Sabtu, 15 September 2018

BAHASA INDONESIA: Makalah Menyimak dan Meneritakan Kembali Naskah Drama dengan Baik (Semeser 4)


MENYIMAK & MENCERITAKAN KEMBALI NASKAH DRAMA DENGAN BAIK
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia MI/SD 2
unnamed (7)Yang dibina oleh Mustofa, S. S., M. Pd.




Disusun Oleh:
Kelompok 3
1.        Risma Nur Izzati                   (17205153002)
2.        Faridatul Lutviana                 (17205153011)
3.        Sela Hartiana                         (17205153025)
4.        Nurul Lailatul Nikmah          (17205153026)
5.        Gevy Wulandari                    (17205153034)
6.        Lutfi Mangzilaturrohmah      (17205153035)
7.        Nila Husna Alfi Rohmah      (17205153040)
8.        Umi Kalimatul Janah             (17205153041)
9.        Nina Wahyu Devi Liawati    (17205153047)
10.    Rahayu Septi Nur Azizah     (17205153050)
11.    Maidatul Jannah                    (17205153051)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
Mei 2017




KATA PENGANTAR
Assalamualaikum1.png
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt.yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta  salam  semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad saw.dan semoga kita akan selalu mendapat syafaatnya baik didunia maupun di akhirat kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya  penulis dapat  menyusun makalah ini untuk memenuhi  tugas mata kuliah Bahasa Indonesia MI/SD 2 yang berjudul MENYIMAK & MENCERITAKAN KEMBALI NASKAH DRAMA DENGAN BAIK.
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak penulisan makalah ini tidak mungkin terlaksana dengan baik. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.        Dr. Mafthukin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di IAIN Tulungagung ini,
2.        Mustofa, S.S., M.Pd.  selaku Dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia MI/SD 2 yang telah membimbing dan mengarahkan kami dengan sabar agar mempunyai pemahaman yang benar mengenai mata kuliah ini,
3.        Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membuahkan ilmu yang maslahahfiidinniwadunyawalakhirah.

Tulungagung, 01 Mei 2017



      Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang..................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah................................................................................. 1
C.       Tujuan Pembahasan.............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A.      Hakikat Drama...................................................................................... 3
B.       Menyimak Naskah Drama.................................................................... 10
C.       Menceritakan Kembali Naskah Drama dengan Baik............................ 11
D.      Contoh Bahan Simakan Naskah Drama dan Menceritakan Kembali
Naskah Drama...................................................................................... 12

BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan........................................................................................... 24
B.       Saran..................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 25




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
         Betapa penting peran menyimak dalam kehidupan sehari-hari, tentunya tidak perlu diragukan lagi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu dihadapkan pada berbagai kesibukan menyimak. Apalagi dalam era globalisasi seperti saat ini, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat dituntut untuk mampu menyimak berbagai informasi dengan cepat dan tepat, baik melalui berbagai media, seperti radio, televisi, telepon, dan internet, maupun melalui tatap muka secara langsung. Mengingat betapa penting peran menyimak dalam kehidupan manusia, pembelajaran menyimak sebagai bagian dari pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sudah selayaknya mendapat perhatian yang sama dengan pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain. Pembelajaran menyimak perlu dilaksanakan secara sungguh-sungguh sebagaimana pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain. Agar dapat melaksanakan pembelajaran menyimak dengan baik, guru dituntut memiliki keterampilan menyimak yang memadai dan dapat mengelola pembelajaran menyimak secara efektif. Setelah menyimak peserta didik dituntut untuk menceritakan kembali naskah drama yang telah disimaknya. Kemudian dapat ditampilkan didepan kelas.

B.       Rumusan Masalah
1.        Bagaimana hakikat drama?
2.        Bagaimana menyimak naskah drama?
3.        Bagaimana cara menceritakan kembali naskah drama dengan baik?
4.        Bagimana contoh bahan simakan naskah drama dan menceritakan kembali naskah drama?



C.      Tujuan Pembahasan
1.        Untuk menjelaskan hakikat drama.
2.        Untuk menjelaskan menyimak naskah drama.
3.        Untuk menjelaskan cara menceritakan kembali naskah drama dengan baik.
4.        Untuk menjelaskan contoh bahan simakan naskah drama dan menceritakan kembali naskah drama.
























BAB II
PEMBAHASAN

         Pada bab II ini, akan kita bahas mengenai hakikat drama, menyimak drama, menceritakan kembali naskah drama dengan baik, serta disajikan pula sebuah contoh naskah drama. Untuk lebih jelasnya berikut pembahasannya:
A.      Hakikat Drama
         Sebelum membahas tentang menyimak dan menceritakan kembali naskah drama, perlu kita ketahui bahwa drama sendiri merupakan sebuah karya sastra yang berisikan cerita konflik manusia yang dikemas dalam bentuk dialog dengan gerak-gerik yang disusun dengan tujuan untuk diproyeksikan di pentas sebagai pertunjukan.[1]
Seperti halnya karya sastra yang lain, drama sendiri juga mengandung dua unsur, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Komponen dari masing-masing unsur ini perlu kita pelajari, agar pada nantinya ketika proses menyimak kita akan lebih mudah untuk menangkap sekiranya hal apa saja yang dapat membantu kita dalam menceritakan kembali naskah drama yang telah kita simak. Berikut kami sajikan unsur-unsur dari drama:
1.        Unsur Intrinsik
         Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah drama adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah drama berwujud. Jika dilihat dari sudut kita penyimak, unsur-unsur intrinsik drama inilah yang akan dijumpai jika kita menyimak sebuah naskah drama. Adapun unsur intrinsik drama terdiri dari:

a.        Tema
         Tema merupakan ide pokok yang menjadi dasar atau pokok utama dalam drama. Dengan kata lain dapat kita cetuskan bahwa tema adalah akar dari suatu drama. Dengan mengacu pada tema, unsur-unsur intrinsik drama yang lain dikembangkan dan dikarang sedemikian rupa mengikuti tema yang telah ditentukan.

b.        Judul
         Judul dari suatu drama dapat dikatakan sebagai kata kunci untuk melihat keseluruhan makna drama. Judul dan isi karangan selalu berkaitan erat. Drama sebagai karya sastra dan merupakan cabang sini tergolong sebagai karya fiksi. Judul pada karya fiksi bersifat manasuka, dapat diambil dari nama salah satu tempat atau tokoh dalam cerita, dengan syarat sebaiknya melambangkan isi cerita untuk menarik perhatian.

c.         Alur
         Alur merupakan struktur rangkaian kejadian-kejadian dalam sebuah cerita yang disusun secara kronologis atau singkatnya adalah rangkaian cerita sejak awal hingga akhir. Dalam teks drama, alur tidak diceritakan, tetapi akan divisualkan dalam panggung. Dengan demikian, bagian terpenting dari sebuah alur drama adalah dialog dan lakuan. Penyajian alur dalam drama diujudkan dalam urutan babak dan adegan. Babak adalah bagian terbesar dalam sebuah lakon. Pergantian babak dalam pentas drama ditandai dengan layar yang diturunkan atau ditutup, atau lampu panggung dimatikan sejenak. Setelah lampu dinyalakan kembali atau layar dibuka kembali dimulailah babak baru berikutnya. Pergantian babak biasanya menandai pergantian latar, baik latar tempat, ruang, maupun waktu. Adegan adalah bagian dari babak. Sebuah adegan hanya menggambarkan satu suasana. Pergantian adegan, tidak selalu disertai dengan pergantian latar. Satu babak dapat terdiri atas beberapa adegan.[2]

d.        Tokoh dan Perwatakan
         Tokoh dalam drama mengacu pada watak (sifat-sifat pribadi seorang pelaku) sementara aktor atau pelaku mengacu pada peran yang bertindak atau berbicara dalam hubungannya dengan alur peristiwa. Cara mengemukakan watak di dalam drama lebih banyak bersifat tidak langsung, tetapi melalui dialog dan lakuan. Dalam drama, watak pelaku dapat diketahui dari perbuatan dan tindakan yang mereka lakukan, dari reaksi mereka terhadap sesuatu situasi tertentu terutama situasisituasi yang kritis, dari sikap mereka menghadapi suatu situasi atau peristiwa atau watak tokoh lain. Di samping itu, watak juga terlihat dari kata-kata yang diucapkan.
         Tokoh cerita adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh cerita dapat berupa manusia, binatang, makhluk lain seperti malaikat, dewi-dewi, bidadari, setan atau iblis, jin, setan, sikuman, roh, dan benda-benda yang diinsankan. Tokoh dalam karya sastra memiliki perwatakan. Adanya watak yang berbeda-beda menyebabkan timbulnya peristiwa atau konflik yang membuat cerita semakin menarik. Berdasarkan segi peran atau tingkat pentingnya tokoh dalam suatu cerita dibedakan menjadi dua bagian. Yaitu central character (tokoh utama) dan peripheral character (tokoh tambahan). Ada dua macam tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penderitaannya dalam suatu karya sastra (drama). Ada tiga kriteria untuk menentukan tokoh utama, yaitu :
1)        Mencari tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh lain.
2)        Mencari tokoh yang paling banyak membutuhkan waktu penceritaan
3)        Melihat intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa yang membangun cerita (tema)

         Berdasarkan fungsinya dalam drama, tokoh cerita ada empat macam, yaitu tokoh protagonis, antagonis, tritagonis, dan peran pembantu. Ada pula pendapat lain, bahwa ada tiga macam tokoh cerita, yaitu tokoh utama, tokoh pendamping, dan tokoh tambahan. Berdasarkan wataknya, tokoh cerita dibedakan menjadi dau jenis, yaitu flat character (tidak mengalami perubahan) dan round character (mengalami perubahan).[3]

e.         Dialog (Cakapan)
         Dalam drama ada dua macam cakapan, yaitu dialog dan monolog. Disebut dialog ketika ada dua orang atau lebih tokoh bercakap-cakap. Disebut monolog ketika seorang tokoh bercakap-cakap dengan dirinya sendiri. Selanjutnya, monolog dapat dibedakan lagi menjadi tiga macam, yaitu monolog yang membicarakan hal-hal yang sudah lampau, soliloqui yang membicarakan hal-hal yang akan datang, dan aside (sampingan) untuk menyebut percakapan seorang diri yang ditujukan kepada penonton. Dialog dan monolog merupakan bagian penting dalam drama, karena. Selain monolog dan dialog, ada juga teknik dialog dalam bentuk prolog dan epilog. Prolog berarti pembukaan atau peristiwa pendahuluan yang diucapakan pemeran utama dalam sandiwara. Epilog berarti bagian penutup pada karya drama untuk menyampaikan atau menafsirkan maksud karya drama tersebut.

f.         Lakuan
         Lakuan merupakan kerangka sebuah drama. Lakuan harus berhubungan dengan plot dan watak tokoh. Lakuan yang seperti itu disebut sebagai lakuan yang dramatik. Dalam sebuah drama, laku tidak selamanya badaniah atau dengan gerak-gerik tubuh, tetapi dapat juga bersifat batiniah, atau laku batin, yaitu pergerakan yang terjadi dalam batin pelaku. Dalam hal ini gerakan itu hanya dihasilkan oleh dialog. Dialog akan mengggambarkan perubahan atau kekusutan emosi yang terungkap dalam sebagian dari percakapan pelakunya. Di sini situasi batin dapat pula terlihat dari gerak-gerik fisik seseorang, yang disebut sebagai dramatic action yang terbaik.

g.        Konflik
         Konflik adalah pertentangan. Tokoh cerita dapat mengalami konflik, baik konflik dengan diri sendiri, dengan orang / pihak lain, maupun dengan lingkungan alam. Seperti halnya biasa, tokoh cerita dalam drama juga mengalami konflik. Tanpa konflik antar tokoh cerita, suatu karya drama terasa monoton.

h.        Latar (setting)
         Latar merupakan unsur struktural yang sangat penting. Latar di dalam lakon atau crita drama harus mendukung para tokoh cerita dan tindakannya. Pengarang tentu membuat latar membuat latar yang tepat demi keberj\hasilan dan keindahan struktur drama. Penggunaan latar yang berhasil juga menentukan keberhasilan suatu karya drama. Penyaji latar yang tepat dapat menciptakan warna kedaerahan yang kuat sehingga dapat menghidupkan carita. Latar adalah lingkungan tempat berlangsungnya peristiwa yang dapat dilihat, termasuk di dalamnya aspek waktu, iklim, dan periode sejarah. Latar mendukung dan menguatkan tindakan tokoh-tokoh cerita. Latar memberikan pijakan cerita dan kesan realistis kepada pembaca untuk menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.[4]

i.          Amanat
         Amanat adalah segala sesuatu yang ingin disampaikan pengarang, yang ingin dikatakannya secara tidak langsung ke dalam benak para penonton dramanya. Amanat di dalam drama ada yang langsung tersurat, tetapi pada umumnya sengaja disembunyikan secara tersirat oleh penulis naskah drama yang bersangkutan. Hanya pentonton yang profesional aja yang mampu menemukan amanat implisit tersebut.

j.          Bahasa
         Bahasa yang digunakan dalam drama sengaja dipilih pengarang dengan titik berat, fungsinya adalah sebagai sarana komunikasi. Setiap penulis drama mempunyai gaya sendiri dalam mengolah kosa kata sebagai sarana untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Selain berkaitan dengan pemilihan kosa kata, bahasa juga berkaitan dengan pemilihan gaya bahasa (style). Bahasa yang dipilih pengarang untuk naskah dramanya pada umumnya adalah bahasa yang mudah dimengerti (bersifat komunikatif), yakni ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan keseharian. Bahasa yang berkaitan dengan situasi lingkungan, sosial budaya, dan pendidikan. Bahasa yang dipakai dipilih sedemikian rupa dengan tujuan untuk menghidupkan cerita drama, dan menghidupkan dialog-dialog yang terjadi di antara para tokoh ceritanya. Demi pertimbangan komunikatif ini seorang pengarang drama tidak jarang sengaja mengabaikan aturan aturan yang ada dalam tata bahasa baku.

2.        Usur Ekstrinsik
         Unsur ekstrinsik karya sastra adalah hal-hal yang berada di luar struktur karya sastra, namun amat mempengaruhi karya sastra tersebut. Misalnya faktor-faktor sosial politik saat karya tersebut diciptakan, faktor ekonomi, faktor latar belakang kehidupan pengarang, dan sebagainya. Mengutip pernyataan Wellek dan Warren, Tjahyono menjelaskan pengkajian terhadap unsur ekstrinsik karya sastra mencakup empat hal. Salah satunya adalah mengkaji hubungan sastra dengan aspek-aspek politik, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Bahwa situasi sosial politik ataupun realita budaya tertentu akan sangat berpengaruh terhadap karya sastra tersebut. Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik pun terdiri atas beberapa unsur. Bagian yang termasuk unsur ekstrinsik tersebut adalah sebagai berikut:
a.         Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya. 
b.        Keadaan psikologis, baik psikologis pengarang, psikologis pembaca, maupun penerapan prinsip psikologis dalam karya. 
c.         Keadaan lingkungan pengarang, seperti ekonomi, sosial, dan politik. 
d.        Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni, agama, dan sebagainya. 
e.         Latar belakang kehidupan pengarang sebagai bagian dari unsur ekstrinsik sangat mempengaruhi karya sastra. Misalnya, pengarang yang berlatar belakang budaya daerah tertentu, secara disadari atau tidak, akan memasukkan unsur budaya tersebut ke dalam karya sastra.[5]


B.       Menyimak Naskah Drama
Menyimak dapat kita artikan sebagai suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan-lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Proses menyimak memerlukan perhatian serius agar informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Ia berbeda dengan mendengar atau mendengarkan. Perbedaan menyimak dan mendengar menurut Tarigan adalah bahwa pada kegiatan mendengar mungkin si pendengar tidak memahami apa yang didengar. Pada kegiatan mendengarkan sudah ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman karena itu belum menjadi tujuan. Menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa memberikan gambaran tentang kegiatan menyimak, menyimak selalu mencakup mendengar, mendengarkan, dan disertai usaha untuk memahami bahan simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsur kesengajaan, perhatian dan pemahaman, yang merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak. Penilaiannya pun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak, bahkan melebihi unsur perhatian. Dengan demikian, tujuan utama menyimak adalah untuk menangkap dan memahami isi pesan dan ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan.
Menyimak drama dapat dikatakan berjalan dengan baik apabila setelah proses menyimak tersebut kita dapat memahami jalannya cerita beserta penokohannya khususnya dalam perwatakannya. Mengevaluasi pemeran tokoh berarti memberikan apresiasi dan penilaian mengenai pemeranan. Evaluasi ini dapat ditunjukkan pada bagian akting yang meliputi ekspresi dengan gerak tubuh; suara yang meliputi volume, artikulasi, intonasi, keluwesan, dan ketepatan karakter yang diperankan, serta penghayatan terhadap isi naskah. Dengan kita mengevaluasi pemeran tokoh dalam drama, maka akan mempermudah si penyimak dalam menceritakan kembali naskah drama yang ditunjukkan meliputi: Pelafalan, intonasi, mimik, kinesik, dan penghayatan.[6]

C.      Menceritakan Kembali Naskah Drama dengan Baik
Menceritakan kembali merupakan kegiatan menyusun kembali isi naskah drama yang telah disimak entah itu dari proses pembacaan ataupun pertunjukkan. Tujuan dari kegiatan menceritakan kembali adalah untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada orang lain secara lisan. Ketika guru meminta anak untuk menceritakan kembali isi naskah drama yang telah didengar, peran guru di sini adalah untuk memotivasi agar anak dapat berpikir secara logis dan dapat menceritakan kembali isi cerita dengan baik. Untuk dapat menceritakan kembali isi naskah drama yang telah kita simak, kita harus memperhatikan dengan seksama drama yang sedang kita simak tersebut. Setidaknya ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan dalam rangka menceritakan kembali naskah drama. Diantaranya:
1.        Menyimak secara keseluruhan isi naskah drama
Tujuan dari kegiatan ini adalah agar kita dapat memahami isi naskah drama yang berkaitan dengan makna yang terkandung di dalam cerita tersebut. Nilai-nilai atau amanat itulah yang harus kita temukan pada saat menyimak.
2.        Mencatat tokoh dan penokohan dalam naskah drama. Sebab, tokoh merupakan motor penggerak alur.
3.        Mencatat latar atau setting cerita di dalam naskah drama.
4.        Mencatat alur yang digunakan di naskah drama.
5.        Memahami hal pendukung lain yang dapat membantu kita dalam menceritakan kembali seperti gaya bahasa yang digunakan, dialog antar tokoh, pada bagian mana konflik harus memuncak, serta hal yang lain seperti amanat atau nilai-nilai kehidupan yang dapat dijadikan sebagai bahan pengembang dalam menceritakan kembali.
6.        Rangkailah cerita menggunakan bahasamu sendiri.[7]
D.      Contoh Bahan Simakan Naskah Drama dan Menceritakan Kembali Naskah Drama
1.        Contoh bahan simakan naskah drama
TIMUN PERAK

Babak 1
Alkisah, di suatu desa hiduplah sepasang suami istri bernama Pak Broto dan Mbok Sarni. Mereka bekerja sebagai petani. Bertahun-tahun menikah, keluarga kecil tersebut belum dikaruniai seorang momongan. Hingga suatu ketika….
Mbok Sarni   : “Akhirnya, pekerjaan kita di ladang hari ini selesai juga ya pak (sambil mengusap keringat). Seandainya kita memiliki seorang anak, pasti……”
Pak Broto      : (meletakkan jarinya ke mulut istrinya) “ssst…. Jangan ngomong kayak gitu mbok… nanti gusti Allah murka.”
Mbok Sarni   : (menepis tangan suaminya), “tapi pak….”
Pak Broto      : “Sudah,” (terdengar suara adzan dzuhur) “tuh gusti sudah manggil, ayo kita bersih-bersih lalu pulang.”
Mbok Sarni   : (dengan muka cemberut), “iya-iya pak…”
Di perjalanan pulang
Pak Broto   : “Kenapa to mbok…dari tadi bapak liat muka si mbok kok kecut kayak asem, cemberut terus.”
Mbok Sarni : (di dalam hati) “Alah, ngomong sama bapak, sujud sama gusti berkali-kali tak pernah diberi, mending aku minta sama raksasa di hutan saja.”
Seketika, setelah mbok Sarni berkata langitpun berubah menjadi gelap, petir menyambar-nyambar, perlahan kabut hitampun muncul, membawa sesosok raksasa yang begitu rupawan. (diiringi musik). Mbok Sarni dan Pak Broto yang tersungkur di tanah pun dengan terbata-bata berkata
Mbok Sarni   : “Sssiapa engkau….”
Raksasa         : “Kalian? Tak tahu siapa aku?, Kalau begitu perkenalkan, aku adalah Raksasa penguasa hutan ini… hahaha…..”
Pak Broto       : “Kkkenapa kamu kesini? Jangan makan kami” (memohon)
Raksasa         : “Siapa juga yang mau makan kalian”
Pak Broto      : “terus mau ngapain?”
Raksasa         : “Tanya tuh istrimu, dia tadi memanggil-manggil namaku, makanya aku jadi sampai sini. Orang, eh maksudku raksasa lagi tidur siang enak-enak main manggil saja.”
Mbok Sarni   : “Iya tuan raksasa, maafkan saya yang telah mengganggu istirahat siang anda.”
Raksasa         : “Oke tidak apa-apa, karena saya sudah terlanjur sampai sini aku beri kalian satu permintaan, monggo….”
Mbok Sarni   : “Tuan raksasa, kami minta 1 putri yang cantik, baik, manis, dan berbakti sama orang tua.”
Raksasa         : “Ha…ha…ha…itu mah gampang, jangankan 1, sepuluh pun akan aku datangkan.”
Mbok Sarni dan Pak Brotopun langsung girang mendengar hal itu.
Raksasa         : “Tunggu , kalian jangan senang dulu. Ada syarat yang harus kalian penuhi.”
Pak Broto      : “Apa tuan?”
Raksasa           : “Syaratnya adalah, kelak jika putrimu sudah besar dan cantik aku akan menjemputnya kembali.”
Mbok Sarni   : “Baiklah tuan, saya setuju dengan persyaratan tuan.”
Raksasa         : “Ini aku berikan biji mentimun , rawatlah biji ini, maka kelak kamu akan menuai hasilnya”
Setelah memberikan benih itu sang raksasapun menghilang
Mbok Sarni   : “Loh pak…bagaimana sih ini masak aku minta anak malah di kasih benih mentimun.”
Pak Broto      : “Ya sudahlah mbok… kita syukuri saja masih untung kita tidak dimakan, lagian si mbok itu….,minta anak juga sama raksasa, bukan sama yang maha kuasa.”
Mbok Sarni   : “Alah pak, sebel si mbok”
Pak Broto      : (tersenyum kecut)
Sesampainya di rumah
Mbok Sarni   : (melihat benih mentimun di tangannya), “buat apa aku merawat timun ini, paling nanti kalau berbuah hasilnya juga cuman 1 kg, dijual di pasar dapat dua ribu. Hihhh….”
Mbok Sarni pun kemudian langsung membuang benih itu di pelataran rumahnya, mengabaikan wejangan si raksasa ia tak pernah sekalipun merawat benih itu. Tapi tak disangka lewat tetesan air hujan benih itupun bisa tumbuh. Setelah dua minggu, nampak satu buah mentimun besar berwarna perak muncul.
Mbok Sarni   : “Wah, buah ini besar sekali!, hmmm… sepertinya cocok sekali dimakan di cuaca panas seperti ini. Aku potong ahh…” (memotong buah mentimun)
Ternyata, isi buah tersebut adalah seorang bayi yang buruk rupa
Timun Perak  : “Oeek…….”
Mbok Sarni   : “Hih, bayi apa ini?”
Pak Broto      : “Ada apa to mbok?”
Mbok Sarni   : “Ini lo pak, aku minta kemarin kan minta bayi yang cantik ngasihnya malah kayak gini.”
Pak Broto                  : “Ya sudahlah mbok, inilah yang kita dapatkan atas apa yang  kita tanam. Si mbok juga…,disuruh merawat tapi malah kamu sia-siakan.”
Mbok Sari     : “Ya dia tidak ngomong sih kalau dalamya itu anak.” (Beranjak pergi)
Pak Broto                  : “Loh mbok.., ini anaknya bagaimana?(mengelus dada) Astaghfirullah. Mulai sekarang, bapak akan memanggilmu Timun Perak karena kamu berasal dari timun yang bewarna Perak. Meski rupamu tak seindah emas, tapi bapak harap hatimu tetap berkilau melebihi emas.”

Babak 2
 “Semakin hari, Timun Perak tumbuh menjadi gadis jelita yang rajin membantu ibunya.”
Timun Perak  : “Mbok, saya pergi mencari kayu bakar dulu ya.”
Mbok Sarni   : “ (Membentak) Cari sana, tidak usah pulang, sana tinggal di gua saja, kembali tuh sama bapak aslimu.”
Tak disangka kabut putihpun tiba-tiba muncul (diiringi lagu)
Raksasa         : “Wahai petani kecil, saya datang kesini untuk menjemput kalian”.
Mbok Sarnipun terkejut, karena apa yang diminta si Raksasa bukanlah Timun Perak, melainkan dirinya
Mbok Sarni   : “loh….kenapa kamu memintaku? Bukankah 10 tahun yang lalu yang kau inginkan adalah anak itu?”
Raksasa         : “Hahaha…..itu dulu, tapi setelah aku lihat dagingmu nampaknya lebih banyak”
Mbok Sarni   : (Ketakutan), “begini tuan raksasa beri aku waktu 50 hari. Sekarang ini anak dan suamiku sedang tidak ada di rumah. Pasti mereka akan mencariku jika sekarang ini tiba-tiba kau membawaku, lagi pula ini bulan puasa dagingku lebih sedikit dari biasanya, jadi tunggulah sampai bulan puasa ini berakhir.”
Raksasa        : “Hemb….betul juga ya?, okelah 50 hari lagi aku akan menjeputmu”
Sang raksasa pun kemudian pergi




Babak 3
1 haripun telah berlalu, Mbok Sarnipun kebingungan, apa yang seharusya ia lakukan. Melihat ibunya bermuram durja, timun perakpun menghampiri ibunya.
Timun Perak  : “Mbok, ini sudah larut malam, kenapa si mbok belum tidur? Wajah si mbok juga terlihat murung, apakah si mbok memiliki masalah?”
Mbok Sarni yang biasanya selalu galak kepada Timun Perak, kini nampak lembut.
Mbok Sarni   : “Ah…ini kesempatanku untuk meminta bantuan kepada anak ini” (fikirnya dalam hati)
Timun Perak  : “Ayolah mbok, siapa tahu …timun perak bisa membantu” (sambil meraih tangan bundanya)
Mbok Sarni   : “Begini anakku….kemarin raksasa itu mendatangi si mbok dan dia menginginkan si mbok untuk menjadi santapannya”.
Timun Perak  : (terkejut), “Si mbok, izinkan aku untuk menggantikanmu menjadi santapan si raksasa”
Mbok Sarni   : “Maaf, anakku. Kamu tidak dapat menggantikan si mbok, karena dagingmu kurus kering, raksasa itu pasti tidak akan mau.”
Timun Perak  : “aku akan berusaha menggemukkan badanku mbok, tinggal berapa hari waktu yang kita miliki?”
Mbok Sarni   : “49 hari anakku…”
Timun Perak  : “Baiklah mbok, dengan senang hati aku akan melakukannya”.
Mbok Sarni   : (memeluk timun perak), “terima kasih anakku, tapi kamu jangan bilang sama bapakmu ya” (tertawa sinis)
Timun Perak  : “baik mbok”


Babak 5
Selama 49 hari itu, timun perak menghabiskan waktunya untuk makan. Sehingga tubuhnya yang semula kurus kering kini nampak tambun. Melihat apa yang diakukan Timun Perak dan Mbok Sarni, Pak Brotopun keheranan.
Pak Broto      : “Hahhh….alhamdulillah sajalah beberapa minggu ini mereka sudah mulai dekat”.
Babak 6
Tepat pada hari ke 50, disaat timun perak dan ibunya tidur siang si raksasa itupun datang.
Raksasa         : “Hahaha….Sarni…oh Sarni….aku datang untuk menyantap dagingmu ayo keluarlah !!, kalau tidak, maka akan kurubuhkan rumah ini”.
Mbok Sarnipun terihat ketakutan
Mbok Sarni   : “Oh, Timun perak, bagaimana ini? Si mbok sangat takut.”
Timun Perak  : “Tenanglah mbok, sekarang aku akan keluar menemui raksasa itu, selagi aku keluar si mbok pergilah lewat pintu belakang”.
Mbok Sarni   : “Tapi anakku?, jujur setelah 49 hari kita begitu dekat, si mbok baru menyadari betapa murninya baktimu pada si mbokmu yang jahat ini. Maafkan si mbokmu ini anakku”
Timun Perak  : “Iya mbok, sudahlah…lekaslah pergi dan doakan anakmu ini agar bisa kembali”.
Mbok Sarni   : “Anakku, tolong bawa ini (sambil menyerahkan bungkusan kepada timun perak)”
Timun Perak  : “Apa ini mbok?”
Mbok Sarni   : “Bungkusan itu, aku temukan di dalam buah mentimun emas yang tumbuh bersamamu, si mbok yakin, itu akan bisa membantumu melawan raksasa itu”.
Mbok Sarnipun pergi, sedangkan timun perak pergi ke depan untuk menemui raksasa.
Raksasa                     : “Wah….wah…wah, siapa ini?”
Timun Perak  : “Sudah…jangan banyak bertanya, apa yang kamu inginkan?”
Raksasa         : “Hahaha….pastinya aku ingin memakanmu”
Timun Perak  : “Baiklah kalau itu maumu, tapi kalau kamu bisa coba tangkap aku”
Timun Perak berlari dan Raksasapun mengejarnya. Timun perakpun teringat akan bungkusannya, maka ditebarnya biji mentimun. Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasapun memakannya tapi buah timun itu malah menambah tenaga raksasa. Lalu timun emas menaburkan jarum, dalam sekejap tumbuhlan pohon-pohon bambu yang sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah raksasa terus mengejar.Timun emaspun membuka bingkisan garam dan ditaburkannya. Seketika hutanpun menjadi lautan luas. Dengan kesakitannya raksasa dapat melewati. Yang terakhir Timun Emas akhirnya menaburkan terasi, seketika terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, akhirnya raksasapun mati.

Timun Perak  : “Terimakasih Tuhan, Engkau telah melindungi hambamu ini”
Timun Perakpun kembali ke rumah dengan selamat. Dan akhirnya keluarga Mbok Sarni dan Pak Brotopun hidup bahagia selamanya.[8]

2.        Menceritakan kembali naskah drama Timun Perak
Dari naskah drama diatas, kita catat terlebih dahulu:
a.         Judul : Timun Perak
b.        Tokoh dan Penokohan
1)        Tokoh
a)        Timun Perak (tokoh utama)
b)        Pak Broto
c)        Mbok Sarni
d)       Raksasa
2)        Karakter Tokoh
a)        Timun Perak, mempunyai karakter penurut, peduli, dan rajin.
b)        Pak Broto, mempunyai karakter penyabar.
c)        Mbok Sarni, mempunyai karakter tidak pandai bersyukur, namun seorang penyayang dan murah hati.
d)       Raksasa, mempunyai karakter kejam
3)        Penokohan
a)        Timun Perak digambarkan sebagai seorang anak penurut, peduli terhadap ibunya yang sedang sedih, dia juga seorang anak yang rajin membantu ibunya mencari kayu bakar di hutan.
b)        Pak Broto digambarkan sebagai seorang suami dari mbok Sarni yang sangat penyabar walaupun belum dikaruniai seorang anak, dia selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah kepadanya.
c)        Mbok Sarni digambarkan sebagai seorang istri yang selalu mengeluh dan tidak pernah bersyukur atas apa yang telah dikaruniakan kepadanya. Akan tetapi setelah melihat pengorbanan timun perak untuknya hatinyapun berangsur lembut.
d)       Raksasa digambarkan sebagai tokoh yang dalam memberi selalu mengharapkan imbalan. Dia juga kejam karena ingin memakan Mbok Sarni dan Timun Perak.
c.         Latar
1)        Tempat : Desa, sawah, hutan, goa, rumah timun mas
2)        Waktu   : 50 hari, 49 hari, 10 tahun, dzuhur.
3)        Suasana : Gelap
d.        Alur
Dari drama Timun Perak ini kita bisa mencatat bahwa alur yang digunakan adalah alur maju. Dimulai dari babak pertama yang mengisahkan kehidupan pak Broto dan mbok Sarni yang bekerja sebagai petani dan belum dikaruniai momongan, kemudian bu Sarni yang sudah terlalu lama tidak memiliki momongan dan berkata dalam hati “alah, ngomong sama suami, sujud sama gusti berkali-kali tak pernah diberi momongan, mending aku minta sama raksasa di hutan saja”. Dari perkataan tersebut alur terus bergerak maju sampai menuju konflik dengan raksasa dan menuju klimaks saat timun perak berhasil mengalahkan raksasa yang hendak memakannya, dengan menggunakan biji mentimun, jarum, garam ,dan terasi yang diberikan oleh mbok Sarni.
e.         Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam drama diatas adalah bahasa sehari-hari, oleh sebab itu cenderung komunikatif dan tak jarang pula mengabaikan bahasa baku. Tujuannya adalah agar percakapan atau dialog antar tokoh tidak terlihat terlalu kaku. Jika diperhatikan secara mendetail, drama diatas ternyata juga menggunakan beberapa majas diantaranya majas hiperbola, majas paradoks, majas sinisme, dan majas klimaks.
f.         Konflik
Konflik dalam drama ini dimulai dari keputusasaan mbok Sarni yang tak sengaja berujung dengan dikeluarkannya sebuah permintaan akan seorang anak yang cantik kepada si raksasa. Dari sinilah kehidupannya mulai mencekam karena terpaksa harus berususan dengan si raksasa yang pada akhirnya malah ingin meminta dirinya sebagai buah santapan si raksasa. Dan betapa beruntungnya dia, putri buruk rupa yang selama ini ia sia-siakan bersedia untuk menggantikannya. Hingga pada akhirnya kebaikan sang putri membuat hatinya luluh dan keberanian si timun perak membuat raksasa lenyap dari dunia ini.
g.        Amanat
Dari drama Timun Perak diatas dapat kita ambil beberapa pelajaran yakni, jika kita menginginkan sesuatu yang utama adalah berusaha diiringi dengan do’a kepada tuhan Yang Maha Kuasa. Jika apa yang kita inginkan belum terwujud itu tandanya usaha yang kita lakukan belumlah maksimal. Dalam berusaha jangan mudah putus asa hingga menempuh jalan yang tak semestinya. Pelajaran yang kedua yang dapat kita ambil dari drama diatas yakni berbaktilah kepada orang tua meski dalam lain sisi mungkin seperti Timun Perak yang ibunya tidak pernah menyayanginya tetapi dengan penuh keikhlasan ia tetap saja berbakti. Karena walau bagaimanapun Mbok Sarni tetaplah seorang ibu untuknya. Dan tiada kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik seperti mbok Sarni.
h.        Nilai-nilai Kehidupan
1)        Nilai sosial-budaya terletak pada raksasa yang ingin menolong pak Broto dan bu Sarni, dengan mengabulkan permintaan pak Broto dan bu Sarni yang menginginkan seorang putri cantik , baik, manis.
2)        Nilai moral terletak pada sikap timun perak yang dengan senang hati mau menggantikan ibunya menjadi santapan si raksasa. Meski sebelumnya si ibu tak pernah menyayanginya.
3)        Nilai agama dalam drama di atas terletak pada perkataan pak Broto yang selalu mengingatkan bu Sarni pada Gusti Allah, dalam keadaan dimanapun dan kapanpun.
4)        Nilai ekonomi ini, pada drama di atas terletak pada kehidupan sederhana pak Broto dan bu Sarni, yang bekerja di ladang sebagai petani biasa.

         Jika sudah selesai mencatat hal-hal yang kita perlukan, selanjutnya kita bisa merangkai dan mengembangkannya menjadi sebuah cerita seperti di bawah ini:
TIMUN PERAK

         Pada zaman dahulu kala, hiduplah sebuah keluarga kecil yakni keluarga Mbok Sarni dan Pak Broto. Mbok Sarni sangat menginginkan seorang anak. Suatu hari saat pulang bekerja, ia didatangi oleh raksasa yang ingin memberi seorang anak dengan syarat apabila anak itu berusia 10 tahun harus diserahkan ke raksasa itu untuk disantap.
         Mbok Sarnipun setuju. Raksasa lalu memberinya biji mentimun agar ditanam dan dirawat. Akan tetapi bukannya merawatnya, mbok sarni malah membuangnya biji itu. Sehingga biji mentimun yang seharusnya berbuah emas dan melahirkan bayi yang cantik, malah menghasikan mentimun perak yang melahirkan bayi yang jelek. Hal ini semakin membuat Mbok Sarni murka sehingga ia selalu kasar kepada timun perak. Kendati demikian timun perak senantiasa berbakti kepada bundanya.
         10 tahun berlalu, si raksasa itupun datang kembali. Alih-alih ingin membawa timun perak, meihat badan mbok Sarni yang lebih gemuk raksasa itupun kini malah ingin membawanya. Dengan dalih untuk berpamitan kepada keuarganya dan menggemukkan badan, Mbok Sarni meminta tambahan waktu 50 hari.
         Melihat sang bunda bermuram durja, timun perakpun bertanya dan Mbok Sarnipun menceritakan semuanya. Setelah mendengarnya timun perak akhirnya memutuskan untuk menggantikan bundanya menjadi santapan si Raksasa. Selama 49 hari ia berusaha keras untuk menggemukkan badannya.
         50 haripun beralu dengan begitu cepat, kedekatan mereka selama itu membuat Mbok Sarni tersadar betapa murninya bakti timun perak. Sebelum timun perak pergi menemui si Raksasa Mbok Sarni memberikan sebuah bungkusan kepada Timun perak, ia yakin bahwa bungkusan itu dapat membantu timun perak menghadapi si raksasa.
         Timun perak menyuruh mbok sarni untuk lari mealui pintu belakang. Sedang ia pergi menemui raksasa di depan. Timun perakpun menantang raksasa untuk menangkapnya. Ketika berlari ia teringat akan bungkusannya, maka ditebarnya biji mentimun. Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasapun memakannya tapi buah timun itu malah menambah tenaga raksasa. Lalu timun perak menaburkan jarum, dalam sekejap tumbuhlah pohon-pohon bambu yang sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah raksasa terus mengejar. Timun perakpun membuka bingkisan garam dan ditaburkannya. Seketika hutanpun menjadi lautan luas. Dengan kesakitannya raksasa dapat melewati. Yang terakhit Timun perak akhirnya menaburkan terasi, seketika terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, akhirnya raksasapun mati.
Akhirnya Timun Perakpun dapat kembali ke rumah dengan selamat dan keluarga mereka hidup bahagia selamanya.

















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.        Drama merupakan sebuah karya sastra menceritakan konflik manusia yang dikemas dalam bentuk dialog dengan gerak-gerik yang disusun dengan tujuan untuk diproyeksikan di pentas sebagai pertunjukan. Unsur di dalam drama ada dua yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
2.        Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan-lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
3.        Menceritakan kembali merupakan kegiatan menyusun kembali isi naskah drama yang telah disimak entah itu dari proses pembacaan ataupun pertunjukkan.
4.        Dalam menceritakan kembali setidaknya kita mencatat hal-hal penting seperti judul, alur, latar, penokohan, dan lain sebagainya agar dapat mempermudah kita selanjutnya.

B.       Saran
1.        Untuk calon pendidik setidaknya mulai saat ini kita lebih memperdalam lagi pemahaman kita mengenai bahasan ini. Agar kelak pada saat kita diharuskan untuk terjun kita dapat membimbing peserta didik kita dengan lancar. Sebab menceritakan kembali merupakan salah satu aspek kemampuan berkomunikasi yang paling utama.
2.        Untuk penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa tiada gading yang tak retak, atau dengan kata lain makalah ini tak luput dari berbagai kesalahan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai belah pihak yang bersifat membangun demi lebih baiknya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Dwija, Dadan Djuanda Iswara. 2006. Apresiasi Sastra Indonesia . Bandung: UPI Press.
Indarti, Titik. 2006.  Memahami Drama Sebagai Teks Sastra dan Pertunjukan. Surabaya: Unesa University Press.
Sumardjo, Joko dan Saini. 1997. Apresiasi Kesusastraan . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wirajaya, Asep Yudha.2008. Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Jakarta: pusat perbukuan departemen pendidikan nasional.
Saputra, Fibrian. https://fibrians26.wordpress.com/2015/03/29/naskah-drama-timun-mas/, (Diakses pada 20 Mei 2017 pukul 11:20 WIB).


[1] Titik Indarti, Memahami Drama Sebagai Teks Sastra dan Pertunjukan, (Surabaya: Unesa University Press, 2006), hal. 83.
[2] Dadan Djuanda Iswara Dwija,  Apresiasi Sastra Indonesia, (Bandung: UPI Press, 2006), hal. 35.
[3] Asep Yudha Wirajaya, Berbahasa dan Bersastra Indonesia, (Jakarta: pusat perbukuan departemen pendidikan nasional, 2008), hal. 96.
[4] Joko Sumardjo dan Saini, Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), hal. 73.
[5] Joko Sumardjo dan Saini, Apresiasi Kesusastraan..., hal. 92.

[6] Titik Indarti, Memahami Drama Sebagai Teks Sastra dan Pertunjukan..., hal. 90.
[7] Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001), hal. 54.
[8] Fibrian Saputra, https://fibrians26.wordpress.com/2015/03/29/naskah-drama-timun-mas/, (Diakses pada 20 Mei 2017 pukul 11:20 WIB).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar