DEFINISI SERTA CIRI-CIRI BERFIKIR RADIKAL, BEBAS &
KOMPREHENSIF
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi
Tugas “Filsafat Umum”
Dosen Pengampu:
Abdul Aziz Faradi, M.
Hum
Disusun
Oleh :
KELOMPOK
1
1.
RISMA
NUR IZZATI (17205153002)
2.
ANISA
ROCHIM (17205153006)
3.
LAYLI
BINTI .M. (17205153030)
4.
RAHMA
TRIMUKTI .M. (17205153043)
5.
AMALA
ZAIN INTAN .J. (17205153044)
JURUSAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH
FAKULTAS
TARBIYAH & ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
TAHUN
AJARAN 2015/2016
KATA
PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat
serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan
besar kita Nabi Muhammad SAW dan semoga kita akan selalu mendapat syafaatnya
baik didunia maupun di akhirat kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya penulis dapat
menyusun makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah“FILSAFAT
UMUM” yang berjudul“DEFINISI SERTA CIRI-CIRI BERFIKIR RADIKAL, BEBAS &
KOMPREHENSIF”
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak
penulisan makalah ini tidak mungkin terlaksana dengan baik.Oleh karena itu
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.
Bapak Dr. Mafthukin, M.Ag. selaku Rektor IAIN
Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di
IAIN Tulungagung ini.
2.
Bapak Abdul
Aziz Faradi, M. Hum. Selaku Dosen pengampu mata kuliah yang telah membimbing
dan mengarahkan kami dengan sabar agar mempunyai pemahaman yang benar mengenai
mata kuliah ini.
3.
Semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan penyusunan
makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi dan membuahkan ilmu yang maslahahfiidinniwadunyawalakhirah.
Tulungagung, 18 September 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
COVER................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah............................................................................................ 4
B.
Rumusan Masalah...................................................................................................... 5
C.
Tujuan Pembahasan Masalah..................................................................................... 5
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Definisi Serta Ciri-ciri
Berfikir Bebas........................................................................ 6
B.
Definisi Serta Ciri-ciri
Berfikir Radikal..................................................................... 8
C.
Definisi Serta Ciri-ciri
Berfikir Komprehensif........................................................... 10
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................................................ 11
B.
Saran.......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Filsafat atau philosophy dalam bahasa inggris, atau falsafah dalam bahasa arab merupakan istilah yang diwariskan dari
tradisi pemikiran Yunani Kuno. Filsafat secara harfiah berarti “cinta
kebijaksanaan”. Mendefinisikan filsafat tidaklah mudah, karena pengertian
filsafat yang ada adalah sejumlah pemikiran para filsosof yang memberikan
definisinya masing-masing, sehingga secara subjektif para filosof memiliki
pengertiannya masing-masing. Dengan demikian, definisi yang mereka buat saling
melengkapi. Berfikir merupakan hal yang lazim dilakukan oleh semua orang, tidak hanya dari
kalangan tertentu saja, tapi semua kalangan masyarakat. Tetapi tidak semua dari mereka yang menerapkan cara berfikir menurut filsafat dalam kehidupan sehari-harinya.
Berfikir
filsafat sangatlah penting untuk semua orang dalam rangka menjalani aktivitas
sehari-hari, atau untuk mencari solusi bagi sebuah permasalahan. Jika ditelaah
secara mendalam, begitu banyak manfaat, serta pertanyaan-pertanyaan yang
mungkin orang lain tidak pernah memikirkan jawabannya. Karena filsafat
merupakan induk dari semua ilmu.
Berfilsafat itu berarti berfikir, tapi berfikir itu
tidak berarti berfilsafat. Hal ini disebabkan oleh berfilsafat berarti berfikir artinya dengan bermakna dalam arti berfikir itu ada
manfaat, makna, dan tujuannya, sehingga mudah untuk direalisasikan dari berfikir itu karena sudah ada acuan dan tujuan yang pasti/sudah ada planning dan contohnya, dan yang paling
utama hasil dari berfikir itu
bermanfaat bagi orang banyak, tapi berfikir tidak
berarti berfilsafat, karena isi dari berfikir itu
belum tentu bermakna atau mempunyai tujuan yang jelas atau mungkin hanya
khayalan saja.
Filsafat membawa kita berfikir secara mendalam, maksudnya untuk mencari kebenaran substansial atau
kebenaran yang sebenarnya dan mempertimbangkan semua aspek, serta menuntun kita
untuk mendapatkan pemahaman yang lengkap.
Oleh karena itu disini kami
akan mencoba membahas tentang beberapa cara berfikir yakni berfikir secara
bebas, radikal, dan komprehensif.
B.
Rumusan Masalah
1.) Bagaimana Definisi serta Ciri-ciri
Berfikir Bebas?
2.) Bagaimana Definisi Serta Ciri-ciri
Berfikir Radikal?
3.) Bagaimana Definisi Serta Ciri-Ciri
Berfikir Komprehensif?
C.
Tujuan Pembahasan Masalah
1.) Untuk Mengetahui Definisi Serta
Ciri-ciri Berfikir Bebas
2.) Untuk Mengetahui Definisi Serta
Ciri-ciri Berfikir Radikal
3.) Untuk Mengetahui Definisi Serta
Ciri-ciri Berfikir Komprehensif
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Serta Ciri-ciri Berfikir Bebas
Berpikir secara bebas artinya berfikir sampai batas-batas yang luas, pemikiran
filsafati boleh dikatakan merupakan hasil pemikiran yang bebas.[1] Bebas dari prasangka-prasangka
sosial, historis, kultural ataupun religius. Berfikir dengan bebas itu bukan
berarti sembarangan, sesuka hati, atau anarkhi, sebaliknya bahwa berfikir bebas
adalah berfikir secara terikat. akan tetapi ikatan itu berasal dari dalam, dari
kaidah-kaidah, dari disiplin fikiran itu sendiri. Dengan demikian pikiran dari
luar sangat bebas, namun dari dalam sangatlah terikat.[2]
Ciri-ciri Berpikir Secara Bebas
§ Bebas dari prasangka-prasangka sosial,
historis, kultural ataupun religius.
§ Pikiran dari luar sangat bebas, namun dari
dalam sangatlah terikat.
Contoh Berpikir Secara Bebas
Sesungguhnya pengalaman masa lalu
dapat menjadi belenggu fikiran. Contohnya orang yang selalu dimarahi jika
berbuat kesalahan pada waktu kanak-kanak, jika kondisi ini terus berlanjut akan
menimbulkan trauma yang mengakibatkan gangguan emosi serta kehilangan
kreatifitas. Seseorang yang selalu gagal dalam pekerjaan akan merasa ragu
memulai pekerjaan dan usaha baru. Lalu bagaimana solusinya?. Berfikir Bebas, ya
berfikir bebas dari belenggu yang menghantui fikiran, takut salah, takut gagal,
dan sebagainya. Berfikir bebas artinya kita melepaskan diri dari asumsi-asumsi
yang tidak jelas. Kita harus prinsip bahwa Allah SWT telah menentukan Taqdir
atau ketentuan yang akan terjadi dengan izinNya. Hukum sebab akibat, adalah
salah satu penjelmaan dari sunnatullah sebagai bagian dari Taqdir Illahi. Jika berhati-hati akan selamat, jika
ceroboh maka akan celaka. Itulah contoh hukum
kehidupan. Kesimpulannya, berfikir bebas adalah berfikir mengikuti sunnatullah.
Oleh karena itu tirulah sikap burung yang terbang bebas kemana saja, mengikuti
kehendak hatinya. tidak pernah khawatir dengan apa yang akan terjadi.
Contoh lain yaitu misalnya seorang anak bebas untuk melanjutkan pendidikanya, bebas
memilih universitas tempat ia akan memperdalam ilmu, bebas mengambil program
studi, bebas mengambil spesialis, bebas
mempelajari berbagai ilmu, dan sebagainya.
Cara
berfikir Bebas yakni sebagai berikut:
1. Keluar
dari zona aman. Setiap orang cenderung menikmati
dan terbuai akan zona aman yang sudah dimilikinya pada saat ini, namun itu akan
menjadi penghalang dari sebuah inovasi. Karena pada saat seseorang menikmati
posisinya di dalam kotak yang ia anggap sudah sangat nyaman, ia tidak akan
pernah bisa melihat adanya peluang
di luar sana untuk menemukan suatu terobosan baru atau sebuah peningkatan atas
level hidupnya. Maka itu jika seseorang ingin bisa melihat dan berpikir di luar
kebiasaan dan kerangka masalah yang ada, beranikan diri untuk keluar dari zona
aman.
- Tinggalkan keraguan. Seringkali keraguan berhasil membuat seseorang kembali berpikir di dalam kotak, karena adanya keraguan apakah hal-hal yang ada di luar kotak itu benar akan membawa peningkatan dalam kehidupan, apakah hal-hal di luar kotak bisa memberikan suatu inovasi baru dalam pekerjaan. Keragu-raguan itu harus ditinggalkan, sebab perlu diketahui bahwa tidak ada satupun hal di dunia ini yang tidak memiliki resiko. Jika seseorang ingin mengalami peningkatan dan terobosan dalam hidup, maka selain mulai keluar dari zona aman tersebut, yakinlah untuk memanjat kotak tersebut, dan segeralah keluar dari dalamnya, maka hal-hal baru yang tidak pernah terbayangkan akan ditemui.
- Dengarkan orang lain, terbuka, dan menerima. Orang-orang yang berpikir di dalam kotak adalah orang-orang yang tidak pernah mau menerima ide-ide yang bermunculan di sekitarnya. Mereka selalu memandang ide-ide tersebut tidak akan bekerja. Oleh karena itu, seorang yang mau untuk berpikir di luar kotak harus memiliki kerendahan hati untuk membuka dirinya, menerima pendapat dan ide-ide dari orang lain, kemudian mengolah nya dengan cara-cara di luar kerangka berpikir yang pada umumnya.
- Keterbukaan untuk melakukan hal yang berbeda,dan melakukan suatu hal dengan cara yang berbeda. Albert Einstein mengatakan “Hanya orang-orang gila yang mengharapkan hasil berbeda akan tetapi menggunakan cara-cara yang sama."
B. Definisi
Serta Ciri-ciri Berfikir Radikal
Berfikir Radikal artinya berfikir sampai ke akar persoalan. Hal itu bisa
dilakukan dengan cara bertanya terus-menerus hingga mendapat suatu jawaban yang
lebih hakiki. Juga, menghubungkan satu konsep atau gagasan dengan yang lainnya,
menanyakan “mengapa?” dan mencari jawaban yang lebih baik di banding dengan
jawaban yang sudah tersedia pada pandangan pertama. Filsafat sebagai bentuk
perenungan mengupayakan suatu kejelasan, keruntutan, dan keadaan memadainya
pengetahuan agar kita dapat memperoleh pemahaman yang menyeluruh (holistis) dan
komprehensif. Sejumlah tindakan dan lontaran pengetahuan, wacana, ucapan, dan
tulisan pasti berangkat dari akar pemahaman terhadap kehidupan cara mendasar di
sadari atau tidak. Pandangan itu bisa di ungkap sampai ke akarnya jika kita
mampu membongkar sejumlah asumsi-asumsi sampai menemukan apa landasan
filsafatnya. [3]
Salah satu ciri filsafat yang mudah dilihat
ialah kebenarannya hanya diukur dengan kelogisan
argumennya, ia tidak dapat diukur secara empiris. Di dalam buku-buku filsafat
sering sekali dikatakan bahwa filsafat adalah pemikiran yang mendalam,
yang radikal (dari kata Yunani radix
yang berarti akar), tentang sesuatu. Maka yang dimaksud mendalam atau radikal
ialah berpikir tentang sesuatu yang tidak empiris, misalnya tentang Tuhan,
tentang adil, berani, penakut, makmur, atau tentang hukum yang mengatur jeruk
selalu berbuah jeruk[4].
Filsafat mengajar substansi dalam kebenaran dan
kebenaran substansi. Oleh karena itu, yang ditemukan adalah hakikat kebenaran
dan kebenaran hakiki tentang segala sesuatu. Hakikat merupakan istilah yang
menjadi ciri khas filsafat. Hakikat adalah pemahaman atau hal yang paling
mendasar. Jadi, filsafat tidak hanya berbicara tentang wujud atau materi
bagaimana ilmu pengetahuan, tetapi berbicara makna yang terdapat dibelakangnya.
Dalam filsafat, hakikat tersebut sebagai akibat dari berpikir radikal. [5]
Ciri-ciri Berpikir Secara Radikal
Menukil sampai kepada inti atau akar
permasalahan, atau sampai ujung batas yang sesudahnya tidak ada lagi objek serta ruang
gerak yang dipikirkan, karena memang sudah habis dikerjakannya. [6]
Contoh dari Berpikir Secara Radikal
Contoh
ilustrasi berpikir secara radikal yaitu, ketika rapat penetapan standar kompetensi sebuah mata pelajaran
yang akan digunakan sering kali terjadi perbedaan pendapat dari forum, sehingga
sering kali tidak mendapat jalan keluarnya. Untuk memecahkan masalah seperti
ini forum harus mencoba berfikir sampai ke akar-akarnya tentang tujuan
kompetensi lulusan yang akan dicapai. Diharapakan dengan berfikir seperti ini
akan lebih menyatukan pendapat dan menyamakan tujuan yang tadinya masih berbeda
pemahaman.
C.
Definisi
Serta Ciri-ciri Berfikir Komprehensif
Berasal dari kata
"to comprehend" yang
artinya benar-benar memahami sesuatu. Komprehensif artinya mencakup atau menyeluruh. Berpikir
secara Komprehensif merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta
secara keseluruhan. Berfikir
secara menyeluruh, artinya melihat objek tidak hanya dari satu sisi sudut
pandang, melainkan secara multidimensional. Maksudnya banyak dengan pola
berpikir dan bertindak (pandangan).
Komprehensif maksudnya adalah bahwa tak ada
segala sesuatu yang beredar di luar jangkauannya. Jika tidak, filsafat akan
dianggap berat sebelah dan tidak memadai. Dalam hal ini, pikiran filsafat
adalah suatu pemikiran yang sistematis karena menjelaskan keterkaitan antara
gagasan pikiran yangh saling mendukung dan menghasilkan penjelasan yang utuh
tentang kehidupan.
Berpikir filsafat secara komprehensif yaitu
dalam berpikir filsafat, hal, bagian atau detail-detail yang dibicarakan harus
mecakup secara menyeluruh sehingga tidak ada lagi bagian-bagian yang tersisa
ataupun yang berada diluarnya.
Ciri-Ciri Berpikir Secara Komprehensif
§ Menjelaskan alam
semesta secara keseluruhan
§ Hasil pemikiran yang
bebas
§ Bertanggung jawab
Contoh Berfikir Secara Komprehensif
Misalnya untuk memperoleh gelar spesialis
kandungan, seorang harus memulai pendidikan secara runtut, yaitu mulai dari
pendidikan dokter, profesi, hingga kespesialis. Dokter spesialis kandungan
harus memahami seluruh bagian dari anatomi tubuh wanita, tidak hanya bagian
tertentu saja. Dokter kandungan juga mempelajari semua bidang yang ada
dikedokteran, tidak hanya mempelajari satu bidang saja.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berpikir
secara bebas artinya berfikir sampai batas-batas yang luas. Ciri berpikir bebas yaitu bebas dari prasangka-prasangka sosial,
historis, kultural ataupun religius. Contoh berpikir bebas misalnya seorang dokter
bebas melanjutkan pendidikanya.
Berpikir radikal yaitu berpikir
sampai ke akar-akarnya, hingga sampai pada hakikat atau substansi yang
dipikirkan. Ciri berpikir radikal antara lain menukil sampai kepada inti atau akar permasalahan. Contoh berpikir radikal misalnya
Berpikir bebas artinya Bebas dari prasangka-prasangka
sosial, historis, kultural ataupun religius.
Berpikir Komprehensif yaitu melihat objek tidak hanya dari
satu sisi sudut pandang, melainkan secara multidimensional.Ciri berpikir komprehensif Menjelaskan alam
semesta secara keseluruhan, Hasil pemikiran yang bebas, dan Bertanggung jawab.
Contoh berpikir komprensif misalnya untuk memperoleh gelar spesialis kandungan,
seorang harus memulai pendidikan secara runtut, yaitu mulai dari pendidikan
dokter, profesi, hingga spesialis.
B. Saran
Saran
kami, Sebagai Mahasiswa kita dituntut untuk selalu berfikir, tetapi bukan hanya
sekedar berfikir saja tetapi sebaiknya kita juga hendaknya menerapkan ketiga
cara berfikir tadi yakni berfikir secara bebas, radikal dan komprehensif karena
itulah yang membedakan antara kita orang yang berpendidikan tinggi dan sebagian
orang diluar sana yang tingkat pendidikannya masih rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta Selatan: Gaya Media
Pratama.
Tafsir, Ahmad. 2003. Filsafat Umum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Abdul Hakim,Atang, dkk. 2008. Filsafat Umum. Bandung: CV Pustaka
Setia.
Muzairi. 2009. Filsafat Umum. Yogyakarta: Teras.
Soyomukti,Nurani. 2011. Pengantar Filsafat Umum. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
http://edukonten.blogspot.com/2010/11/ciri-ciri-berfikir-filsafat.html, (diakses Pada Pukul 10.30, 18 September 2015)
[2] http://edukonten.blogspot.com/2010/11/ciri-ciri-berfikir-filsafat.html, diakses pada pukul 09.23, 18 september 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar