Sabtu, 15 September 2018

BAHASA INDONESIA: Tugas Individu Sejarah Sastra Indonesia Lama (Semester 4)


SEJARAH SASTRA INDONESIA LAMA
TUGAS INDIVIDU
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia MI/SD 2
Yang dibina oleh Mustofa, S. S., M. Pd.
11050637_1655434244688794_3266224396869722217_n.jpg









Disusun Oleh:
Nama        : Risma Nur Izzati
NIM          : 17205153002
Kelas         : PGMI-4A



JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
Maret 2017



·           Nama       : Risma Nur Izzati
·           NIM         : 17205153002
·           Kelas        : PGMI-4A

Sejarah Sastra Indonesia Lama

Layaknya produk budaya lain, semisal ilmu pengetahuan dan teknologi, ternyata karya sastrapun juga mengalami perkembangan baik dalam segi bentuk maupun isinya. Di Indonesia sendiri, perkembangan sastra sebagian besar dipengaruhi oleh banyak faktor, diantarannya yakni adat istiadat, agama, ideologi, politik, dan ekonomi. Umumnya, perkembangan sejarah sastra di Indonesia itu dibagi ke dalam dua periode, yakni periode sastra Indonesia lama dan periode sastra Indonesia baru. Nah disini saya akan mencoba untuk menguraikan tentang sejarah sastra Indonesia lama.
Sastra lama biasa dikenal dengan sebutan sastra melayu lama, kesusastraan klasik atau kesusastraan tradisional. Sastra ini mulai berkembang di Indonesia jauh sebelum pengaruh barat masuk ke Negara ini (sekitar tahun 1870). Bentuk sastra yang berkembang pada masa ini didominasi oleh dongeng, mantra, pantun dan lain sebagainya. Untuk periodesasi sastra lama dilihat dari segi waktu, Ubbai Achmad mengatakan bahwa periodesasi sastra lama terdiri dari 2 masa, yakni masa Pujangga Lama dan Masa Sastra Melayu Lama.
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasikan karya sastra Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20, pada masa ini karya sastra didominasi oleh syair, pantun, gurindam, dan hikayat. Di Nusantara budaya melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatra dan semenanjung malaya. Di Sumatra bagian utara muncul karya-kaya penting berbahasa melayu terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Pansuri adalah yang pertama diantara penulis angkatan pujangga lama dari istana kesultanan Aceh pada abad ke-17 muncul karya klasik selanjutnya yang paling terkenal adalah karya Syamsudin Pasai dan Abdul Rauf Singkir serta Nuruddin Arraniri. Karya tersebut meliputi:
1.    Hikayat
Hikayat Abdullah                             Hikayat Kalia dan Damina
              Hikayat Aceh                                     Hikayat masyidullah
              Hikayat Amir Hamzah                       Hikayat Pandawa jaya
              Hikayat Andaken Panurat                 Hikayat Panda Tonderan
              Hikayat Bayan Budiman                   Hikayat Putri Djohar Munikam
              Hikayat Hang Tuah                            Hikayat Sri Rama
              Hikayat Iskandar Zulkarnaen             Hikayat Jendera Hasan
              Hikayat Kadirun                                Tasibul Hikayat

2.        Syair
              Syair Bidasari
              Syair Ken Tambuhan
              Syair Raja Mambang Jauhari
              Syair Raja Siam

3.        Kitab Agama
             Syarab Al Asyidiqin (minuman para pecinta) oleh Hamzah Panzuri
             Asrar Al-arifin (rahasia-rahasia gnostik) oleh Hamzah Panzuri
             Nur ad-duqa’iq (cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsudin Pasai.
             Bustan as-salatin (taman raja-raja) oleh Nuruddin Ar-Raniri.

Pada periode yang kedua yakni periode sastra melayu lama, sastra mulai berkembang di  lingkup masyarakat Sumatera seperti Minangkabau, Langkat, Tapanuli  dan daerah Sumatera lainnya, orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat. Contoh Karya Sastra Melayu lama pada masa ini yakni:
a.         Robinson Crousoe (terjemahan)                  
b.        Lawan-lawan Merah
c.         Grauf de Monte Cristo (terjemahan)
d.        Rocambole (terjemahan)
e.         Nyui Dasima oleh G. Prancis (indo)
f.         Bung Rampai oleh A.F. Bewali
g.        Kisah Perjanan Nahkoda Bontekoe
h.        Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
i.          Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R. Komer (indo)
j.          Cerita Nyonya Kong Hong Nio
k.        Nona Leonie
l.          Warna Sari Melayu oleh Kat. S.J
m.      Cerita Si Conat oleh F.D.J

Sastra tersebut disebut sebagai sastra melayu klasik karena sastra tersebut berkembang di daerah melayu pada masa sebelum dan sesudah islam hingga mendekati tahun 1920-an di masa balai pustaka. Catatan tertulis yang pertama kali ditemukan menggunakan bahasa Melayu Kuno yang kabarnya berasal dari abad ke-7 Masehi, bahkan sastra tersebut tercantum pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah. Tulisan ini menggunakan aksara Pallawa. Selanjutnya, bukti-bukti tertulis lainnya bermunculan di berbagai tempat, meskipun dokumen terbanyak kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.
Untuk mengidentifikasi apakah suatu sastra tersebut masuk ke dalam sastra klasik atau tidak kita bisa mengacu kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh sastra itu sendiri. Adapun dalam hal ini kesusastraan klasik setidaknya memiliki 5 ciri yang membedakan dirinya dengan kesusastraan lainnya. Ciri yang pertama dari segi bahasa, sastra Indonesia lama masih menggunakan bahasa melayu lama. Ciri yang kedua yakni bisa kita perhatikan dari nama pengarangnya, biasanya dalam sastra lama itu nama dari pengarang tidak diketahui (anonim). Ciri yang ketiga dilihat dari segi isinya cerita dalam sastra lama biasanya diwarnai dengan hal-hal ghaib, sementara peristiwa yang dikisahkan di dalam cerita sastra lama terpacu pada kisah kehidupan istana, raja-raja, dewa-dewa, para pahlawan, dan tokoh-tokoh mulia lainnya. Ciri yang keempat dilihat dari perbendaharaan katanya, sastra lama biasanya banyak menggunakan lata-kata baku seperti alkisah, shahibul hikayat, menurut empunya cerita, konon, dan lain sebagainya. Dan ciri yang terakhir yakni, sastra klasik jalur perkembangannya terjadi secara lisan (dari mulut ke mulut), sebab seperti yang kita tahu pada masa itu media cetak dan elektronik belum ditemukan. Pada waktu itu yang dianggap sebagi buku kesusastraan adalah pawang (orang yang bercerita dan berpantun). Dalam hal ini pawang berjasa dalam menerapkan kesusastraan sebab pada waktu itu sebagian besar rakyat belum dapat membaca dan menulis. Kesusastraan lama yang asli dibagi ke dalam tiga bagian yakni: Cerita yang hidup dalam masyarakat semisal “Lebai Malang”, Sejarah lama yang bersifat Nasional semisal “ Hikayat Raja-raja Aceh”, dan Pelipur Lara semisal “ Hikayat Malir”. Sementara itu dalam kesusastraan lama juga terdapat jenis sastra yang bukan asli (sastra yang sudah mendapat pengaruh dari luar) semisal sudah mendapat pengaruh dari cerita jawa seperti “Hikayat Panji Semirang”. Adapun periode dimana sastra masih berkembang secara lisan ini para ahli biasa menyebutnya dengan periode purba. Nah, barulah setelah agama hindu dan islam mulai masuk ke Indonesia kesusastraan yang disampaikan oleh pawang tadi ditulis dalam bentuk buku. Pada periode ini sastra Indonesia mulai mendapat pengaruh dari agama Hindu semisal terdapatnya buku-buku yang memuat tentang cerita Ramayana ataupun Mahabarata. Pada periode ini pula mulai tampak pengaruh Arab Persi dalam sastra lama Indonesia. Hal ini terlihat dalam karya-karya ketatanegaraan semisal saja buku Tajussa Latin (Mahkota Raja-raja).
Selain yang telah disebutkan tadi ada pula beberapa jenis karya sastra lain yang termasuk ke dalam jenis karya sastra lama, diantaranya adalah:
1.        Mantra
Yakni sejenis karya sastra lama yang berisi tentang puji-pujian terhadap sesuatu yang ghaib atau dikeramatkan. Mantra ini biasanya diucapkan oleh pawing ataupun dukun pada upacara keagamaan. Contohya adalah: Mantra menuai padi dari Minangkabau
Hai si lansari                     -bagindo sari
si lansari                           -sari bagadun
engkau banamo                -banyak namo
si lansari                           -ka aku tunai
Urang Kinari                    -pai baramah
Urang Sungkarak             -pai mandulang
Hai si lansari                     -bagindo sari
marilah kita                      -pulang ke rumah
serta dengan raja              -raja engkau
yang berbaju                     -hadun tumadun

2.        Pantun
Adalah sejenis puisi lama yang terdiri dari empat baris dalam satu baitnya. Setiap barisnya terdiri atas 8–12 suku kata. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempatnya adalah isi. Bunyi terakhir pada kalimat-kalimatnya berpola a-b-a-b. Dari hal ini dapat diketahui bahwa pantun sangat mementingkan rima. Berkiblat dari apa yang termuat di dalamnya, jenis dari pantun itu sendiri bermacam-macam, seperti:
a.         Pantun Jenaka
Pohon padi daunnya tipis
Pohon nangka berbiji lonjong
Kalau Budi suka menangis
Kalau tertawa giginya ompong
b.        Pantun Percintaan
Berlayar masuk muara kedah
Patah tiang timpa kemudi
Sekuntum bunga terlalu indah
Sekalian sumbang asyik berani
c.         Pantun Persahabatan
Kalau ada kembang yang baru
bunga kenanga dikupas jangan
Kalau ada sahabat yang baru
sahabat lama dibuang jangan
d.        Pantun Nasehat
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam riang-riang      
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tak sembahyang
e.         Pantun Teka-teki
Taruhlah puan di atas pati
Benang sutra dilipat jangan
Kalu tuan bijak bestari
Binatang apa susu delapan

3.        Seloka
Seloka biasa juga disebut dengan pantun berkait. Pantun berkait adalah pantun yang terdiri atas beberapa bait. Antara bait yang satu dengan bait yang lainnya sambung-menyambung. Baris kedua dan keempat dari bait pertama dipakai kembali pada baris pertama dari ketiga pada bait kedua. Demikianlah pula hubungan antara bait kedua dan ketiga, ketiga dan keempat, dan seterusnya. Misalnya:
Sarang garuda di pohon beringin
Buah kemuning di dalam puan
Sepucuk surat dilayangkan angin
Putih kuning sambutlah Tuan
Buah kemuning di dalam puan
Dibawa dari Indragiri
Putih kuning sambutlah Tuan
Sambutlah dengan si tangan kiri
Dibawa dari Indragiri
Kabu-kabu dalam perahu.
Sambutlah dengan si tangan kiri
Seorang mahluk janganlah tahu.

4.        Talibun
Talibun adalah pantun yang susunannya terdiri atas enam, delapan, atau sepuluh baris. Pembagian baitnya sama dengan pantun biasa, yakni terdiri atas sampiran dan isi. Jika talibun itu enam baris, tiga baris pertama merupakan sampiran dan tiga baris berikutnya merupakan isi. Berpacu pada jumlah barisnya, talibun itu dibedakan menjadi beberapa macam, diantaranya adalah talibun enam baris, talibun delapan baris, dan talibun sepuluh baris. Berikut adalah contoh talibun 6 baris:
Selasih di rimba Jambi
Rotan ditarik orang pauh
Putus akarnya di jerami
Kasih pun baru dimulai
Tuan bawa berjalan jauh
Itu menghina hati kami
Mendaki bukit tempurung
Menurun ke tanjung lalang
Membawa rotan dua lembar
Kami mendengar berita burung
Bunga larangan sudah menghilang
Kumbang mana yang mengambilnya

5.        Karmina
Adalah pantun kilat yang terdiri dari dua baris, dimana baris yang pertama merupakan sampiran sedangkan baris kedua adalah isinya. Contohnya:
Gendang gendut, tali kecapi
Kenyang perut, senanglah hati

6.        Gurindam
Gurindam atau sajak peribahasa merupakan puisi yang terdiri atas dua baris, dimana  baris pertama merupakan syarat, sedangkan baris kedua berisi akibat atas apa yang disebutkan pada baris pertama. Rumus rima akhirnya biasanya adalah /aa/. Di dalamnya memuat tentang ajaran, budi pekerti, atau nasihat keagamaan. Gurindam yang terkenal ialah kumpulan gurindam karangan pujangga Melayu klasik Raja Ali Haji dengan nama “Gurindam Dua Belas”. Gurindam tersebut terdiri atas dua belas pasal dan berisi kurang lebih 64 buah gurindam. Contohnya:
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir
Di situlah banyak orang tergelincir

7.        Syair
Syair merupakan bentuk puisi klasik yang merupakan pengaruh kebudayaan Arab. Syair biasanya terdiri atas empat baris. tiap baris terdiri atas 8 sampai 10 suku kata. Semua apa yang terdapat di dalam syair merupakan isi. Syair berima akhir a-a-a-a. Contohnya:
Pungguk bangsawan hendak menitir
tidak diberi kakanda satir
Adinda jangan tuan bersyair
jikalau tuan guruh dan petir.

8.        Peribahasa
Peribahasa adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan maksud tertentu. Berdasarkan isinya, peribahasa dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa macam yakni peribahasa yang berupa nasihat, sindiran, dan pujian. Berikut adalah contoh peribahasa pujian:
Pujian kepada orang yang sama rupa dan tingkahnya adalah “bagai pinang dibelah dua”.

9.        Teka-teki
Teka-teki adalah cerita pendek yang menuntut jawaban. Teka-teki hampir sama dengan soal cerita. Hanya saja, dalam teka-teki, peranan nalar sering kali diabaikan. Hal yang dipentingkan adalah kemampuan si penebak dalam memahami arti kiasan atau ibarat yang dikemukakan dalam cerita. Ciri lainnya adalah dalam penyusunan teka-teki haruslah memerhatikan keindahan bahasanya. Atas dasar inilah teka-teki bisa digolongkan ke dalam jenis sastra. Contohnya:
Dari kecil berbaju hijau, sudah besar baju merah. Luarnya
surga, dalamnya neraka. Jawabannya: cabe.

10.    Legenda
Adalah sejenis sastra lama yang mengisahkan tentang asal-usul munculnya dunia tumbuh-tumbuhan, dunia binatang maupun terciptanya suatu tempat. Contohnya:
Gadung beracun karena dipanah oleh pohon jagung dengan menggunakan anak panah yang beracun.

11.    Fabel
Adalah sejenis cerita yang tokoh-tokohnya binatang dengan peran layaknya manusia. Binatang-binatang itu dapat bicara, makan, minum, dan berkeluarga seperti manusia. Pelaku populer fabel di masyarakat Melayu adalah kancil.

12.    Hikayat
Adalah sejenis sastra lama yang memuat cerita mengenai tokoh-tokoh atau peristiwa yang memiliki hubungan dengan peristiwa sejarah. Hikayat itu terdiri dari bermacam-macam jenis seperti:
a.       Cerita Rakyat, seperti Hikayat Si Miskin dan Hikayat.
b.      Epos dari India, seperti Hikayat Sri Rama.
c.       Dongeng-dongeng dari Jawa, seperti Hikayat Pandawa Lima dan Hikayat Panji Semirang.
d.      Cerita-cerita Islam, seperti Hikayat Nabi Bercukur dan Hikayat Raja Khaibar.
e.       Sejarah dan biografi , misalnya Hikayat Raja-Raja Pasai dan Hikayat Abdullah.
f.       Cerita Berbingkai, misalnya Hikayat Bakhtiar dan Hikayat Maharaja Ali.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar