Sabtu, 08 April 2017

SBK : Observasi "Batik Gajah Mada Tulungagung" (Semester 3)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
 Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak pulau, setiap pulau memiliki suku bangsa yang berbeda, membuat kebudayaan Indonesia menjadi beraneka ragam. Kebudayaan tersebut sangat bermacam-macam, mulai dari teknologi, bahasa, kesenian, dongeng, atau tradisi daerah yang beragam. Salah satu wujud dari kebudayaan tersebut adalah batik.
Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang hampir diseluruh wilayahnya memiliki batik dengan ciri atau motif khas nya.Batik sebagai bagian dari hasil seni budaya muncul dengan berbagai macam ragam hias dan motif sesuai dengan kondisi geografis, sifat tata penghidupan, kepercayaan, adat istiadat, dan keadaan alam flora-fauna daerah masing-masing. Salah satu wilayah produsen batik yang masih berkembang hingga saat ini yaitu kabupaten Tulungagung. Tulungagung memiliki beberapa sentra batik diantaranya adalah, batik Gajah Mada, dan batik Barong gong yang terletak di Kecamatan Kauman Kota Tulungagung. Penulis memilih Batik Gajah Mada sebagai sentra batik yang dikaji dalam observasi kerajianan ini.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah berdirinya perusahaan batik Gajah Mada?
2.      Bagaimana jenis dan proses pembuatan batik?
3.      Bagaimana cara pemasaran batik Gajah Mada?
4.      Bagaimana ciri khas batik Gajah Mada?



C.    Tujuan
1.      Untuk memahami sejarah berdirinya perusahaan batik Gajah Mada.
2.      Untuk memahami jenis dan proses pembuatan batik.
3.      Untuk memahami cara pemasaran batik gajah mada.
4.      Untuk memahami ciri khas batik Gajah Mada.



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Sejarah Berdirinya Batik Gajah Mada
Berawal dari Ibu Munganah, beliau adalah istri dari bapak Danu Mulya. Ibu Munganah dari kecil dulunya senang dengan membatik. Selain karena hobinya membatik, faktor lingkungan juga mendukung. Dimana di daerah Mojosari ini lingkungan orang-orang membatik.. Jadi, hampir semua rumah itu memiliki usaha membatik, ini bisa disebut home industri. Pada masa pemerintahan Soeharto Indonesia terkena krisis moneter. Pada saat itu batik pernah jatuh. Para pembatik di daerah Mojosari gulung tikar. Begitu juga dengan ibu Munganah yang dulunya pernah gulung tikar. Melihat kondisi seperti ini ibu Munganah tambah memiliki semangat baru, dimana ibu Munganah berfikir bahwa aku memiliki kerajinan batik. Kenapa harus mengganti dengan yang lain. Dari situ ibu Munganah mengumpulkan para tetangga sekitarnya yang bisa membatik untuk mengerjakan batik kemudian nantinya barang tersebut dipasarkan langsung ke toko-toko.
Batik Gajah Mada ini didirikan pada tahun 1979. Pendiri dari batik Gajah Mada adalah Bapak Danu Mulya dan Ibu Munganah. Dulu Ibu Munganah memiliki modal awal dari penjualan sepeda motornya. Pada saat itu sepeda motornya terjual dengan harga Rp. 1.500.000,00. Dari penjualan sepeda motor tersebut dibelikan kain mori mendapat 1ps. 1 ps itu 14 potong, lilin, dan obat untuk batiknya. Setelah bahan-bahannya didapat, selanjutnya bahan diambil para tetangga untuk membatik.
Pada tahun 80-an Bapak Danu dan Ibu Munganah mendapat pelatihan dari Pemerintah Tulungagung yang mendatangkan pengrajin batik yang sudah mahir seperti dari Solo yaitu Yogyakarta. Dari situ Bapak Danu dan Ibu Munganah diajari cara mengelola berbagai macam warna. Dimana dulu pada saat itu batik Gajah Mada hanya bisa mewarna dengan warna hitam dan coklat. Dari pelatihan itu Bapak Danu dan Ibu Munganah diajarkan bagaimana cara memadukan warna. Pada tahun 1901 batik Gajah Mada pernah mengisi pameran di Tulungagung sampai juga di luar kota. Dari pameran itu kita sudah mengenal batik printing / batik cetak. Pada tahun 1901, Bapak Danu dan Ibu Munganah pernah mendapatkan Tander seragam Purnawirawan ABRI untuk satu Indonesia. Mulai dari situ batik mulai meningkat. Dari situ Ibu Munganah mulai menambah karyawannya sampai sekarang ada sekitar 70 karyawan.
Motif sekar jagad dan lereng umbak banyu adalah motif batik yang dibuat berkali-kali oleh perusahaan batik Gajah Mada. Sekarang batik Gajah Mada sudah memiliki 200-an motif batik yang diantaranya batik sekar jagad, lereng umbak banyu, cucak rowo, sido luhur, sido mukni, dan lainnya. Nama-nama motif dari batik tersebut tidak sembarangan diambil begitu saja. Tetapi, nama-nama motif tersebut terdapat sejarahnya, seperti contoh batik motif sekar jagat. Dulu Tulungagung terkenal dengan daerah banjir. Dimana dulu alon-alon Tulungagung pernah mengalami banjir. Karena peristiwa tersebut hingga nampak alon-alon seperti rawa-rawa. Di dalam rawa-rawa tersebut terdapat kupu-kupu, enceng gondok, ikan, dan lain-lain. Dari situ gambar-gambar tersebut dituangkan ke dalam kain batik dan menjadi batik motif sekar jagat.
Nama Gajah Mada ini diperoleh dari nama jalan atau nama gang menuju rumah Ibu Munganah yaitu Gajah Mada. Ibu Munganah memilih nama Gajah Mada ini supaya masyarakat dengan mudah mengenal dan mengingat batik Gajah Mada tersebut.

B.       Jenis dan Proses Pembuatan Batik
Pada perusahaan batik gajah mada memiliki 3 jenis batik, yaitu batik tulis, batik cap dan bati printing. Di sini akan di jelaskan bahan dan cara membuat batik tulis, batik cap dan batik printing sebgai berikut:
1.      Teknik Pembuatan Batik Tulis
Proses pembuatan batik tulis adalah proses yang membutuhkan tehnik, ketelitian, dan kesabaran yang tinggi.  Hal ini disebabkan oleh segala sesuatu proses pembuatannya dikerjakan manual dengan menggunakan tangan terampil manusia (ditulis) tanpa menggunakan mesin. Karena tehnis segala sesuatunya dilakukan secara manual maka harga batik tulis merupakan salah satu jenis batik yang termahal dari semua jenis batik. Harga batik tulis di gajah ada ini 1 meternya sekitar Rp 250.000-. Proses pembuatan batik tulis tidak jarang membutuhkan waktu hingga 1 bulan pengerjaan.  Sebelum kita belajar tehnik pembuatan batik tulis, ada baiknya kita ketahui dahulu bahan-bahan yang digunakan pada proses pembuatan batik tulis.
Bahan pembuatan batik tulis sebagai berikut:
a)        Canting, adalah alat tulis lilin yang digunakan untuk menutupi pola dan motif batik. Jadi fungsinya seperti pensil untuk lilin
b)        Pensil pola
c)        Kain mori putih yang biasanya kain sutera atau kain katun
d)       Lilin malam (wax)
e)        Kompor atau alat pemanas lilin malam (wax)
f)          Bahan pewarna kain
g)        gawangan

Canting merupakan Alat untuk menulis/ menggambar diatas kain dalam proses membatik.  Canting terbuat dari tembaga dengan gagang dari bambu.  Ujung dari canting atau biasa disebut cucuk, mempunyai lubang yang bervariasi, sehingga bisa menentukan besar kecilnya motif
Wajan/nyamplung adalah tempat ini sebagai tempat menampung canting disebut sebagai nyamplung.  Nyamplung sebagai tempat cairan malam/ lilin.
Nyanting merupakan teknik batik tulis dilakukan dengan menorehkan cairan malam/ lilin melalui media canting tulis.  Proses pembuatan batik tulis malam/ lilin hamper serupa dengan proses pembuatan batik cap.  Cairan malam / lilin harus tetap terjaga pada kondisi suhu 70 derajat celcius.  Dengan menggunakan canting tulis cairan malam diambil dari nyamplung.  Cucuk canting harus berlubang, sehingga perlu ditiup agar membran cairan terbuka.  Setelah itu cairan malam baru dioleskan sesuai motif yang telah digambar di kain mori dengan pensil.
 Dalam proses pembuatan batik tulis kita harus menyiapkan terlebih dahulu kain mori terbentang, mengambar sketsa motif batik yang akan dibuat dengan menggunakan pensil, kemudian menorehkan cairan malam/ lilin dengan warna dengan menggunakan canting tulis secara teliti dan hati-hati.  Apabila kain mori telah selesai digambar dengan cairan malam/ lilin, selanjutnya dilakukan proses pewarnaan, lorot malam, membilas soda, dijemur, dan disetrika.
Proses Detail Pembuatan Batik Tulis
1)   menyiapkann kain mori, kemudian dibuat motif diatas kain tersebut dengan menggunakan pensil.
2)   Setelah motif selesai dibuat,meletakkan kain pada gawangan.
3)   menyalakan kompor/ anglo, meletakkan malam/ lilin ke dalam wajan/ nyamplung, dan memanaskan  wajan dengan api kecil sampai  malam/ lilin mencair sempurna.  Untuk menjaga agar suhu kompor/ anglo stabil biarkan api tetap menyala kecil.
4)   Tahap selanjutnya, menutupi kain dengan malam/ lilin pada bagian-bagian yang akan  tetap berwarna putih (sama dengan warna dasar kain).  Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar.  Proses ini bertujuan agar pada saat pencelupan bahan/ kain kedalam larutan pewarna bagian yang diberi lapisan malam/ lilin tidak terkena pewarna.
5)   Pada proses membatik dimulai dengan mengambil sedikit malam cair dengan menggunakan canting, tiup-tiup sebentar biar tidak terlalu panas kemudian menoorehkan/ goreskan canting dengan mengikuti motif.  Dalam proses ini harus dilakukan dengan hati-hati agar jangan sampai malam yang cair menetes diatas permukaan kain, karena akan mempengaruhi hasil motif batik.
6)   Setelah semua motif yang tidak ingin diwarna atau diberi warna yang lain tertutup oleh malam/lilin, selanjutnya dilakukan proses pewarnaan.  menyiap bahan  pewarna di dalam ember, kemudian celupkan kainnya ke dalam larutan pewarna.  Proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh malam/ lilin.  Pewarnaan dilakukan dengan cara mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu.  Kain dicelup dengan warna yang dimulai dengan warna-warna muda, dilanjutkan dengan warna lebih tua atau gelap pada tahap berikutnya.
7)   Setelah dicelupkan dalam pewarna, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
8)   Setelah kering dilakukan proses pelorodan, proses tehnik “pelorodan” dilakukan dengan cara lilin dikerik dengan pisau, kemudian kain di rebus bersama-sama dengan air yang telah diberi soda abu, Kain yg telah berubah warna tadi direbus dalam air panas.  Proses ini bertujuan untuk menghilangkan lapisan malam/ lilin sehingga motif yg telah digambar menjadi terlihat jelas.  Apabila diinginkan beberapa warna pada batik yg kita buat, maka proses dapat diulang beberapa kali tergantung pada jumlah warna yg kita inginkan.
9)   Setelah kain bersih dari malam/ lilin dan dikeringkan, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan malam/ lilin menggunakan alat canting untuk menahan warna berikutnya.
10)    selanjutnya proses pencelupan warna yang kedua, dengan memberikan malam/ lilin lagi, pencelupan ketiga dst.  Misalkan dalam satu kain diinginkan ada 5 warna maka proses diatas tadi diulang sebanyak jumlah warna yg diinginkan berada dalam kain tsb satu persatu  lengkap dengan proses membuka/nglorot dan menutup malam/ lilin dilakukan berulang kali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.
11)    Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke campuran air dan soda ash untuk mematikan warna yang menempel pada batik, dan menghindari kelunturan.
12)    Proses terakhir adalah mencuci /direndam air dingin dan dijemur sebelum dapat digunakan dan dipakai
2.      Teknik Pembuatan Batik Cap
Proses pembuatan batik cap tidak seperti proses pembuatan batik tulis dalam proses pembuatannya menggunakan canting, pada proses pembuatan batik cap alat yang digunakan yaitu cap berupa stempel besar yang terbuat dari tembaga yang sudah didesain dengan motif tertentu dengan dimensi 20 cm x 20 cm.
Bahan pembuatan batik cap sebagai berikut:
a)      Cap berupa stempel
b)      Meja berukuran 1 m x 1m
c)      Kain mori putih yang biasanya kain sutera atau kain katun
d)     Lilin malam (wax)
e)      Kompor atau alat pemanas lilin malam (wax)
f)       Bahan pewarna kain

Proses Pembuatan batik cap adalah sebagai berikut :
1)   Kain mori diletakkan di atas meja  yang berukuran 1 m x 1m datar yang telah dilapisi dengan alas yang lunak.
2)   Malam/ lilin direbus hingga mencair dan dijaga agar suhu cairan malam ini tetap dalam kondiri 60 sampai dengan 70 derajat Celcius.
3)   Cap lalu dimasukkan kedalam cairan malam tadi dengan mencelupkan kurang lebih yang 2 cm tercelup cairan malam pada  bagian bawah cap.
4)   Cap kemudian diletakkankan dan ditekankan dengan kekuatan yang cukup di atas kain mori yang telah disiapkan tadi, Cairan malam/ lilin dibiarkan meresap ke dalam pori-pori kain mori hingga tembus ke sisi lain permukaan kain mori.ngecap
5)   Setelah proses cap selesai, kain mori selanjutnya akan akan masuk ke  proses pewarnaan, dengan cara mencelupkan kain mori ini ke dalam tangki yang berisi warna.                                                                                                                                                                                               
6)   Cairan malam/ lilin telah terserap pada permukaan kain, tidak akan terkena dalam proses pewarnaan ini.  Setelah proses pewarnaan selesai, dilanjutkan dengan proses berikutnya yaitu penghilangan berkas motif cairan malam melalui proses penggodogan atau ngelorot.  Sehingga akan nampak dua warna, yaitu warna dasar asli kain mori berasal dari mori yang tertutup malam/ lilin, dan warna setelah proses pewarnaan yang dilakukan.  bila akan diberikan kombinasi pewarnaan lagi, maka harus dimulai lagi dari proses penge-cap-an cairan malam – pewarnaan – penggodogan lagi.Sehingga diperlukan proses berulang untuk setiap warna.  Hal yang menarik dari batik cap adalah pada proses perkawinan warna, karena permukaan kain mori yang telah diwarna sebelumnya akan diwarna lagi pada proses pewarnaan berikutnya, sehingga perlu keahlian khusus dalam proses pemilihan & perkawinan warna.                                                                                                                                                                                    
7)   Proses terakhir dari pembuatan batik cap adalah proses pembersihan dan pencerahan warna dengan soda.
8)   Selanjutnya dikeringkan dan disetrika.

3.      Teknik Pembuatan Batik Printing
Batik printing atau batik sablon adalah jenis batik baru yang mana cara pembuatannya melalui proses sablon manual atau printing mesin pabrik. Seperti namnaya, teknik pembuatan batik ini sama sperti pembuatan spanduk hanya saja bedanya adalah pada bahan warna yang digunakan.
Berikut adalah peralatan yang digunakan:
a)    Desain dalam ukuran satu bahan
b)   Plankan yang digunakan untuk batik adalah plankan dengan pori-pori lebih besar, berbeda dengan planan untuk spanduk atau kaos.
c)    Pewarna, kain mori dan valet
d)   Meja panjang beruuran 16 m
e)    Obat batik dan kain yaitu manotek


Berikut langkah-langkah proses pembuatannya:
1)   menyiapkan desain
2)   menyeetak desain dalam plankan. Jumlah plankan yang dibutuhkan adalah sesuai dengan jumlah warna yang akan digunakan
3)   Siapkan kain mori dasar yang akan disablon, dengan posisi kain mori yang kencang.
4)   metakan plankan diatas kain, lalu tuangkan pewarna dan tarik pewarna dari ujung plankan ke ujung plankan lainya dengan valet
5)   Keringkan kain mori yang telah diberikan warna
6)   Ulangi langah di atas, untuk setiap perbedaan warna dan desain
Berbeda dengan batik cap, batik printing ini hanya satu sisi kain mori saja yang mengalami proses pewarnaan. Sehingga warna dari batik printing ini relatif lebih mudah pudar. Dengan teknik pembuatannya yang bisa dikatakan tidka rumit, makan jenis batik ini dapat diproduksi dalam jumlah besar karena tidak melalui proses penempelan lilin dan pencelupan seperti batik pada umumnya.
Kelebihan dai batik printing adalah kecepatan dalam produksinya, karena sekali cetak satu warna hanya membutuhkan waktu 5 menit dengan hasil sesuai dengan ukuran plankan yang digunakan. Selain itu motif batiknya pun bisa lebih detail. Tekik batik printing umumnya digunakan oleh produsen batik untuk memenuhi pakaian dalam jumlah yang cukup besar, sehingga biasa produksinya bisa lebih hemat.

C.      Cara Pemasaran Batik Gajah Mada
Batik Gajah Mada ini dipasarkan lewat toko-toko melalui sales. Selain itu batik Gajah Mada juga memiliki web yaitu www.batikgajahmada.com. Dari situ semua motif batik Gajah Mada dapat diketahui. Pada batik Gajah Mada pernah menerima pesanan dari Syaiful Anwar, awalnya orang tersebut belum pernah ke galeri Gajah Mada. Awalnya hanya melihat di web Gajah Mada. Pada web tersebut terdapat nomor Hp Bapak Danu Mulyo. Kemudian dia menelpon pihak Gajah Mada. Kemudian dirasa cocok, beliau datang ke galeri melihat langsung barang yang ada. Pada tahun kemarin kita menerima 900 potong seragan dari bapak Syaiful Anwar. Ada juga cara pemesanannya bekerja sama dengan galeri-galeri yang besar di Jawa seperti Sidoarjo, Jawa Timur di UMKM. Selain itu batik Gajah Mada juga bekerja sama dengan batik Wirota dan batik keris. Dimana hasil dari batik Gajah Mada dikirimkan kepada dua batik tersebut.
Dari berbagai cara pemasaran batik Gajah Mada tersebut penghasilan per bulannya kurang lebih 150-200 juta.

D.      Ciri Khas Batik Gajah Mada
Pada batik Gajah Mada ini dominan warna gelap. Disini dosis pewarnaannya tinggi. Jadi, kualitas warna yang dihasilkan juga bagus. Untung warna terang jika dipakai, memakai obat pewarna yanag nomor 1. Ini bertujuan agar menjaga kualitas warna yang dihasilkan pada kain batik nanti. Pemberian warna dengan dosis warna yang tinggi nomor 1ini menjaga keawetan warna tersebut. Meskipun kainnya sudah lencu, tetapi warna pada batik tersebut tidak akan mudah memudar. Inilah ciri khas dari batik Gajah Mada.



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
  Berawal dari Ibu Munganah, beliau adalah istri dari bapak Danu Mulya. Ibu Munganah dari kecil dulunya senang dengan membatik. Selain karena hobinya membatik, faktor lingkungan juga mendukung. Dimana di daerah Mojosari ini lingkungan orang-orang membatik.
Pada perusahaan batik gajah mada memiliki 3 jenis batik, yaitu batik tulis, batik cap dan bati printing.
Cara pemasaran batik gajah mada lewat sales, media online hiingga datang ke galeri Batik Gajah Mada.
Pada batik Gajah Mada ini dominan warna gelap. Disini dosis pewarnaannya tinggi.

B.       Kritik dan Saran
Kami sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kami dengan senang hati menerima kritik maupun saran yang membangun dari para pembaca sekalian, agar makalah yang akan datang bisa lebih baik dari sebelumnya.










LAMPIRAN
Foto saat proses wawancara bersama narasumber di Galeri Batik Gajah Mada
 

 
Foto proses pembuatan batik tulis
 















Foto proses pembuatan batik cap
 
Foto stampel motif yang digunakan dalam pembuatan batik cap
 


Foto proses pembuatan batik printing
Foto proses pencucian dan pewarnaan batik
 



Foto bersama narasumber Ibu Dwi Andarwati
 














DAFTAR PUSTAKA












Biodata Narasumber
1.      Nama         : Dwi Andarwati
2.      TTL           : Kebumen, 09 Maret 1986
3.      Alamat      : Ds. Mojosari, Kec. Kauman, Kab. Tulungagaung
4.      Jabatan      : Administrasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar