Sabtu, 15 September 2018

SBK: Observasi Kesenian Jaranan (Semester 3)



KESENIAN JARANAN


MAKALAH HASIL PENELITIAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Seni Budaya dan Keterampilan MI/SD
Yang dibina oleh Dra. Selasih Rini




unnamed (7)
 













Oleh:
Kelompok 1
1.      Risma Nur Izzati                        (17205153002)
2.      Tria Anggari Saputri                  (17205153009)
3.      Lina Jinatul Falah                       (17205153015)
4.      Fita Arinda                                 (17205153029)
5.      Sinta Ika Windarwati                 (17205153032)
6.      Miftah Adhani                           (17205153037)
7.      Widayatul Fitriani                      (17205153045)
8.      Rahayu Septi Nur Azizah          (17205153045)





PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
September  2016



KATA PENGANTAR
Assalamualaikum1.png
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt.yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta  salam  semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad saw.dan semoga kita akan selalu mendapat syafaatnya baik didunia maupun di akhirat kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya  penulis dapat  menyusun makalah hasil penelitian ini untuk memenuhi  tugas mata kuliah Seni Budaya dan Keterampilan Mi/SD yang berjudul KESENIAN JARANAN.
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak penulisan makalah ini tidak mungkin terlaksana dengan baik.Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.        Dr. Mafthukin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di IAIN Tulungagung ini,
2.        Dra. Selasih Rini, selaku Dosen pengampu mata kuliah Seni Budaya dan Keterampilan MI/SD yang telah membimbing dan mengarahkan kami dengan sabar agar mempunyai pemahaman yang benar mengenai mata kuliah ini,
3.        Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membuahkan ilmu yang maslahahfiidinniwadunyawalakhirah.

Tulungagung, 22 September 2016



      Penulis


DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang..................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.       Tujuan Pembahasan.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.      Pengertian Kesenian Jaranan................................................................ 3
B.       Sejarah Kesenian Jaranan...................................................................... 4
C.       Kostum dalam Kesenian Jaranan.......................................................... 6
D.      Alat Musik dalam Kesenian Jaranan..................................................... 12
E.       Struktur Pertunjukan Kesenian Jaranan................................................ 17
BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan........................................................................................... 22
B.       Saran..................................................................................................... 22
LAMPIRAN................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 27




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Di era modern seperti sekarang ini, semua lapisan masyarakat khususnya generasi muda di Indonesia ini sudah mulai lupa akan kesenian lokal yang ada di sekitarnya, salah satunya kesenian jaranan yang berasal dari daerah jawa. Sekarang ini mereka hanya memandang kesenian jaranan sebagai sebuah tontonan yang muncul pada peringatan tujuh belasan. Selama ini juga, kesenian jaranan selalu diidentikkan dengan unsur-unsur mistisnya saja, karena dalam perjalanannya selama ini, pertunjukkan jalanan selalu diwarnai dengan kejadian “ndadi” (kerasukan) yang sebagian besar menimpa para pemainnya. Padahal dibalik asumsi itu semua, kesenian jaranan mengandung unsur agamis terutama pada asal-usul diciptakannya kesenian itu sendiri.
Oleh karena itu kami rasa perlu untuk meluruskan hal ini, dengan menjelaskan sejarah sejarah mengenai kesenian jaranan serta makna-makna yang tertuang di dalam setiap gerakan tarian jaranan itu sendiri, kami harap masyarakat bisa merubah pandangan negatifnya terhadap salah satu warisan budaya Indonesia ini. Selain itu, saat ini kesadaran masyarakat untuk melestarikan kesenian jaranan dipandang sangat jauh dari kata peduli, menginngat rendahnya minat dari warga sekitar khususnya anak-anak sebagai generasi penerus bangsa untuk mempelajari kesenian jaranan ini dari sang empunya yakni Mbah Loso. Oleh karena itu, diharapkan dari adanya observasi ini kita sebagai agen perubahan mampu memberikan solusi untuk menarik minat semua kalangan untuk mempelajari kesenian jaranan.





B.       Rumusan Masalah
1.        Bagaimana pengertian kesenian jaranan?
2.        Bagaimana sejarah kesenian jaranan?
3.        Bagaimana kostum dalam kesenian jaranan?
4.        Bagaimana alat musik dalam kesenian jaranan?
5.        Bagaimana struktur pertunjukkan kesenian jaranan?

C.      Tujuan Pembahasan
1.        Untuk menjelaskan pengertian kesenian jaranan.
2.        Untuk menjelaskan sejarah kesenian jaranan.
3.        Untuk menjelaskan kostum dalam kesenian jaranan.
4.        Untuk menjelaskan alat musik dalam kesenian jaranan.
5.        Untuk menjelaskan struktur pertunjukkan kesenian jaranan.


















BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Kesenian Jaranan
Seni jaranan bisa diartikan sebagai suatu kesenian yang dalam pelaksanaannya properti utama yang digunakan adalah Kuda buatan atau yang masyarakat jawa biasa sebut dengan “Jaranan”. Adapun mengenai bahan baku properti tersebut sangat beragam dan bergantung pada kreativitas masyarakat daerah pendukungnya. Adapun mengenai pemilihan Kuda bukannya tanpa makna. Dalam budaya Jawa,Jaran/Kuda merupakan binatang simbol kekuatan, lambang keperkasaan, dan lambang kesetiaan. Ketika manusia menggunakan kuda sebagai kendaraannya, maka manusia digambarkan sedang berjuang menempuh kehidupannya untuk mencapai tujuan hidupnya.
Jaranan menggambarkan  perjuangan seorang manusia dalam meniti kehidupan. Dalam memperjuangkan hidup ini, pastinya seseorang tidak akan pernah lepas dari yang namanya tantangan ataupun godaan yang mencoba untuk menjerumuskan kita ke dalam jurang kesalahan. Tantangan atau godaan yang ditemui oleh seseorang di dalam kehidupan ini digambarkan di dalam kesenian jaranan manakala sang penari diganggu oleh perwujudan setan yang diumpamakan dengan penari topeng (thethek melek) yang berwajah menyeramkan dengan gerakan tariannya sengaja mengecoh penari agar berbuat kesalahan.
Tak jarang dalam menghadapi godaan tersebut pada titik terlemah manusia, kita terhanyut olehnya dan cenderung untuk terbuai di dalamnya. Di titik tersebut kita tidak sadar bahwa yang kita perbuat itu merupakan suatu hal yang salah. Dalam tarian tersebut hal ini diwujudkan manakala sang penari yang hanyut oleh thethek melek dan kemudian mengalami kesurupan. Sebenarnya tidak harus kesurupan sungguhan tetapi cukup ekspresi saja. Untuk mengingatkan manusia bahwa kelak apa yang kita perbuat di dunia ini entah itu baik ataupun buruk kelak pasti akan mendapat ganjaran yang setimpal pada hari pembalasan. Dalam jaranan hal ini disimbolkan dengan angkara murka yang diperankan dengan tari barong dan celeng  dengan maksud menggambarkan hari pembalasan.
Selama ini banyak orang salah paham dalam memaknai seni jaranan ,mereka beranggapan bahwa pelaku jaranan pemuja roh hewan seperti roh kuda. Anggapan itu salah, simbol kuda hanya diambil guna melambangkan semangat untuk memotifasi hidup saja. Ada juga yang beranggapan bahwa kesenian jaranan itu musyrik karena identik dengan kesurupan, kemenyan, dupa, dan bunga tujuh rupa. Anggapan itu juga salah, karena pelaku seni jaranan berusaha mengingatkan manusia bahwa di dunia ini ada dua macam alam kehidupan, ada alam nyata dan alam ghaib.

B.       Sejarah Kesenian Jaranan
Jaranan adalah seni tari yang dimainkan dengan menaiki kuda tiruan yang terbuat dari anyaman bambu (kepang). Dalam memainkan seni ini biasanya juga diiringi dengan musik khusus yang sederhana karena kesenian ini dahulunya merupakan permainan rakyat, yaitu dengan gong, kenong, kendang, dan slompret (sejenis alat musik tiup tradisional).
Menurut penuturan dari seorang narasumber yang bernama Mbah Loso, sehubungan dengan wawancara yang berhasil kelompok kami laksanakan kemarin pada tanggal 16 September 2016, pukul 13.00, Bahwa sejarah jaranan itu dimulai dari cerita Syaikh Bakil yang dulunya memasang tumbal di tanah jawa. Pada saat itu para nabi menyuruh Syaikh Bakil untuk membuang tumbuhan-tumbuhan di tanah jawa. Ketika sudah melaksanakannya, kemudian Syaikh bakil menjawab “sampun gusti”. Syaikh Bakil membuang tumbuhan tersebut di kendil dalung. Kendil dalung itu kalau dalam bahasa Indonesia berarti tempat pembuangan. Para nabi mengutus Syaikh Bakil untuk melihat hasil tumbuhannya tersebut. Setelah dilihatnya ternyata di tempat tersebut telah tumbuh beberapa tumbuhan yang diantaranya padi, aren, bambu, kayu jati, kayu cendana, dan kayu wali kukun.
Setelah Syaikh Bakil melihat tumbuhan tersebut, syaikh Bakil berjalan menuju ke tengah hutan. Ketika itu Syaikh Bakil bertemu dengan ula (ular), jaran (kuda), asu (anjing), celeng (babi), dan jin lanang lan wadon (jin laki-laki dan perempuan).
Setelah itu Syaikh Bakil mengajak para nabi pergi ke pasar untuk berbelanja. Di pasar, mereka bertemu dengan jin lanang lan jin wadon (jin laki-laki dan jin perempuan). Setelah itu Syaikh bakil mengajak para nabi untuk membeli gamelan, gong besar, gong kecil, kenong kecil, kenong besar, srompet, dan kendang.
Temuan Syaikh Bakil di hutan tadi kemudian dijadikan sebagai pemain dalam kesenian jaranan diantaranya: ular dijadikan barongan, kuda dijadikan jaranan, jin lanang wadon (jin laki-laki perempuan) dijadikan prentol lanang wedok, anjing dijadikan celeng, jin wedok ayu-ayu (jin perempuan cantik-cantik) dijadikan teledek. Rambut jaranan dibuat dari suri uduk (ijuk) sedangkan badan jaranan berasal dari anyaman bambu. Dari situlah lahirnya kesenian jalanan dimulai.
Para ulama memakai kesenian jaranan sebagai media dakwah, karena kesenian jaranan merupakan suatu kesenian yang murah dan cukup digemari oleh semua kalangan masyarakat, seperti halnya Sunan Kalijogo yang menyebarkan Islam atau dakwahnya lewat kesenian Wayang Kulit dan Dandang Gulo, beliau dan para ulama jawa juga menyebarkan dakwahnya melalui kesenian-kesenian lain yang salah satunya adalah seni jaranan.
Bukti bahwa kesenian ini adalah kesenian yang mempunyai sifat dakwah adalah dapat dilihat dari isi cerita yang ditunjukan oleh karakter para tokoh yang ada dalam tarian jaranan, tokoh-tokoh itu antara lain para prajurit berkuda, Barongan dan Celengan. Dalam kisahnya para tokoh tersebut masing-masing mempunyai sifat dan karakter yang berbeda, simbul Kuda menggambarkan suatu sifat keperkasaan yang penuh semangat, pantang menyerah, berani dan selalu siap dalam kondisi serta keadaan apapun, simbol kuda disini dibuat dari anyaman bambu, anyaman bambu ini memiliki makna, dalam kehidupan manusia ada kalannya sedih, susah dan senang, seperti halnya dengan anyaman bambu kadang diselipkan ke atas kadang diselipkan ke bawah, kadang ke kanan juga ke kiri, semua sudah ditakdirkan oleh Yang Kuasa, tinggal manusia mampu atau tidak menjalani takdir kehidupan yang telah digariskan-Nya, Barongan dengan raut muka yang menyeramkan, matanya membelalak bengis dan buas, hidungnya besar, gigi besar bertaring serta gaya gerakan tari yang seolah-olah menggambarkan bahwa dia adalah sosok yang sangat berkuasa dan mempunyai sifat adigang, adigung, adiguno yaitu sifat semaunnya sendiri, tidak kenal sopan santun dan angkuh, simbul celengan atau babi hutan dengan gayanya yang sludar-sludur lari kesana kemari dan memakan dengan rakus apa saja yang ada dihadapanya tanpa peduli bahwa makanan itu milik atau hak siapa, yang penting ia kenyang dan merasa puas, seniman kuda lumping mengisyaratkan bahwa orang yang rakus diibaratkan seperti Celeng atau Babi hutan.
Sifat dari para tokoh yang diperankan dalam seni tari jaranan merupakan pangilon atau gambaran dari berbagai macam sifat yang ada dalam diri manusia. Para seniman jaranan memberikan isyarat kepada manusia bahwa didunia ini ada sisi buruk dan sisi baik, tergantung manusianya tinggal ia memilih sisi yang mana, kalau dia bertindak baik berarti dia memilih semangat kuda untuk dijadikan motifasi dalam hidup, bila sebaliknya berarti ia memlih semangat dua tokoh berikutnya yaitu Barongan dan Celengan atau babi hutan.

C.      Kostum dalam Kesenian Jaranan
Dalam setiap pementasan suatu kesenian, kostum atau busana yang dikenakan merupakan salah satu unsur terpenting yang perlu diperhatikan.
1.        Udeng
Udeng merupakan sebutan untuk kain yang dililitkan di kepala si penari jaranan. Fungsi dari udeng ini tak lain adalah sebagai pengikat serta untuk aksesoris kepala. Udeng dapat dibentuk menjadi bermacam-macam sesuai dengan kreativitas sang penata rias. Sekarang ini udeng sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat baik dari segi warna maupun motif. Bahkan sekarang ini udeng tersedia dalam bentuk instan. Tinggal langsung pakai tanpa perlu repot-repot untuk mengikatnya.











2.        Sumpeng
Sumpeng adalah sejenis aksesoris yang biasa dipakai penari jaranan di telinganya. Kadang berbentuk lancip yang divariasi dan dipakai di sela-sela daun telinga.













3.        Kalung
Kalung yang dipakai penari dalam kesenian jaranan tidak seperti kalung-kalung yang kita pakai dalam keseharian. Kalung pada kesenian jaranan dirasa lebih mirip rompi yang diikatkan di leher. Biasanya kalung ini terbuat dari kain khusus yang diberi motif tertentu serta dilengkapi dengan mote atau manik-manik. Dalam hal ini kalung sebatas berfungsi sebagai aksesoris untuk mempercantik kostum yang dikenakan.








4.        Baju Jaranan
Baju atau kostum yang dikenakan dalam kesenian jaranan bermacam macam. Ada yang hanya memakai pakaian ala madura ada juga yang berkostum seperti yang biasa kita temui dalam pentas tari jaranan pada umumnya. Menurut kelompok kami dalam hal pakaian tidak ada kaidah harus memakai pakaian jaranan yang sedemikian rupa. Intinya sesuai kemampuan atau selera masing-masing penari.

















5.        Sampur/Selendang
Selendang disini berfungsi sebagai aksesoris pelengkap saja. Selendang ini biasanya di kaitkan di pinggang si penari.









6.        Jarik
Jarik sebagian besar bermotif batik. Pada zaman dahulu jarik digunakan sebagai tapih oleh kaum perempuan. Sekarang ini, jarik seolah multi fungsi, salah satunya ya bisa kita gunakan sebagai elemen pendukung dalam kostum tari slah satunya tari jaranan. Dalam hal ini jarik biasanya dikaitkan di pinggang si penari.









7.        Klinthing
Klinthing merupakan sejenis aksesoris tari jaranan yang menghasilkan bunyi gemerincing. Sebenarnya klinthing merupakan aksesoris untuk si jaranan, tapi karena tidak memungkinkan untuk dipasangkan sebab dalam hal ini di jaranan tidak terdapat kaki, akhirnya klinthing ini pun diikatkan pada kaki si penari.








8.        Pecut/Cambuk
Pecut pada kesenian jaranan berfungsi untuk menghelak kuda yang sedang ditunggangi agar lebih bersemangat. Pecut atau cemethi merupakan suatu simbol semangat yang membara.












9.        Kuda Tiruan
Dalam hal ini biasanya rambut kuda terbuat dari ijuk, terkadang ada juga yang terbuat dari tali rafia sedangkan badan kuda terbuat dari anyaman bambu.






















Gambar kelengkapan kostum kesenian jaranan
 


D.      Alat Musik dalam Kesenian Jaranan
Pada pembahasan sebelumnya, sudah sedikit dijelaskan mengenai alat musik apa saja yang digunakan dalam pertunjukkan jaranan semisal kenong, kempul, glur, serompet, kendang dan lainnya. Agar lebih jelasnya, disini kami mencoba untuk membahas secara lebih rinci lagi mengenai alat musik yang biasanya digunakan dalam pertunjukan kesenian jaranan lengkap dengan gambarnya. Berikut rinciannya:
1.        Kenong
Kenong merupakan salah satu alat musik yang digunakan dalam kesenian jaranan. Kenong biasanya dimainkan dengan dipukul oleh satu alat pemukul. Alat ini merupakan pengisi akor atau harmoni dalam permainkan gamelan, kenong berfungsi sebagai penentu batas-batas gatra, menegaskan irama. Jumlah dalam satu set kenong bervariasi, tapi biasanya sekitar 10 buah. Kenong merupakan unsur instrumen pencon gamelan yang paling gemuk, dibandingkan dengan kempul dan gong yang walaupun besar namun berbentuk pipih. Kenong ini disusun pada pangkon berupa kayu keras yang dialasi dengan tali, sehingga pada saat dipukul kenong tidak akan bergoyang ke samping namun dapat bergoyang ke atas bawah, sehingga menghasilkan suara. Bentuk kenong yang besar menghasilkan suara yang rendah namun nyaring dengan timber yang khas (dalam telinga masyarakat Jawa ditangkap berbunyi ning-nong, sehingga dinamakan kenong). Dalam gamelan, suara kenong mengisi sela-sela antara kempul. Salah satu bagian dari kenong menghasilkan bunyi nong’ yang memiliki arti neng pikirane kang bener, sedangkan bagian kenong yang lain memiliki bunyi ning’ yang memiliki arti ning kang demunung.
2.        Kempul
Kempul merupakan salah satu perangkat gamelan yang ditabuh, biasanya digantung menjadi satu perangkat dengan Gong. Gamelan memiliki 2 jenis instrumen yaitu instrumen keras dan instrumen lunak.  Adapun kempul termasuk bagian dari kelompok instrumen keras dari gamelan. Kempul memiliki bentuk mirip dengan gong tetapi lebih kecil. Kempul menandai aksen-aksen penting dalam kalimat lagu/gendhing. Dalam hubungannya dengan lagu/gendhing, kempul bisa memainkan nada yang sama dengan nada balungan, kadang-kadang kempul mendahului nada balungan berikutnya. Kempul menghasilkan suara yang lebih tinggi daripada Gong, sedangkan yang lebih kecil akan menghasilkan suara yang lebih tinggi lagi. Kempul memiliki arti ‘ben kabeh kumpul’, yang dimaksud dengan ‘kumpul’ disini adalah agar semua berkumpul di agama islam.
3.        Glur
Glur merupakan nama lain dari gong besar. Nama glur memiliki arti ‘ben kabeh jeblur’, maksudnya agar semua orang masuk ke dalam agama islam. Gong merupakan sebuah alat musik pukul yang terkenal di Asia Tenggara dan Asia Timur. Gong ini digunakan untuk alat musik tradisional. Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai, gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis. Gong  dimainkan dengan cara ditopang oleh kelima jari dan dimainkan dengan cara dipukul sebuah stik pendek. Cara memegang kkwaenggwari menggunakan lima jari ini ternyata memiliki kegunaan khusus, karena satu jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran gong dan mengurangi volume suara denting yang dihasilkan. Selain digunakan sebagai pengiring jaranan, alat musik gong biasanya juga dimainkan dalam upacara keluarga, masyarakat, kerajaan, dan keagamaan. Selain dikenal sebagai alat musik, gong dianggap sebagai harta , mas kawin, pusaka, lambang status pemilik, perangkat upacara, dan lainnya.














4.        Kendhang
Kendhang adalah instrumen dalam gamelan Jawa yang salah satu fungsi utamanya mengatur irama. Instrument ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu. Dalam jaranan, kendang memiliki arti ‘ndang mangkat’ maksudnya agar orang-orang bergegas atau cepat-cepat berangkat ke masjid.  Jenis kendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut kendang ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama kendang gedhe biasa disebut kendang kalih. Kendang kebanyakan di mainkan sesuai naluri pengendang, sehingga bila dimainkan oleh satu orang dengan orang lain maka akan berbeda nuansanya. Kendang yang baik terbuat dari kayu nangka, kelapa atau cempedak. Kulit kerbau sering digunakan untuk bam (permukaan bagian yang memancarkan ketukan bernada rendah) sedangkan kulit kambing digunakan untuk chang (permukaan luar yang memancarkan ketukan bernada tinggi). Pada tali kulit yang berbentuk "Y" atau tali rotan, yang dapat dikencangkan atau dikendurkan untuk mengubah nada dasar. Semakin kencang tarikan kulitnya, maka semakin tinggi pula suara yang d ihasilkan.












5.        Serompet
Serompet merupakan satu-satunya jenis alat musik tiup yang digunakan untuk mengiringi jaranan. Srompet dapat diartikan sebagai salah satu jenis alat musik tiup yang mempunyai 4 – 6 lubang nada dan bagian untuk meniupnya berbentuk corong. Dalam kesenian jaranan, serompet memilki arti serti beduk yang digunakan sebagai penanda akan dimulainya waktu shalat.


E.       Struktur Pertunjukan Kesenian Jaranan
Sebelum Kesenian Jaranan dimulai, biasanya pawang melakukan obong-obong serta mengucapkan kata-kata atau mantra sebagai berikut:
Salam ipun salam
Jin setan gentayangan
Gadar pati lilu
Gendruwo tetean
Jaranan klawu seng nggo di ayang-yang
Kulo suguh sekul arum
Ge gandhane, ge rasane
Kulo nyuwun tambahane pangerti
Wilujenge jin, setan gentyangan
Masuk anggota jaranan
Kena sabda klawu kenek
Jiwa raga kang metu
Selanjutnya Pawang (Pemimpin Pertunjukan) membawa cemeti (Cambuk) yang di cambukkan ke tanah dengan berkeliling mengitari area pertunjukan, kegiatan tersebut dijadikan penanda bahwa acara akan segera dimulai juga sebagai lambang perlindungan pada area pentas dari berbagai gangguan, baik gangguan dari mahluk yang tak tampak maupun gangguan yang ditimbulkan oleh manusia. Beberapa tarian yang ada pada keseian jaranan yaitu seagai berikut :
1.        Tarian Jaranan
Tari Jaranan biasanya ditampilkan oleh 4 penari yang menggunakan kuda tiruan, dengan dua kuda berwarna putih dan dua lainnya berwarna hitam sebagai lambang keadaan yang selalu berlawanan di dunia. tari jaranan juga dibagi menjadi tiga adegan yakni pertama adalah adegan Solah Prajuritan dimana semua penari menari bersama laksana prajurit yang siap untuk berperang, kedua adalah adegan Solah Perang yang mana para prajurit berkuda berperang melawan Barongan / Macanan serta Celeng (Penari yang menggunakan kostum menyerupai Babi Hutan), peperangan tersebut semuanya dimenangkan oleh para penari berkuda sebagai simbol bahwa pertentangan antara baik dan buruk akan selalu dimenangkan oleh kebaikan. selanjutnya adalah adegan Solah Krida yang digambarkan sebagai keberhasilan seseorang dalam memerangi segala rintangan dalam kehidupannya.











2.        Tarian Barongan
Setelah tarian jaranan selesai, kemudian dilanjutkan dengan munculnya penari yang menari dengan menggunakan kostum menyerupai macan. macan atau harimau dalam hal ini disimbolkan oleh masyarakat sebagai lambang energi negatif.













3.        Tari Celengan
Ini merupakan penanda akhir dari Kesenian Jaranan, penari dengan menggunakan busana menyerupai Celeng menari-nari mengikuti iringan musik. Perwujudan Celeng dimaknai oleh Masyarakat sebagai secara etimologi yakni Nyelengi atau Menabung sebagai lambang energi positif agar manusia senantiasa untuk selalu ingat terhadap kebutuhan hidup yang akan datang.

Jenis jaranan yang berkembang luas di daerah Tulungagung ini adalah jaranan sentherewe. Fragmen cerita yang diambil pada jaranan Sentherewe sama dengan jaranan yang lain, namun busana yang dikenakan adalah busana wayang orang Surakarta (wayang wong Surakarta). Selain itu, gerak tari sudah banyak dipengaruhi oleh tari ngremo yang terlihat pada gerakan kaki yang sangat menonjol. Pemain Jaranan Sentherewe ini sangat banyak yaitu sekitar 16 hingga 28 orang, berpasangan sehingga jumlah pemain selalu genap. Walaupun begitu mereka tidak tampil secara bersamaan melainkan bergantian masing-masing 4 orang sehingga pertunjukan ini berlangsung relative panjang. Di sela-sela kemunculan para penari Jaranan biasanya diselingi dengan kemunculan penari yang mengenakan topeng binatang imaginary seperti, misalnya: naga atau kuda yang bertarung, juga muncul penari yang berperang sebagai babi hutan, dengan cara penari inilah kemudain para prajurit berkuda bertarung. Pertunjukan ini biasanya dilakukan di lapangan terbuka dan berlangsung sekitar 6 hingga 8 jam. Biasanya akan berhenti ketika salah satu atau beberapa pemain sudah mengalami kesurupan (in trance).
Ada juga kesenian jaranan bumbung yang berkembang di daerah Kalangbret, Tulungagung, Jawa Timur. Jaranan ini melukiskan para prajurit penunggang kuda. Jumlah penari tidak terbatas hanya saja karena berpasangan pada umumnya berjumlah genap antara enam hingga delapan orang. Semua penari laki-laki, masing-masing membawa satu jaranan. Jaranan ini disebut Jaranan Bumbung karena musik pengiringnya adalah Bumbung. Bumbung adalah bambu yang dipotong dalam berbagai ukuran sehingga ketika diketuk ke bawah menghasilkan berbagai macam bunyi yang apabila dipadukan bisa menghasilkan irama yang unik dan enak di dengar. Pertunjukan Jaranan Bumbung ini biasanya diselenggarakan pada sore hari sesudah aktifitas di sawah selesai, dimainkan dengan kostum yang relatif sederhana, namun tetap menggambarkan seorang prajurit.

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.        Seni jaranan bisa diartikan sebagai suatu kesenian yang dalam pelaksanaannya properti utama yang digunakan adalah Kuda buatan atau yang masyarakat jawa biasa sebut dengan “Jaranan”. Jaranan menggambarkan  perjuangan seorang manusia dalam meniti kehidupan.
2.        Sejarah jaranan itu dimulai dari cerita Syaikh Bakil yang dulunya memasang tumbal di tanah jawa. Adapun sifat dari para tokoh yang diperankan dalam seni tari jaranan merupakan pangilon atau gambaran dari berbagai macam sifat yang ada dalam diri manusia.
3.        Kostum ataupun properti yang digunakan dalam kesenian jaranan antara lain: Udeng, sumpeng, kalung, baju jaranan, sampur, jarik, klinthing pecut, dan jaranan.
4.        Alat musik yang digunakan dalam kesenian jaranan diantaranya kenong, kempul, glur, kendhang, dan serompet.
5.        Struktur pertunjukkan kesenian jaranan dimulai dari kegiatan obong-obong sambil mengucapkan mantra atau kalimat khusus kemudian dilanjutkan dengan pawang (Pemimpin Pertunjukan) membawa cemeti (Cambuk) yang di cambukkan ke tanah dengan berkeliling mengitari area pertunjukan, kegiatan tersebut dijadikan penanda bahwa acara akan segera dimulai. Lalu disusul dengan tarian jaranan, barongan, dan yang terakhir celengan

B.       Saran
Saran sehubungan dengan topik observasi yang kita bahas pada makalah ini yakni tentang kesenian jaranan, hendaknya sebagai generasi muda kita harus lebih mempunyai kesadaran untuk melestarikan kesenian jaranan yang kaya akan makna ini. Karena banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kesenian jaranan itu diantaranya tentang pentingnya berjuang dalam menghadapi masalah yang selalu mewarnai hidup ini, jadi jangan hanya dilihat dari segi mistisnya saja. Dan saran sehubungan makalah ini, tiada gading yang tak retak dengan kata lain makalah ini tak luput dari kekurangan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dari berbagai pihak demi lebih baiknya makalah ini.



























LAMPIRAN

Foto ketika para anggota kelompok 1 tengah mewawancarai Mbah Loso. (dari sebelah kiri Mbah Loso) Widayatul Fitriani, Fita Arinda, dan Rahayu Septi Nur Azizah. (taken photo by: Risma Nur Izzati)
Foto ketika salah satu anggota kelompok 1 yakni Lina Jinatul Falah tengah mewawancarai Mbah Loso. (taken photo by: Risma Nur Izzati)

 (dari sebelah kiri Mbah Loso) Widayatul Fitriani, Fita Arinda, Rahayu Septi Nur Azizah, Tria Anggari Saputri, Sinta Ika Windarwati, dan Lina Jinatul Falah. (taken photo by: Risma Nur Izzati)


 (dari sebelah kanan) Rahayu, Sinta, Vita, Lina, Mbah Loso lengkap dengan kostum kebanggaannya, Ani, Wida, Risma, dan Putri.
 (dari sebelah kiri Mbah Loso) Widayatul Fitriani, Fita Arinda, Rahayu Septi Nur Azizah, Tria Anggari Saputri, Risma Nur Izzati, dan Lina Jinatul Falah. (taken photo by: Sinta Ika Windarwati)
 (dari sebelah kiri Mbah Loso) Widayatul Fitriani, Fita Arinda, Rahayu Septi Nur Azizah, Tria Anggari Saputri, Risma Nur Izzati, dan Lina Jinatul Falah. (taken photo by: Sinta Ika Windarwati)

DAFTAR PUSTAKA













Biodata Narasumber

Nama                                       : Mbah Loso
Tempat, tanggal lahir               : Tulungagung, 08 Februari 1947
Alamat                                     : Ds. Kates, Kec. Kauman, Kab. Tulungagung.
Perjalanan Karir                      :
§   Tahun 1954 bergabung dengan Jaranan Begon  yang beralamat di Dusun Jatisari, Desa Kates.
§   Tahun 1968 bergabung dengan Jaranan Turonggo Muda yang beralamat di Dusun Sending, Desa Kates, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung.
§   Tahun 1990-sekarang bergabung dengan Jaranan Kuda Birawa yang beralamat di Desa Kates, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar