STRUKTUR
ILMU PENDIDIKAN ISLAM
MAKALAH
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu
Pendidikan Islam
Yang
dibina oleh Indah Komsiyah,
S.Ag, M.Pd.
Disusun
Oleh:
Kelompok
9
1.
Risma Nur Izzati (17205153002)
2.
Pantri Afrika Sari (17205153017)
3.
Nurul Lailatul N. (17205153026)
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
April 2016
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
April 2016
KATA
PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt.yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
kepada kita semua. Sholawat serta
salam semoga tetap terlimpahkan
kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad saw. dan semoga kita akan selalu
mendapat syafaatnya baik didunia maupun di akhirat kelak.
Alhamdulillah, dengan pertolongan dan hidayah-Nya penulis dapat
menyusun makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang berjudul STRUKTUR ILMU
PENDIDIKAN ISLAM.
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak penulisan makalah ini
tidak mungkin terlaksana dengan baik.Oleh karena itu penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1.
Dr. Mafthukin,
M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di IAIN Tulungagung ini,
2.
Indah Komsiyah, S.Ag, M.Pd. selaku Dosen
pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang telah
membimbing dan mengarahkan kami dengan sabar agar mempunyai pemahaman yang
benar mengenai mata kuliah ini,
3.
Semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan penyusunan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
membuahkan ilmu yang maslahahfiidinniwadunyawalakhirah.
Tulungagung, 20 April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Sampul...............................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.
Tujuan Pembahasan.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Struktur Ilmu Pendidikan Islam......................................... 3
B.
Struktur Ilmu dalam Perspektif Al-Qur’an........................................... 3
C. Dasar Struktur Ilmu Pendidikan Islam................................................. 5
D. Pembentukan Struktur Ilmu Pendidikan Islam..................................... 6
E. Komponen-komponen yang terdapat
dalam
Struktur Ilmu Pendidikan Islam........................................................... 7
F.
Fungsi
Struktur Ilmu Pendidikan Islam................................................ 11
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................... 12
B.
Saran..................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu itu sangat penting bagi kehidupan manusia.
Maka dalam hal ini Allah memberikan petunjuk kepada manusia melalui utusan-Nya
tentang bagaimana cara mencari ilmu, menggunakan ilmu, mengkaji ilmu dalam
kehidupan manusia, serta ilmu apa saja yang perlu dipelajari guna
mempertahankan eksistensinya di muka bumi ini. Tentunya, dari sekian banyak
ilmu pengetahuan yang ada di muka bumi ini, sangat sulit untuk dikuasai secara
keseluruhan oleh setiap individu manusia. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah
struktur mengenai suatu ilmu untuk mempermudah seseorang dalam memberikan
persepsi tentang komponen-komponen apa saja yang terkandung di dalam suatu ilmu,
khususnya dalam hal ini adalah ilmu pendidikan islam. Pada dasarnya walaupun
ilmu itu bermacam-macam pada hakikatnya kesemuanya itu merupakan satu kesatuan
yang saling berhubungan. Dalam mempelajari suatu hal kita membutuhkan berbagai
macam ilmu. Begitupun dalam mempelajari satu ilmu, kita membutuhkan ilmu yang
lain. Dalam pendidikan kita tidak boleh menitikberatkan hanya pada satu
kiblatan ilmu saja. Maksudnya dalam dunia pendidikan yang umumnya lebih condong
mempelajari tentang ilmu duniawi kita lebih baiknya tidak melupakan ilmu agama
islam. Karena Allah sendiri telah mengingatkan kita untuk menyeimbangkan antara
kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Sebagai agama wahyu, seperti
telah disebutkan berulang-ulang, komponen agama Islam adalah akidah, syari’ah
dan akhlaq yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist. Selain komponen utama
agama islam, di dalam Al-Qur’an perkataan ilmu ( pengetahuan tentang sesuatu )
dalam berbagai bentuk disebut sebanyak 854 kali. Karena banyak dan seringnya
perkataan itu disebut dalam berbagai hubungan atau konteks, dapatlah
disimpulkan bahwa kedudukan ilmu sangat penting dalam agama Islam.
A. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pengertian struktur ilmu pendidikan islam?
2.
Bagaimana
struktur ilmu dalam perspektif Al-Qur’an?
3.
Bagaimana
dasar struktur ilmu pendidikan islam?
4.
Bagaimana
pembentukan struktur ilmu pendidikan islam?
5.
Bagaimana
komponen-komponen yang terdapat dalam struktur ilmu pendidikan islam?
6.
Bagaiamana
fungsi struktur ilmu pendidikan islam?
B. Tujuan Pembahasan
1.
Untuk
menjelaskan pengertian struktur ilmu pendidikan islam.
2.
Untuk
menjelaskan struktur ilmu dalam perspektif Al-Qur’an.
3.
Untuk
menjelaskan dasar struktur ilmu pendidikan islam.
4.
Untuk
menjelaskan pembentukan struktur ilmu pendidikan islam.
5.
Untuk
menjelaskan komponen-komponen yang terdapat dalam struktur ilmu pendidikan
islam.
6.
Untuk
menjelaskan fungsi struktur ilmu pendidikan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Struktur Ilmu Pendidikan Islam
Secara etimologi, struktur berasal dari bahasa
inggris ‘structure’ atau ‘structura’ yang memiliki arti bangunan
atau susunan, sedangkan ilmu berasal dari bahasa Arab, ‘alima’ sama dengan
kata dalam bahasa Inggris, science
yang berasal dari bahasa latin, Scio
atau Scire yang kemudian di
Indonesiakan menjadi kata ilmu. Jika
dalam organisasi struktur merupakan organ atau perangkat dari organisasi
tersebut yang tentunya terkait dengan mekanisme kerjanya dan tujuan yang akan
dicapai, Maka dalam keilmuan
khususnya ilmu pendidikan islam struktur merupakan sebuah susunan yang
terdiri dari komponen-komponen yang membatasi mekanisme dalam pencarian kebenaran.[1]
Dari hal tersebut dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan struktur ilmu
pendidikan islam adalah suatu susunan mengenai komponen-komponen atau ilmu apa
saja yang terkandung dalam praktek pendidikan islam.
B. Struktur Ilmu dalam Perspektif al-Qur’an
Selain ilmu tentang akidah, syariah, dan akhlak dengan seluruh
percabangannya yang sudah dikenal dan sudah banyak ulama yang membahasnya dalam
berbagai buku dan kitab, dalam al-Qur’an juga terdapat ayat-ayat yang
memberikan penjelasan global ataupun isyarat tentang bidang-bidang ilmu
pengetahuan, baik eksak (sains) maupun humaniora dengan berbagai percabangannya
yang berkembang hingga saat ini. Eksplorasi cabang-cabang sains yang
mempertemukan ayat-ayat qur’aniyah dengan ayat-ayat kawniyah telah
dimulai oleh para pilosof muslim di abad keemasan Islam (golden age of Islam).
Pengembangan filsafat dan sains dengan memadukan ayat-ayat kawniyah dan
ayat-ayat qur’aniyah tesebut telah melahirkan nama-nama besar para
filosof dan ilmuan muslim seperti al-Farabi, al-Razi, Ibn Sina, al-Kindi, Ibn
Rushd, dll. Mereka kemudian diikuti oleh tokoh-tokoh ilmuan zaman berikutnya
seperti al-Haythami, al-Biruni (dalam ilmu fisika), al-Khawarizmi, ‘Umar Khayam,
dan kelompok Ikhwan al-Safa (dalam bidang matematika dan astronomi), Jabir ibn
Hayan dan al-‘Iraqi (dalam bidang matematika dan kimia), serta Ibn Batutah
(dalam bidang geografi). Hal tersebut merupakan bukti sejarah yang tidak
terbantahkan bahwa mereka telah memperoleh inspirasi dalam mengembangkan sains
yang memadukan ayat-ayat al-Qur’an dengan realitas empirik. Al-Farabi memandang
sains bukan sebagai ilmu di luar ilmu-ilmu keislaman, tetapi sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari ilmu-ilmu keislaman. Setelah ilmu-ilmu syari‘at, al-Farabi
memasukkan ilmu-ilmu bahasa, ilmu-ilmu sosial, logika dan sains ke dalam struktur
ilmu. Ilmu bahasa antara lain meliputi sintaksis, gramatika, komunikasi dan sastra.
Ilmu bantu sains seperti aritmatika, geometri, dan optika, serta
kelompok sains yang terdiri dari fisika, kimia, biologi dan astronomi. Demikian
pula Ibn Khaldun, setelah menyebut ilmu al-Qur’an, hadis, fikih, teologi, dan
tasawuf dengan beberapa percabangannya, ia menuliskan cabang-cabang sains sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari ilmu-ilmu keislaman, seperti ilmu logika,
matematika, fisika, optika, astronomi, serta ilmu-ilmu humaniora seperti sosiologi.[2]
Dari uraian para ahli di atas dapat dikatakan bahwa struktur ilmu dalam
al-Qur’an tidak terbatas hanya pada ilmu-ilmu akidah, syariah dan akhlak, atau
yang biasa disebut ilmu agama. Al-Qur’an, sebagaimana dikemukakan oleh para
ahli, mengandung isyarat-isyarat berbagai ilmu pengetahuan alam seperti fisika,
biologi, kimia, astronomi, geologi, dan lain-lain. Dengan berbagai
percabangannya sebagaimana yang telah berkembang dalam ilmu pengetahuan moderen
saat ini. Bahkan diantaranya terdapat uraian yang jelas dan spesifik yang
menerangkan kejadian-kejadian alam, seperti proses penciptaan bumi dan planet-planet,
serta proses penciptaan manusia.[3]
C. Dasar Struktur Ilmu Pendidikan Islam
1.
Agama
Agama yang dijadikan dasar disini tentunya adalah agama
islam. Agama merupakan sebuah sistem yang mengatur keimanan atau kepercayaan
dan peribadahan terhadap Tuhan serta kaidah yang berkaitan dengan lingkungan
dan pergaulan manusia. Dalam
struktur ilmu pendidikan islam, agama adalah sumber dari segala-galanya, disini
ditekankan bahwa semua ilmu yang dipelajari merujuk pada agama. Semua ilmu juga
bersumber dari agama. Disini agama merupakan tiang bagi ilmu-ilmu lainnya. Ilmu
yang dipelajari dalam pendidikan islam harus sesuai dan memuat kaidah-kaidah
agama.
2.
Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah sebuah sarana atau
definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan kedalam bahasa yang bisa
dimengerti oleh manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang
sesuatu. Dalam struktur ilmu
pendidikan islam ilmu pengetahuan merupakan salah satu komponen yang ada di
dalamnya. Disini ilmu pengetahuan yang dipelajari sudah dikombinasikan atau
dihubungkan dengan nilai-nilai agama yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan
tersebut. Kebenaran ilmu pengetahuan pada hal ini juga disandarkan dengan
al-Qur’an dan Hadits, tidak hanya pada kenyataan yang sudah ada saja.
Layaknya
perbedaan-perbedaan dalam kehidupan ini, seperti siang dan malam, jasmani dan
rohani, dan laki-laki dengan perempuan, dalam hal ini mereka bukan diciptakan
untuk menjadi lawan melainkan sebagai pasangan. Pada umumnya antara kedua dasar struktur ilmu pendidikan islam yakni agama
dan ilmu pengetahuan juga
memiliki perbedaan terutama secara epistemologis. Tetapi justru perbedaan
itulah yang akan melahirkan kekuatan bagi siapa yang menyandang keduanya. Beragama yang sekaligus berilmu
pengetahuan akan membentuk orang menjadi saleh, yaitu yang digambarkan dalam
tujuan pendidikan sebagai orang yang memiliki kedalaman spiritual, keagungan
akhlak, keluasan ilmu dan kematangan professional. Allah sendiri memerintahkan kita untuk menyeimbangkan
antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Begitupun dalam menuntut ilmu,
kita tidak diperbolehkan untuk menitikberatkan pada satu kiblatan ilmu saja.[4]
D. Pembentukan
Struktur Ilmu Pendidikan Islam
Pada dasarnya struktur ilmu pendidikan islam itu
dibentuk dalam rangka untuk menjadikan al-Qur’an sebagai paradigma ilmu
pengetahuan. Paradigma ini dimaksudkan untuk membangun teori-teori ilmu
pengetahuan khas Islam. Dengan paradigm ini,
al-Qur’an diharapkan dapat menjadi suatu konstruksi pengetahuan yang
memungkinkan memahami realitas sebagaimana al-Qur’an
memahaminya.
Paradigma al-Qur’an berarti suatu
konstruksi pengetahuan. Konstruksi pengetahuan itu pada mulanya dibangun dengan
tujuan agar kita memiliki “hikmah” untuk membentuk perilaku yang sejalan dengan
sistem Islam, termasuk sistem ilmu pengetahuannya. Jadi, disamping memberikan
gambaran aksiologis, paradigma al-Qur’an juga dapat berfungsi untuk memberikan
wawasan epistemologis. Sampelnya adalah statemen-statemen
yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadits yakni nilai-nilai normatif.
Nilai-nilai normatif ini ada dua,
yaitu nilai-nilai praktis yang dapat diaktualkan dalam perilaku sehari-hari, dan nilai-nilai yang harus
diterjemahkan dulu dalam bentuk teori sebelum diterapkan
dalam perilaku. Nilai-nilai pertama telah banyak dikembangkan dalam
bentuk ilmu fiqh, sedangkan nilai yang kedua perlu ditransformasikan
dalam bentuk ilmu pengetahuan Islam.[5]
Dari konsep-konsep yang ada di dalam al-Qur’an lah, dapat diciptakan
teori-teori “ilmu pengetahuan profetik” yang pada dasarnya bersifat
transformatif, yang dimaksud transformatif disini adalah mampu membangun dan
membawa perubahan sosial, baik cara berpikir, bersikap dan
berperilaku secara individual maupun sosial pada diri peserta didik.
E.
Komponen-komponen yang terdapat dalam
Struktur Ilmu Pendidikan Islam
Banyak kriteria atau istilah yang dapat digunakan
untuk menunjukkan suatu susunan atau hierarki
ilmu pendidikan islam. Misalnya seperti ini:
Jika dilihat dari sisi ontologik (bahan kajian ilmu yang dipelajari):
1)
Ilmu
fisik (fenomena)
Yakni
suatu ilmu pengetahuan yang memfokuskan pada hal-hal fisik. Komponen yang
termasuk dalam ilmu fisik ini antara lain : Ilmu hitung
(aritmetika/matematika), Ilmu bahasa (nahwu, sharaf, sintaksis, grammar), ilmu riyadhah
atau olah fisik dan ketangkasan jasmani, dan ilmu alam (sains dan teknik).
2)
Ilmu
a-fisik (nomena)
Yakni
ilmu pengetahuan yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat non fisik.
Komponen yang termasuk dalam ilmu a-fisik ini antara lain : ilmu untuk
kepentingan akhlak atau perilaku manusia (baik sikap kepada sesama manusia
maupun sikap kepada tuhan), ilmu untuk kepentingan interaksi antar manusia
(mu’amalah, ekonomi), dan ilmu untuk kepentingan mengenal, memahami, dan
pendekatan kepada tuhan.[6]
Jika dilihat dari aksiologis (orientasi dan penerapan ilmu):
1)
Ilmu
yang orientasinya langsung dirasakan dan diterapkan dalam kehidupan sesama
manusia (di dunia). Dalam hal ini hasil yang didapatkan lebih touchable dan visible (dapat dirasakan dan dapat dilihat).
2)
Ilmu
yang orientasinya lebih tertuju pada pendekatan kepada tuhan, yang akibatnya
atau manfaatnya lebih dirasakan sebagai kepuasan spiritual dan hasilnya
diyakini akan didapatkan sesudah kematian (di akhirat).
REALITAS
|
Berdasarkan pada deskripsi tersebut, maka secara
umum struktur ilmu pendidikan islam dapat ditinjau ke dalam tiga komponen besar
yakni:
a.
Dari
segi materi atau obyeknya, struktur ilmu pendidikan islam terdiri dari dua
komponen, yakni:
1)
Obyek
ilmu yang bersifat materi
Obyek
ilmu materi adalah obyek ilmu yang dapat di dengar, dilihat atau dirasakan.
Contohnya adalah ilmu-ilmu dalam kategori alam
nasut (alam materi) dan alam malakut
(alam kejiwaan). seperti sains yang ada sekarang, mencakup ilmu eksak (ilmu
pasti) dan ilmu non-eksak (seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, dan
lain-lain).
2)
Obyek
ilmu yang bersifat non-materi
Obyek
ilmu non-materi adalah obyek ilmu yang tidak dapat didengar, dilihat, ataupun
dirasakan. Hasil akhir dari obyek ilmu non-materi biasanya lebih dirasakan
sebagai kepuasan spiritual seperti ketenangan jiwa, perasaan nyaman, motivasi,
keyakinan, dan sejenisnya. Contoh obyek ilmu non-materi adalah: obyek yang membicarakan
tentang ruh (alam jabarut),
sifat-sifat ketuhanan (alam lahut),
dan wujud tuhan (alam hahut).
b.
Ditinjau
dari cara memperolehnya, struktur ilmu pendidikan islam terdiri dari dua
komponen, yakni:
1)
Ilmu kasbi atau mubasyarah
Ilmu
kasbi adalah ilmu yang diperoleh
dengan cara daya upaya manusia itu sendiri untuk mengeksplorasi ilmu
pengetahuan yang ada, baik dari tanda-tanda yang tersurat (eksplisit) maupun
yang tersirat (implisit). Baik dari tanda qauliyah
(firman Allah yang tertulis di dalam Al-Qur’an) ataupun kauniyah (tanda kekuasaan Allah yang nampak terlihat di alam). Baik
dengan melakukan asosiasi dan analogi dari ilmu atau teori-teori yang sudah ada
maupun dengan merekayasa ilmu dan teori yang benar-benar baru.
2)
Ilmu ladunni atau mukasyafah
Ilmu ladunni
adalah ilmu yang diperoleh manusia berupa anugerah yang langsung diberikan oleh
Allah. Jika dalam dunia pendidikan
anugerah dari Allah tersebut dipandang sebagai suatu potensi dasar yang memang
sudah ada. Tapi jika di dalam islam ilmu ini juga bisa di dapat dari
ilham-ilham yang dianugerahkan Allah kepada hamba-Nya yang terpilih.
c.
Ditinjau
dari sisi manfaat atas penerapan dan orientasinya, struktur ilmu pendidikan
islam terdiri dari dua komponen, yakni:
1)
Ilmu
yang diterapkan dan bermanfaat langsung untuk kehidupan manusia di dunia. Ilmu
dalam kelompok ini adalah yang jelas-jelas langsung dirasakan dan dibutuhkan
oleh manusia di dunia atau dibutuhkan dalam masa hidupnya.
2)
Ilmu
yang bermanfaat secara tidak langsung untuk kehidupan manusia di dunia, tetapi
untuk akhirat dan dimensi spiritual. Ilmu dalam kelompok ini dikategorikan
dengan ilmu-ilmu yang bersifat non-materi dan hasil yang dirasakan tidak
langsung untuk kehidupan manusia di dunia atau semasa hidupnya. Ilmu ini banyak
berkaitan dengan agama dan keimanan seseorang. Seperti bagaimana dan mengapa
manusia harus beragama, harus percaya kepada tuhan, percaya bahwa semua itu
datangnya dari tuhan, dan lain-lain.[7]
Umumnya kriteria atau istilah yang digunakan
diatas bersesuaian dengan sudut pandang yang dipakai, bentuk, jenis objek yang
diteliti, serta arah atau tujuan pembentukan suatu studi ilmu pendidikan islam.
Tapi dalam hal ini para peneliti sepakat untuk menggunakan bahwa struktur ilmu
pendidikan islam tersebut pada hakikatnya terdiri dari ilmu konkreta, abstrakta, illata atau
rasional, metafisika dan transenden,
berikut penjelasannya:
1.
Kelompok Ilmu Konkreta
Kelompok ilmu
konkreta merupakan kelompok ilmu yang bersifat konkret dan riil. Jenis kelompok
ilmu ini tidak mempunyai tafsiran lain selain apa yang dimaksud dalam
pernyataan. Pengertian dan pemahamannya-pun bersifat tunggal dan pasti.
2.
Kelompok Ilmu Abstrakta
Kelompok ilmu
abstrakta adalah kelompok ilmu yang bersifat teoritis. Menurut pengertiannya
abstrakta berarti samar atau transparan. Dikatakn jelas juga tidak, tetapi
dikatakan tidak jelas juga kurang tepat. Sebab masih terdapat gambaran yang
dapat dilihat bentuknya meskipun sekilas atau samar-samar.[8]
3.
Kelompok Ilmu Illata (rasional)
Kelompok ilmu illata (rasional) merupakan jenis
kelompok ilmu yang mengandalkan pembenaran logika dan penalaran ilmiah. Standar
dan ukuran minimal pembenaran kelompok ilmu ini cukup jelas, yaitu objektif dan
bersesuaian. Masalah itu baik atau buruk menurut versi moralitas, itu lain
perkara. Masalah semacam itu bagi jenis kelompok ilmu ini dianggap sebagai
bagian dari fungsi aksiologi suatu bentuk ilmu pengetahuan. Lebih tepatnya kode
etik suatu studi ilmu.
4.
Kelompok Ilmu Metafisika
Kelompok ilmu ini
memerlukan banyak tafsiran dan sudut pandang yang berbeda-beda agar dapat
dipahami dan dimengerti dengan baik. Bahkan kadangkala satu sudut pandang saja
tidak cukup untuk memahaminya, apalagi berusaha mengerti maksud dan tujuan dari
jenis ilmu semacam ini. Metafisika di samping secara material tidak berwujud
benda fisik, secara teoritis juga memiliki wilayah kerja yang tidak terjangkau.
Bagi metafisika, “logika rasional”, “dasar-dasar pembuktian empiris abstrakta”, bahkan “kontekstualisasi
ilmu konkreta” bisa saja menjadi
tidak berguna karena tidak sesuai dengan maksud dan tujuan yang diciptakan.
Gerak kawasan ilmu metafisika biasanya berada pada unsur yang disebut iman atau
kepercayaan.
5.
Kelompok Ilmu Transenden
Kelompok ilmu
transenden adalah kelompok ilmu yang tidak bisa diungkapkan dalam bentuk bahasa
dan penjelasan ilmiah. Pengetahuan ini biasanya lebih mendekati keyakinan dan
kepercayaan dalam arti yang sesungguhnya. Pengetahuan ini bukan termasuk jenis
pengetahuan yang bisa diungkapkan dengan kata-kata atau perbuatan semata,
tetapi dengan hidayah iman atau kekuatan hati seseorang.[9]
F.
Fungsi Strukstur Ilmu Pendidikan Islam
1.
Menjelaskan
hubungan atau keterkaitan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya
2.
Menjelaskan
fungsi atau kegunaan setiap ilmu yang ada di dalam struktur ilmu pendidikan
islam
3.
Mendukung
mekanisme kerja di dalam kegiatan pendidikan islam[10]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Struktur
ilmu pendidikan islam adalah suatu susunan mengenai komponen-komponen atau ilmu
apa saja yang terkandung dalam praktek pendidikan islam.
2.
Struktur
ilmu dalam perspektif Al-Qur’an tidak hanya terpacu pada ilmu-ilmu seputar
agama islam saja (akhidah, syari’ah, akhlak), melainkan juga
terdapat ayat-ayat yang memberikan penjelasan global ataupun isyarat tentang
bidang-bidang ilmu pengetahuan, baik eksak (sains) maupun humaniora dengan
berbagai percabangannya yang berkembang hingga saat ini.
3.
Dasar
dalam struktur ilmu pendidikan islam itu ada dua, yang pertama adalah agama dan
yang kedua adalah ilmu pengetahuan. Kedua dasar tersebut tidak dapat
dipisahkan. Meski keduanya memiliki perbedaan terutama secara
epistemologis. Tetapi justru perbedaan itulah yang akan melahirkan kekuatan
bagi siapapun yang menguasai keduanya.
4.
Struktur ilmu
pendidikan islam itu dibentuk dalam rangka untuk menjadikan al-Qur’an sebagai
paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma ini dimaksudkan untuk membangun
teori-teori ilmu pengetahuan khas Islam.
5.
Struktur
ilmu pendidikan islam itu pada umumnya terdiri dari ilmu dunia dan ilmu akhirat
tanpa ada unsur mendikotonomikan keduanya. Dan di struktur ilmu pendidikan
islam ini agamalah yang menjadi tiang ataupun penyeimbang bagi ilmu-ilmu
lainnya.
6.
Struktur
ilmu pendidikan islam berfungsi untuk mendukung mekanisme kerja di dalam
pendidikan islam serta menjelaskan keterkaitan antara satu ilmu dengan ilmu
lainnya.
B.
Saran
Sehubungan dengan materi pembahasan, sebaiknya di
dalam menuntut ilmu kita tidak mendikotonomikan antara ilmu dunia dan ilmu
akhirat, mengingat kedua dari ilmu tersebut sama-sama penting. Dan sehubungan
dengan makalah ini, tiada gading yang tak retak dengan kata lain makalah
ini tak luput dari kekurangan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dari berbagai pihak demi
lebih baiknya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Baharuddin dan Sri Minarti. 2011. Dikotomi Pendidikan Islam. Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA.
Baequni,
Achmad. 1997. Al-Qur’an dan Ilmu
Pengetahuan Kealaman. Yogyakarta: Dana Bakti Primayasa.
Mujib, Abdul.
2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencana.
Mujtahid. 2011. Reformulasi Pendidikan Islam. Malang:
UIN-MALIKI Press.
Muliawan, Jasa Ungguh. 2015. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Rahman,
Afzalur. 2000. Al-Qur’an Sumber Ilmu
Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ramayulis. 2015. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam
Mulia.
S.,
Jujun dan Suria Sumantri. 1997. Ilmu
dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
[1] Jujun S. dan Suria Sumantri, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997),
hal. 23.
[2] Afzalur Rahman, al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
hal. 9.
[3] Achmad Baequni, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Yogyakarta: Dana Bakti
Primayasa, 1997), hal. 56.
[7] Baharuddin dan Sri Minarti, Dikotomi Pendidikan Islam, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011),
hal. 97.
[8] Baharuddin dan Sri Minarti, Dikotomi Pendidikan Islam..., hal. 101.
[9] Jasa Ungguh Muliawan, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2015),
hal. 83.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar