dikenal sebagai scientific management atau manajemen
ilmiah, menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus diselesaikan pekerja dalam
waktu tertentu. Tiap pekerja bertanggung jawab atas
penyelesaian tugas itu.[8]
Menurut Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd., ada dua
pendekatan yang bisa diterapkan dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
a.
Pendekatan
Top Down
Pendekatan
top down bisa dilakukan baik untuk menyusun kurikulum yang benar-benar baru (curriculum construction) ataupun untuk
penyempurnaan kurikulum yang sudah ada (curriculum
improvement). Prosedur kerja atau proses pengembangan kurikulum pendekatan
ini dilakukan kira-kira sebagai berikut: Langkah pertama, dimulai dengan pembentukan tim pengarah oleh
pejabat pendidikan. Langkah kedua,
adalah menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebujakan atau
rumusan-rumusan yang telah disusun oleh tim pengarah. Langkah Ketiga, apabila kurikulum sudah selesai disusun oleh tim
atau kelompok kerja, selanjutnya hasilnya diserahkan kepada tim perumus untuk
dikaji dan diberi catatan-catatan atau direvisi. Langkah Keempat, para administrator selanjutnya memerintahkan
kepada setiap sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum
yang telah tersusun itu.[9]
b.
Pendekatan
Grass Roots
Dalam
pendekatan grass roots atau
pengembangan kurikulum yang diawali oleh inisiatif dari bawah lalu
disebartluaskan pada tingkat atau skala yang lebih luas, dengan istilah singkat
sering dinamakan pengembangan kurikulum dari bawah ke atas. Oleh karena
sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam
penyempurnaan kurikulum (curriculum
improvement), walaupun dalam skala yang terbatas mungkin juga digunakan
dalam pengembangan kurikulum baru (curriculum construction). Ada
beberapa langkah penyempurnaan kurikulum yang dapat dilakukan manakala
menggunakan pendekatan grass roots ini. Pertama,
menyadari adanya masalah. Berawal dari keresahan guru tentang kurikulum yang
berlaku. Kedua, mengadakan
refleksi. Refleksi dilakukan dengan mengkaji literature yang relevan misalnya
dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang
kita hadapi atau mengkaji sumber informasi lain. Ketiga, mengajukan hipotesis atau jawaban sementara. Guru
memetakan berbagai kemungkinan munculnya masalah dan cara penanggulangannya. Keempat, menentukan hipotesis yang
sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi
lapangan. Kelima,
mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus-menerus hingga
terpecahkan masalah yang dihadapi. Dalam pelaksanaannya kita bisa berkolaborasi
atau meminta pendapat teman sejawat. Keenam,
membuat dan menyusun laporan hasil pelaksanaan pengembangan melalui grass
roots. Langkah ini sangat penting untuk dilakukan sebagai bahan publikasi dan
diseminasi, sehingga memungkinkan dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang
lain yang pada gilirannya hasil pengembangan dapat tersebar.[10]
6.
Pendekatan Pembangunan Nasional
Pendekatan ini mengandung tiga unsur
yakni:
a.
Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam masyarakat kita yang demokratis, warga negara dapat dimasukkan dalam
tiga kategori:
1)
Warga negara yang apatis
Merupakan golongan warga negara yang cenderung memiliki sikap masa bodoh
atau tidak mau tahu terhadap apa yang terjadi di negaranya. Warga negara yang
memiliki sikap apatis tidak mau mentaati perundang-undangan yang telah
ditetapkan, jangankan mentaati mereka menganggap peraturan perundang-undangan
seperti angin yang berlalu. Pada umumnya sikap apatis ini muncul karena
rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap politik. Selain itu pemicu lainnya
disebabkan karena adanya dominasi politik yang diciptakan oleh beberapa oknum
politisi yang lebih condong untuk memperhatikan karir politikya tanpa
mempedulikan apa yang terjadi di negaranya.
2)
Warga negara yang pasif
Merupakan warga negara yang hanya cenderung patuh terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
3)
Warga negara yang aktif
Merupakan golongan warga negara yang ikut berperan aktif di dalam kehidupan
bernegara, terutama di dalam mempengaruhi kebijakan publik. Mereka juga sadar
akan adanya hak dan kewajiban sehingga mereka cenderung untuk memenuhi
kewajiban mereka dahulu sebelum menuntut hak yang mereka miliki.
b.
Pendidikan sebagai alat pembangunan
nasional
Tujuan pendidikan ini adalah mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Para pengembang kurikulum bertugas untuk
mendesain program yang sesuai dengan analisis jabatan yang akan diduduki.
c.
Pendidikan keterampilan praktis bagi
kehidupan sehari-hari
Keterampilan yang diperlukan bagi kehiduan sehari-hari dapat dibagi dalam
beberapa kategori yang tidak hanya bercorak keterampilan akan tetapi juga
mengandung aspek pengetahuan dan sikap, yaitu:
1)
Keterampilan untuk mencari nafkah.
2)
Keterampilan untuk mengembangkan
masyarakat.
3)
Keterampilan untuk menyumbang kepada
kesejahteraan umum.
4)
Keterampilan sebagai warga negara yang
baik.[11]
7.
Pendekatan Klarifikasi Nilai
Adapun pendekatan
klarifikasi nilai biasanya dicirikan
sebagaimana berikut:
a.
Peran guru kurang dominan dalam
pembelajaran.
b.
Guru lebih sedikit memberi informasi
dan lebih banyak mendengarkan penjelasan peserta didik.
c.
Guru lebih sering menggunakan metode
tanya jawab.
d.
Tidak banyak kritik destruktif.
e.
Kurang menekankan faktor kegagalan dan
lebih menerima kesalahan-kesalahan.
f.
Menanggapi dan menghayati pekerjaan
peserta didik.
g.
Merumuskan tujuan dengan jelas.
h.
Dalam batas tertentu peserta didik
diberi kebebasan untuk bekerja dan bertanggung jawab.
i.
Peserta didik diberi kebebasan untuk
mengungkapkan apa yang mereka rasakan dan fikirkan.
j.
Adanya keseimbangan antara tugas
kelompok dan tugas individu.
k.
Belajar bersifat individual.
l.
Evaluasi tidak terfokus pada prestasi
akademik, tetapi juga proses pertukaran pengalaman.[12]
8.
Pendekatan Komprehensif
Pendekatan
ini melihat, memperhatikan, dan menganalisis kurikulum secara keseluruhan.
Semua masalah yang berkaitan dengan kurikulum diidentifikasi secara global oleh
pengembang kurikulum. Pengembang kurikulum dapat menetapkan langkah pertama
yang akan dilakukan dan apa yang akan dicapai sebagai sasaran dengan merumuskan
filsafat pendidikan, visi-visi, tujuan pendidikan, serta sasaran yang ingin
dicapai.
9.
Pendekatan yang Berpusat pada Masalah
Pengembangan
kurikulum dengan pendekatan ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi berbagai
masalah kurikulum secara khusus. Para guru dimintai berbagai informasi mengenai
masalah-masalah, keinginan, harapan, dan kesulitan-kesulitan yang peserta didik
hadapi dalam mata pelajaran. Seperti perbaikan cara atau sistem penilaian,
penggunaan metode ataupun media dalam pembelajaran.
10. Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu adalah suatu pendekatan yang memadukan
keseluruhan bagian dan indikator-indikatornya dalam suatu bingkai kurikulum
untuk mencapai tujuan tertentu. Bagian tersebut menggambarkan:
a.
Hasil belajar
Hasil belajar dapat diartikan sebagai kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu yang
belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses
belajar itu. Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu
yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk
membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam
diri seseorang yang belajar.
b.
Tahap pengembangan kurikulum
Menurut Harie, tahapan dalam
pengembangan kurikulum itu ada 4 diantaranya adalah:
1)
Merumuskan tujuan pembelajaran (instructional objective)
Terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tahap pertama
yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah memahami tiga sumber,
yaitu siswa (source of student),
masyarakat (source of society), dan
konten (source of content). Tahap
kedua adalah merumuskan standar kompetensi (tentative
general objective) dengan memperhatikan landasan sosiologi, kemudian di
screen melalui dua landasan lain dalam pengembangan kurikulum yaitu landasan
filosofis pendidikan (philosophy of
learning) dan psikologi belajar (psychology
of learning), dan tahap yang terakhir adalah merumuskan kompetensi dasar (precise education).
2)
Merumuskan dan menyeleksi
pengalaman-pengalaman belajar (selection
of learning experience)
Menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar dalam pengembangan kurikulum harus
memahami definisi pengalaman belajar dan landasan psikologi belajar. Pengalaman
belajar merupakan bentuk interaksi yang dialami atau dilakukan oleh siswa yang
dirancang oleh guru untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Pengalaman
belajar yang harus dialami siswa sebagai learning
activity menggambarkan interaksi siswa dengan objek belajar. Belajar
berlangsung melalui perilaku aktif siswa, apa yang dia kerjakan adalah apa yang
dia pelajari, bukan apa yang dia lakukan oleh guru.
3)
Mengorganisasi pengalaman belajar (organization of learning experience)
Pengorganisasian ini diperlukan dalam rangka memudahkan anak didik untuk
belajar. Dalam pengorganisasian kurikulum tidak lepas dari beberapa hal penting
yang mendukung, yakni tentang: teori, konsep, pandangan tentang pendidikan,
perkembangan anak didik, dan kebutuhan masyarakat. Pengorgabisasian kurikulum
bertalian erat dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Oleh karena itu
kurikulum menentukan apa yang akan dipelajari, kapan waktu yang tepat untuk
mempelajari, keseimbangan bahan pelajaran, dan keseimbanagn antara aspek
pendidikan yang akan disampaikan.
4)
Mengevaluasi kurikulum
Tahap terakhir dalam pengembangan kurikulum adalah evaluasi. Evaluasi
adalah proses yang berkelanjutan dimana data yang terkumpul dan dibuat
pertimbangan untuk tujuan memperbaiki sistem. Evaluasi yang seksama adalah
sangat esensial dalam pengembangan kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu
proses dalam membuat keputusan, sedangkan riset berkedudukan sebagai proses
pengumpulan data sebagai dasar pengambilan keputusan.
c.
Program pendidikan yang ditawarkan[13]
Program pendidikan yang ditawarkan dapat kita artikan
sebagai suatu wadah dari institusi pendidikan yang menyediakan berbagai
alternatif jenis atau tingkatan pendidikan, sehingga calon peserta didik dapat
memilih program pendidikan sesuai dengan bakat dan minatnya atau apa yang
disukainya. Misalnya kalau di perguruan tinggi ada berbagai fakultas dan
jurusan, disitu calon mahasiswa diberi kebebasan untuk memilih apa yang
diinginkannya, tentunya juga harus melalui persyaratan yang telah ditentukan.
[1] Abdullah Idi, Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hal. 190.
[2]
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Madrasah dan
Perguruan Tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 140.
[3]
Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 120.
[4]
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003), hal. 153.
[5] Muhammad Zaini, Pengembangan
Kurikulum..., hal. 123.
[6]
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 91.
[7]
Sutrisno, Revisi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Ar-Ruz Media, 2005), hal.
78.
[8]
M. Ahmad, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal. 49.
[10]
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012),
hal. 48-50.
[12]
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 94.
[13]
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar
Baru Algesindo, 2006), hal. 63.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendekatan dalam pengembangan kurikulum sangat
penting hal ini bertujuan agar kurikulum yang digunakan dapat sesuai dengan
tujuan pendidikan yang diharapkan. Ada banyak pendekatan yang bisa kita gunakan
dalam pengembangan kurikulum diantaranya pendekatan subjek akademis, pendekatan
humanistik, pendekatan teknologis, pendekatan rekonstruksionalisme, pendekatan accountability, pendekatan pembangunan
nasional, pendekatan klarifikasi nilai, pendekatan komprehensif, pendekatan
yang berpusat pada masalah, dan pendekatan terpadu. Dimana masing-masing dari
pendekatan tersebut dapat disesuaikan penerapannya berdasarkan aliran
pendidikan apa yang kita anut ataupun tujuan pendidikan yang seperti apa yang
hendak dicapai.
B. Saran
1.
Saran
untuk calon pendidik utamanya sehubungan dengan materi yang dibahas pada
makalah ini yakni tentang pendekatan dalam pendekatan kurikulum, hendaknya kita
sebagai calon pendidik ataupun calon pengembang kurikulum setidaknya dalam
mengembangkan kurikulum maupun dalam proses belajar mengajar kita harus lebih
memperhatikan lagi sekiranya pendekatan apa yang cocok kita gunakan agar sesuai
dengan aliran pendidikan yang kita anut ataupun tujuan pendidikan yang seperti
kita inginkan, agar pada nantinya semua bisa terlaksana secara efektif dan
efisien.
2.
Saran
sehubungan dengan penyusunan makalah ini, tiada gading yang tak retak dengan
kata lain makalah ini tak luput dari kekurangan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dari berbagai pihak demi
lebih baiknya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, M. 2008. Pengembangan
Kurikulum. Bandung: Pustaka Setia.
Idi, Abdullah. 2007. Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktek. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Majid,
Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran
Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhaimin.
2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Nasution, S.
2012. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Subandijah.
2003. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana,
Nana. 2006. Pembinaan dan Pengembangan
Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sukmadinata,
Nana Syaodih. 2012. Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sutrisno. 2005. Revisi
Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Ar-Ruz Media.
Zaini, Muhammad. 2009. Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Teras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar