KARAKTERISTIK
ALAT EVALUASI
MAKALAH
Disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran MI/SD
Yang dibina oleh
Dr. Hj. Sulistyorini, M.Ag.
Oleh:
Kelompok 4
1.
Laily
Nur Sa’adah (17205153019)
2.
Lina
Jinatul Falah (17205153015)
3.
Mohammad
Dinul Islam (17205153008)
4.
Risma Nur Izzati (17205153002)
PENDIDIKAN
GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
September 2016
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
September 2016
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Allah swt. atas segala karunia-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga
senantiasa abadi, tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. dan keluarga serta para
sahabatnya.
Sehubungan
dengan selesainya penulisan makalah ini maka kami mengucapkan terima kasih
kepada:
1.
Dr. Maftukhin,
M.Ag., selaku Rektor IAIN Tulungagung,
2.
Dr. H. Abd.
Aziz, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Tulungagung,
3.
Dr. Hj.
Sulistyorini, M.Ag., selaku dosen
pengampu mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran MI/SD 1,
4.
Semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Dengan
penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah swt. dan tercatat
sebagai amal shalih. Akhirnya, karya ini penulis suguhkan kepada segenap
pembaca dengan harapan adanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi
pengembangan dan perbaikan. Semoga karya ini bermanfaat dan mendapat ridha
Allah swt.
Tulungagung,
24 September 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
Sampul Judul....................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................... ii
Daftar
Isi............................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN................................................................ 1
A.
Latar Belakang.................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah.............................................................. 1
C.
Tujuan................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................. 3
A. pengertian karakteristik alat evaluasi…………………....3
B. konsep validilitas…………………………………………3
C. konsep reliabilitas………………………………………....6
D. konsep daya pembeda……………………………………7
E. konsep indeks kesukaran…………………………………8
F.
konsep efektifitas option………………………………….9
G. konsep Objektivitas………………………………………10
H. konsep pratikabilitas……………………………………..13
I.
konsep ekonomis…………………………………………13
BAB III PENUTUP........................................................................... 15
A.
Kesimpulan................................................ ………………15
B.
Daftar
Pustaka…………………………………………...17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Penilaian dalam pendidikan sekurang-kurangnya
mencakup penilaian program atau kurikulum, penilaian proses pembelajaran, dan
penilaian hasil belajar. Dalam pengertian yang luas penilaian diartikan sebagai
suatu proses menentukan nilai dari suatu objek dengan menggunakan kriteria
tertentu. Oleh sebab itu, ciri utama penilaiannya adalah adanya program yang
dinilai dan judgment dalam menentukan nilai, dan adanya suatu keriteria dalam
menentukan atau menetapkan keberhasilan penilaian.
Penilaian tidak
hanya berfungsi sebagai alat untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan,
tapi juga sebagai bahan dalam melakukan perbaikan program. Jenis penilaian
dapat dilihat atau dibedakan dari berbagai segi, antara lain dari fungsinya,
alat yang yang digunakan, kualitasnya, sifat-sifatnya dan penyajiannya.
Dalam makalah ini
akan dibahas mengenai karakteristik alat evaluasi. Karena keberhasilan
mengungkapkan hasil dan proses belajar siswa sebagaimana adanya (objektivitas
hasil penilaian) sangat bergantung pada kualitas alat penilaiannya.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana pengertian karakteristik alat evaluasi?
2. Bagaimana konsep validilitas?
3. Bagaimana konsep reliabilitas?
4. Bagaimana konsep daya pembeda?
5. Bagaimana konsep Indeks Kesukaran?
6. Bagaimana konsep Efektifitas Option?
7. Bagaimana konsep Objektivitas?
8. Bagaimana konsep pratikabilitas?
9. Bagaimana konsep ekonomis?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian karakteristik alat
evaluasi.
2. Untuk memahami konsep validilitas.
3. Untuk memahami konsep reliabilitas.
4. Untuk memahami konsep daya pembeda.
5. Untuk memahami konsep indeks kesukaran.
6. Untuk memahami konsep efektifitas option.
7. Untuk memahami konsep Objektivitas
8. Untuk memahami konsep pratikabilitas.
9. Untuk memahami konsep ekonomis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian karakteristik alat evaluasi
Karakteristik di sini yang di maksud yaitu kualitas
tertentu atau biasa disebut dengan ciri-ciri yang khas dari sesuatu hal. Dalam
kegiatan evaluasi dalam proses belajar mengajar karakteristik mempunyai hal
yang penting. Di katakan penting karena
dalam dalam melakukan evaluasi pembelajar harus menguasai beberapa
karakteristik alat evaluasi, sehingga nantinya mampu memberikan evaluasi sesuai
yang diharapkan. Suatu evaluasi perlu memenuhi beberapa karakteristik alat
evaluasi sebelum diterapkan kepada siswa yang kemudian direfleksikan dalam
bentuk tingkah laku. Evaluasi yang baik harus mempunyai karakteristik alat
evaluasi. Dalam hal ini akan diperjelas dalam sub bab yang ada di bawah ini.
B. Validitas
Validitas merupakan derajat kemampuan
suatu tes yang mengukur apa yang hendak diukur. [1]
Valid juga bias diartikan cocok atau sesuai. Suatu tes dikatakan valid, apabila
tes tersebut benar-benar menyasar kepada apa yang dituju. Tes tersebut dapat
memberikan keterangan atau gambaran tentang apa yang diinginkan. Semisal tes
mengenai bahasa, maka tes tersebut harus memberikan gambaran tentang kemampuan
dan keckapan anak dala hal bahasa dan bukan menunjukkan gambaran tentang
kecakapan anak dalam hal ekonomi, ilmu bumi dan sebagainya. Guna menjelaskan
pengertian valid, maka kita dapat ambil contoh sebagai berikut:
Jika kita ingin mengetahui berat dari suatu
benda, maka kita menggunakan alat pengukur timbangan. Jika kita ingin
mengetahui panjang suatu benda, maka kita menggunakan alar pengukur meteran.[2]
Terdpat tiga factor yang memengaruhi
validitas hasil tes yaitu sebgai berikut:
1.
Faktor
instrument evaluasi
Mengembangkan instrument evaluasi memang tidaklah mudah,
apalagi jika seseorang evaluator tidak atau kurang memahami prosedur dan teknik
evaluasi itu sendiri. Jika instrument evaluasi kurang baik, maka dapat brakibat
hasil evaluasi menjadi kurang baik. Untuk itu, dalam mengembangkan instrument
evaluasi, seseorang evaluator harus
memperhatikan hal-hal yang memengaruhi validiitas instrumen yang beerkaitan
dengan prosedur penyusunan seperti silabus, kisi-kisi soal, petunjuk mengerjkan
soal, pengisian lembar jawaban, kunci jawaban, penggunaan kalimat efektif,
tingkat kesukaran, daya pembeda dan lainnya.
2.
Faktor
administrasi evaluasi dan penskorn
Dalam administrasi evaluasi dan penskoran,
banyak sekali terjadi penyimpangan seperti alokasi waktu mengerjakan soal yang
tidak proporsional, memberikan bantuan kepda peserta didik denan berbagai cara,
kesalahan penskoran dan lainnya.
3.
Faktor
jawaban dari peserta didik
Faktor jawaban dari peserta didik, justru
lebih banyak berpengaruh daripada dua factor sebelumnya. Factor ini cenderung
peserta didik untuk menjwab secara cepat tetapi tidak tept, keinginan melakukan
coba-cobadan lainnya.[3]
Secara
metodologis validilitas tes dibedakan menjadi empat macam yaitu sebagai
berikut:
a)
Validitas Isi
Validilitas isi sering digunakan dalam
penialian hasil belajar. Tujuan utamanya untuk mengetahui sejuh mana peserta
didik menguasai materi pealjaran yang telah disampaikan. Jika dilihat dari segi
kegunaaan dala penilaian hasil belajar, maka validilitas isi sring disbut
dengan validilitas kurikuler.
Validilitas kurikuler ini berkenaan dengan
pertanyaan apakah materi tes relevan dengan kurikulum yang sudah ditentukan.
Pertanyaaan ini timbul krena sering terjadi mater its tidak mencakup
keseluruhan aspek yang akan diukur baik aspek kognitif, afektif mauun
psikomotorik, tetai hanya pengetahuan yang bersifat fakta-fakta pelajaran
tertentu.
b)
Validilitas
Empiris
Istilah” validilitas empiris” memuat kata
empiris yang artinya pengalaman. Sebuah instrumen dapat dikatan memiliki
validilias empiris apabila sudah diuji dari pengalaman.
Validilitas ini biasanya menggunakan teknik
statistika yaittu analisis kolerasi. Hal ini disebabkan validilitas empiris mencari
hubungan antara skor tes dengan criteria ertentu yang merupakan suatu tolak
ukur diluar tes yang bersangkuatn. Ada tiga macam validilitas empiris yaitu:
1)
validilitas
prediktif
2)
validilitas
kongkuren
3)
validilitas
sejenis
Validilitas
Predikitif adalah jika kriteria standar yang digunakan adalah untuk meramalkan
prestasi belajar murid masa yang akan datang. Ini bermaksud memprekirakan
perilaku peserta didik pada masa yang akan datang.[4]
Ada juga yang mengatakan bahwa validilitas prediksi adalah derajat yang
menunjukkan suatu tes yang dapat diprediksi tentang bagaimana baik seseorang
akan melakukan sesuatu prospek tugas yang direncanakan.
Instrumen
prediksi mmungkin bervariasi bentuknya tergantng beberapa factor contohnya
kurikulum yang digunakan, buku pegangan yang dipakai, itensitas mengajar dan letak geografis sekolah.[5]
Validilitas
kongkuren adalah jika kriteria standar berlainan. Misalnya skor tes dala mata
pelajar bahasa Indonesia dikolresikan dengan bahasa inggris sebaliknya, jika
criteria standar sejenis, maka validilitas terebut disebut validilitas sejenis
contohnya bahasa Indonesia dengan bahasa Indonesia.
c)
Validilitas
Konstruk
Konstruk merupakan suatu sifat yang tidak
dapat diobservasi, tetpi kita dapat merasakan pengaruhnya melalui salah satu
indera kita. Konstruk tidak lai merupakan temuan atau suatu pendekatan untuk
menerangkan tingkah laku. Konstruk arus istrik dalm suatu bend misalnya dapat
dirasakan efeknya kita kta denggan sengaja atau tidak sengaja memegang dua
kabel tersebut secara bersama-sama.[6]
C. Reliabilitas
Reliabilitas
berarti dapat dipercaya. Tes yang reliabilitas berarti bahwa tes itu dapat
dipercaya. Suatu tes dapat dikatan dapat dipercaya apabila hasil yang dicapai
oleh tes itu tetap.[7] Ada
juga yang menyebutkan bahwa reliabilitas adalah tingkatan tau derajat konsisten
dari suatu instrument. Suatu tes dapat dikatan reliabilitas jika selalu
memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu tau
kesempatan yang berbeda.
Ada
empat factor yang mempengaruhi Reliabiliitas yaitu sebagai berikut:
1. Panjang tes
Ini berarti
banyaknya soal tes. Ada kecenderungan, semakin panjang suatu tes akan lebih
tinggi tingkat reliabilitas suatu tes, karena semakin banyak soal mmaka akan semakin
banyak sampel yang diukur dan proporsi jawaban yang benar semakin banyak.
2. Sebaran skor
Besarnya skor akan
membuat tingkat reliabilitas menjadi lebih tinggi, karena koefisien
reliabilitas yang besardiperoleh ketika peserta didik tetap pada posisi yang
relative samma dalam satu kelompok pengujian ke pengujian berikutnya.
3. Tingkat kesukaran
Dalam penilaian
yang menggunakan pendekatan penilain acuan norma, baik untuk soal mudah maupun
sukar, cenderung menghasilkan tingkat
reliabilitas yang rendah. Hal ini disebabkan antara hasil tes yang mudah dengan
tes yang sukar keduanya dalam satu sebaran skor yang terbatas.
4. Objektifitas
Peserta didik
memperoleh hasil yang sama dalam mengerjakan suatu tes. Jika peserta didik
memiliki tingkat kemampuan yang sama, maka akan mmperoleh hasil yang sama pada
saat mengerjakan tes yang sama.[8]
D. Daya Pembeda
Daya pembeda (item discriminination) adalah untuk
menentukan dapat tidaknya suatu soal membedakan kelompok dalam aspek yang
diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok itu. Indeks yang
digunakan dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan
peserta tes yang berkemampuan rendah. Indek sini menunjukkan kesesuaian antara fungsi soal dengan fungsi tes secara
keseluruhan.[9]
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda
disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Sepertihalnya indeks kesukaran,
indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya
bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif (-), tetapi pada indeks
diskriminasi ada tanda negatif.
Daya pembeda item itu dapat diketahui melalui
atau dengan melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi item. Angka indeks
diskriminasi item adalah sebuah angka yang menunjukkan besar kecilnya daya
pembeda yang dimiliki oleh sebutir item. Daya pembeda pada dasarnya dihitung
atas dasar pembagian siswa ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas yakni
kelompok yang tergolong pandai, dan kelompok bawah, yaitu kelompok siswa yang
tergolong bodoh. Dalam hubungan ini, jika sebutir item memiliki angka indeks
diskriminasi item dengan tanda positif, hal ini merupakan mpetunjuk bahwa butir
item tersebut telah memiliki daya pembeda, dalam arti bahwa siswa yang termasuk
kategori pandai lebih banyak yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir
item yang bersangkutan, sedangkan siswa yang termasuk kategori bodoh lebih
banyak yang menjawab salah.
E.
Indeks Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri atas butir-butir
instrument atau alat penilaian yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak
mampu merangsang audience mempertinggi usaha memecahkannya dan sebaliknya kalau
terlalu suka rmembuat audience putus asa serta tidak memiliki semangat untuk
mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Di dalam isitlah evaluasi index
kesukaran ini diberi simbol p yang dinyatakan dengan “Proporsi”.
Suatu tes tidak boleh terlalu mudah, dan juga tidak boleh
terlalu sukar. Sebuah item
yang terlalu mudah sehingga dapat dijawab dengan benar oleh semua siswa bukanlah
merupakan item yang baik . begitu pula item yang terlalu sukar sehingga tidak dapat dijawab oleh
semua siswa juga bukan merupakan item yang baik. Jadi item yang baik adalah
item yang mempunyai derajat kesukaran tertentu.[10]
Menurut Witherington dalam
bukunya berjudul psychological Education, mengatakan bahwa sudah atau belum
memadainya derajat kesukaran item tes hasil belajar dapat diketahui dari besar
kecilnya angka yang melambangkan tingkat kesulitan dari item tersebut. Angka
yang dapat memberikan petunjuk mengenai tingkat kesukaran item itu
dikenal dengan istilah difficulty index ( angka index kesukaran item), yang
dalam dunia evaluasi hasil belajar umumnya dilambangkan dengan huruf
P, yaitu singkatan dari kata proportion ( proporsi =proposa).
F.
Efektifitas Option
Efektivitas memiliki arti
berhasil atau tepat guna. Secara luas efektivitas dapat kita artikan sebagai
suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya
secara matang. Di dalam evaluasi pembelajaran sendiri, efektivitas lebih
memfokuskan pada akibat atau pengaruh.
Sedangkan option adalah kemungkinan
jawaban yang disediakan pada butir soal (tes), baik dalam tipe soal obyektif
(pilihan ganda) maupun dengan cara memasangkan soal dengan jawabanuntuk dipilih
oleh peserta tes sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Suatu option dapat
dikatakan efektif jika telah memenuhi fungsi maupun tujuan dari option itu
sendiri. Hal ini berarti bahwa setiap option yang disajikan masing-masing mempunyai
kemungkinan yang sama untuk dipilih, jika testi menjawab soal itu dengan
menerka-nerka (spekulasi). Option yang merupakan jawaban yang benar disebut
option kunci, sedangkan option lainnya disebut option pengecoh. Agar suatu
option yang disajikan efektif harus diusahakan homogen (serupa), baik dari segi
isi (materi), notasi, maupun panjang-pendeknya kalimat pada option tersebut.[11]
Jadi
yang dimaksud dengan efektivitas option adalah keberhasilan pilihan yang kita
sediakan pada tes sesuai dengan tugas dan fungsi option tersebut pada mulanya. Adapun manfaat yang dapat kita
peroleh dari memahami efektifitas option khususnya bagi calon pendidik adalah:
1. untuk mengetahui apakah option
yang kita buat sudah berfungsi secara efektif atau tidak.
2. untuk mengetahui letak ataupun
kedudukan siswa.
3. untuk mengetahui taraf serap
siswa terhadap masing-masing bidang studi yang telah diajarkan.
Uraian mengenai daya pembeda, derajat kesukaran, dan efektifitas
option dimuka lebih dikenal dengan istilah analisis butir soal atau analisis item. Analisis butir soal bertujuan untuk mengidentifikasi
soal-soal yang baik, kurang baik (cukup), atau jelek (buruk) sehingga hasilnya dapat
diperoleh informasi tentang kualitas soal yang kita buat. Hal ini di perlukan untuk
mengadakan perbaikan seperlunya, minimal kita (sebagai guru) dapat menginstropeksi
diri terhadap kemampuan kita dalam membuat alat evaluasi.[12]
G. Objektivitas
Dalam pengertian
sehari-hari telah dengan cepat diketahui bahwa objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang
mempengaruhi. Lawan dari objektif adalah subjektif yang artinya terdapat unsur
pribadi yang masuk mempengaruhi. Sebuah tes dikatakan memiliki objektifitas apabila dalam
melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama
terjadi pada sistem skoringnya. Dalam
pemeriksaan hasil tes, factor subjektif pemeriksaan biasanya berperan, apalagi
bila tesitu berbentuk uraian. Meskipun demikian kita dapat mengurangi kelemahan
ini, dengan cara seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya.
Sebuah tes hendaknya bersifat objektif, hal ini maksudnya adalah hasil dari tes
tersebut harus selalu sama, meskipun diperiksa oleh orang yang berlainan. Agar
harapan tersebut terpenuhi tes yang kita buat harus mempunyai jawaban yang
jelas, tidak kabur, jawabannya tentu dan tidak terlalu memberikan jawaban yang
beranekaragam. Meski divergen jawaban siswa akan berakibat penilaian kurang
objektif. Itulah sebabnya mengapa pada pemeriksaan tes bentuk uraian hendaknya
terlebih dahulu dibuat kunci jawabannya atau paling tidak pokok-pokok
jawabannya. Langkah ini bukan saja sebagai pengecekkan ketepatan kalimat dalam
soal, banyaknya waktu penyelesaian yang dibutuhkan, tetapi juga sekaligus
memperkirakan sampai sejauh mana lingkup batasan jawaban siswa yang akan
muncul.[13]
Besarnya skor yang diberikan
kepada tes menunjukkan sampai sejauh mana tingkat penguasaan materi yang telah
dimiliki siswat ersebut. Gambaran yang dinyatakan dengan skor ini hendaknya
bersifat seobjektif mungkin. Karena itu tes yang memberikan nilai (skor)
tersebut harus objektif dan benar-benar mengevaluasi kemampuan siswa secara
tepat.
Jika dikaitkan dengan
reliabilitas, objektifitas memberitekanan pada ketetapan system pemberian skor
sedangkan reliabilitas memberikan penekanan pada ketetapan hasil. Jelas bahwa
keduanya saling mempengaruhi atau saling ketergantungan, system pemberian skor
mempunyai dampak terhadap ketetapan hasil.
Ada yang penting yang bias mempengaruhi derajat
objektifitas tersebut di atas, yaitu :
1. Tipe Tes
Tes dengan tipe uraian akan lebih
banyak mengurangi objektifitas dari pada tes tipe objektif. Soal bentuk uraian memerlukan
proses pemeriksaan yang cukup memakan waktu, karena jawabannya bias panjang lebar
sehinggas etiap proses (langkah) pengerjaan tes tidak di periksa. Disinilah sering
kali muncul faktor yang mengurangi objektifitas tersebut. Lain halnya untuk soal
tipe objektif yang jawabannya pasti.
2. Penilaian/Pemeriksa
faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi objektifitas dari penilaian
antara lain kesan penilain terhadap pribadi siswa, tulisan, bahasa, ataupun kerapian pekerjaan. selain dari pada itu kondisi
penilai dan lingkungan bias juga mempengaruhi. Adapun kualitas objektivitas suatu
tes dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan yakni:
a) objektivitas dikatakan tinggi
apabila hasil tes-tes tersebut menunjukkan tingkat kesamaan yang tinggi.
contohnya: tes yang sudah distandardisasi, hasil penskoran tes tersebut
terbukti sudah sangat objektif.
b) objektivitas sedang, sebenarnya
tes tersebut sudah distandardisasi hanya saja terkadang pandangan subjektif
skor masih mungkin muncul dalam tahap penilaiannya.
c) objektifitas fleksibel, misalnya
dapat kita lihat di beberapa jenis tes yang digunakan oleh lpb (lembaga
bimbingan dan penyuluhan) untuk keperluan konseling, misalnya tes yang bersifat
open-end item (opend-end questionaries).[14]
H. Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan
memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes itu bersifat praktis
(practicability), mudah untuk pengadminis-trasiannya. Tes yang praktis sebagai
beerikut:
1.
mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut
peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan
terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah oleh siswa.
2.
mudah pemeriksanya, artinya bahwa tes itu
dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya. untuk soal yang
obyektif, pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan jika dikerjakan oleh siswa
dalam lembar jawaban.
3.
dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang
jelas sehingga dapat diberikan/ diawali oleh orang lain.[15]
Bersifat praktis mengandung
pengertian bahwa tes hasil belajar tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah,
karena tes itu :
a)
bersifat sederhana, dalam arti tidak
memerlukan peralatan yang banyak atau peralatan yang sulit pengadaannya.
b)
bersifat lengkap, dalam arti bahwa tes
tersebut telah dilengkapi dengan petunjuk mengenai cara mengerjakanny, kunci
jawabannya, dan pedoman scoring serta penentuan nilainya.[16]
I.
Ekonomis
Yang dimaksud dengan
ekonomis ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya
yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama, baik untuk memproduksinya
maupun untuk melaksanakan dan mengolah hasilnya.
Dengan mempertimbangkan
kriteria-kriteria tersebut, sewajarnya dapat dihasilkan alat tes (soal-soal)
yang berkualitas yang memenuhi syarat-syarat dibawah ini :
1.
shahih (valid), yaitu mengukur yang harus
diukur, sesuai dengan tujuan.
2.
relevan, dalam arti yang diuji sesuai dengan
tujuan yang diinginkan.
3.
spesifik, soal yang hanya dapat dijawab oleh
peserta didik yang betul-betul belajar dengan rajin.
4.
tidak mengandung ketaksaan (tafsiran ganda)
harus ada patokan; tugas ditulis konkret. apa yang harus diminta; harus dijawab
berapa lengkap
5.
representatif, soal mewakili materi ajar
secara keseluruhan
6.
seimbang, dalam arti pokok-pokok yang penting
diwakili, dan yang tidak penting tidak selalu perlu.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara sederhana pengertian validitas adalah derajat kemampuan suatu tes
mengukur apa yang hendak diukur. Ada bebrapa teknik untuk mengukur validitas
tes, yaitu validitas tes isi, validitas konstrak dan validitas empiris.
Reliabilitas
mengacu pada keajegan hasil evaluasi, yakni konsistensi skor tes dari masa ke
masa. Factor yang mempengaruhi reliabilitas antara lain, panjang tes, sebaran
skor, tingkat kesukaran dan objektifitas.
Daya pembeda (item
discriminination) adalah untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal
membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada
dalam kelompok itu.
Instrumen
yang baik terdiri atas butir-butir instrument atau alat penilaian yang tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Efektivitas memiliki arti berhasil atau tepat
guna. Secara luas efektivitas dapat kita artikan sebagai suatu pengukuran akan
tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang.
Diktakan objektif jika penilaiannya sesuai dengan kemampuannya. Tidak mmandang
siapa dia.
Sebuah
tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes itu bersifat
praktis (practicability), mudah untuk pengadministrasiannya.
Ekonomis
ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal,
tenaga yang banyak dan waktu yang lama, baik untuk memproduksinya maupun untuk
melaksanakan dan mengolah hasilnya.
B. Kritik dan Saran
Kami
sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu kami dengan senang hati menerima kritik maupun saran yang membangun
dari para pembaca sekalian, agar makalah yang akan datang bisa lebih baik dari
sebelumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, Zainal.
2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi.
2003. Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Damyanti dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
RinekaCipta.
Kuswana, Wowo Sunaryo. 2011. Taksonomi Berpikir. Bandung: Remaja Rosda karya.
Nana Sudjana dan Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian
Pendidikan. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Sari, Dwi Ivayana. 2015. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: E-book.
Sudaryono.
2012. Dasar-dasar Evaluasi
Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudijono, Anas. 2003. Pengantar evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Sukardi. 2009. Evaluasi
Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. 31
Sukardi.2009. Evaluasi
Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sulistyorini. 2009.
Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:
Teras.
Sulistyorini. 2009. Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Teras.
[1] Sukardi, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal. 31
[2] Sulistyorini, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta:
Teras, 2009), hal 163
[3] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014), hal 247-248
[5]
Sukardi, Evaluasi Pembelajaran…hal. 36
[6] Ibid…hal. 33-34
[7]
Sulistyorini, Evaluasi Pembelajaran…, hal. 161
[8]
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran…, hal. 258-259
[9]Damyanti dan
Mujiono, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta:
RinekaCipta, 2006), hal. 67
[10]Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi
Berpikir, (Bandung: Remaja
Rosda karya, 2011), hal.
45
[11]
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan
Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004), hal. 171.
[12]Sudaryono,
Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hal. 138.
[14]Suharsimi
Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 46.
[15] Sulistyorini, Evaluasi
Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 165
[16] Anas Sudijono, Pengantar
evaluasi Pendidikan, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 97
Tidak ada komentar:
Posting Komentar