Sabtu, 15 September 2018

SBK: Makalah Guru Berorientasi Entrepreneur (Semester 4)


GURU BERORIENTASI ENTREPRENEUR
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Seni Budaya dan Keterampilan MI/SD 2
Yang dibina oleh Dra. Selasih Riniunnamed (7)








Disusun Oleh:
Kelompok 12
1.        Risma Nur Izzati                   (17205153002)
2.        Aliyatul Hidayah                   (17205153031)
3.        Nila Husna Alfi Rohmah      (17205153040)
4.        Maidatul Jannah                    (17205153051)




JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
 April 2017



PEMBAHASAN

Menjadi seorang guru adalah sebuah pilihan. Sejak awal kita kuliah di fakultas keguruan dan mendapatkan gelar S.Pd. kita sudah berniat untuk menjadi seorang guru. Menjadi guru tidaklah semudah yang dibayangkan, tinggal mengajar dan dapat bayaran besar, itu mungkin salah satu pikiran kita ketika mendaftar di fakultas keguruan. Alasan lain mungkin saja itu juga permintaan dari orang tua kita.
Apapun itu, banyak orang atau bahkan kita kelak menjelma menjadi seorang guru, entah itu guru honorer maupun PNS. Walaupun perbedaan gajinya bagaikan bumi dan langit, yang terpenting adalah niat kita ikhlas ingin mengabdikan hidup kita bagi dunia pendidikan. Yakinlah Allah Maha Mengetahui  apa yang kita kerjakan dan tidak ada hal kebaikan yang akan sia-sia. Insya Allah itu akan jadi amal jariyah bagi kita yang pahalanya terus mengalir. Karena sejak awal jalan itu yang kita pilih, jangan pernah menyesal untuk menjadi seorang guru, karena guru adalah pekerjaan yang mulia.
Sangat lumrah memang, jika ada sebagian besar guru honorer yang mengeluh gajinya kecil, tidak cukup menghidupi keluarga padahal pengabdiannya sudah bertahun-tahun. Tapi itu semua tetap kembali pada niat seseorang pada awalnya. Apakah menjadi guru karena ingin memperoleh hidup yang layak ataukah dengan ikhlas semata ingin mengabdikan ilmu kita.
Seseorang pernah berkata, ” kalau ingin kaya jangan jadi guru tapi jadilah pengusaha”. Dari kata-kata tersebut dapat diambil hikmah bahwa  menjadi guru harus disertai niat ikhlas tanpa pamrih dan bukan ajang untuk cari kekayaan ataupun cari gengsi dimasyarakat.
Uang adalah kebutuhan yang sangat urgen bagi kehidupan. Tapi ada banyak cara untuk mendapatkan rejeki Allah kalau kita mau berusaha dan memanfaatkan peluang yang ada. Bukannya hal yang mustahil jika menjadi guru sambil berwirausaha. Inilah sebenarnya anugerah tersembunyi yang diberikan Allah kepada kita. Disaat orang terdesak akan kebutuhan hidupnya sedangkan dari hasil mengajar sangat tidak mencukupi, maka akan muncul 1001 ide bagaimana cara mendapatkan penghasilan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Disinilah muncul ide-ide kreatif kita, misalnya membuat bros untuk dijual, beternak ayam, membuat warung makan, membuka catering, mencoba menulis untuk dikirim di media, membuka les, jual beli online yang saat ini sedang banyak diminati dan masih banyak yang lainnya. Atas dasar inilah makalah ini, dibuat yakni untuk memberikan pengetahuan bagi kita semua bahwa guru juga dapat menjelma menjadi entrepreneur entah itu bagi dunia pendidikan maupun bagi dunia usaha.

A.      Pengertian Entrepreneur
Entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kecakapan tinggi dalam melakukan perubahan, memiliki karakteristik yang hanya ditemukan sangat sedikit dalam sebuah populasi. Kata entrepreneur berasal dari kata Prancis, entreprendre, yang berarti berusaha. Dalam konteks bisnis, maksudnya adalah memulai sebuah bisnis. Kamus Merriam-Webster menggambarkan definisi entrepreneur sebagai seseorang yang mengorganisir, memenej, dan menanggung risiko sebuah bisnis atau usaha.
Istilah Entrepreneur dipopulerkan oleh seorang ekonomi Australia yang bernama Joseph Schumpeter. Menurut Schumpeter keseluruhan proses perubahan ekonomi akhirnya tergantung pada pribadi perilakunya yaitu Entrepreneur (wiraswastawan) Kewiraswastawan (Entrepreneurship). Para wiraswastawan melihat perubahan sebagai norma dan sesuatu yang sehat. Biasanya mereka tidak menciptakan perubahan sendiri, karena mereka sendiri bukan penemu. Namun demikian, ini menentukan wiraswastawan dan kewiraswastaan.
Entrepreneur adalah seseorang yang melahirkan usaha baru. Dia bagaikan bidan bagi kelahiran usaha-usaha ekonomi. Bahkan, Meriam Webster menyebutnya sebagai "economic leader", karena dia memang berada di garda terdepan dan terawal bagi satu proses bisnis. Dialah yang menemukan produk yang tepat dan pasar yang tepat. Dialah yang berperan membujuk calon-calon investor agar mau merogoh kantongnya untuk memproduksi dan memasarkan produk itu. Dia yang berperan menemukan calon manager yang tepat untuk satu usaha baru itu kalau sudah berjalan. Jadi, entrepreneur berhubungan dengan usaha baru atau pembaruan usaha. Kata kuncinya adalah "baru". Entrepreneur melahirkan usaha yang sama sekali baru,
Pada intinya entrepreneur adalah seseorang yang selalu mencari perubahan, menanggapinya, dan memanfaatkannya sebagai suatu peluang. Setiap perubahan ditanggapinya secara kreatif dan inovatif. Smart berarti cerdas atau pintar atau bijak. Kong Hu Cu mengatakan "Jika anda tidak pandai, maka anda harus cerdas".
Guru adalah salah satu tiang penopang pendidikan. Tanpa adanya guru pendidikan tak akan dapat berjalan. Oleh sebab itu sehubungan dengan entrepreneur guru dapat dikatakan sebagai salah satu entrepreneur pendidikan. Entrepreneur pendidikan merupakan seseorang yang membawa inovasi, ide-ide baru yang mempunyai sumber daya berupa tenaga kerja seperti jasa dan asset yang dikombinasikan untuk menambahkan nilai yang lebih besar dalam upaya mengembangkan anak untuk mencapai kedewasaan dan menjalankan aktifitasnya agar bahagia dalam kehidupan. Seseorang yang dimaksud tersebut tak lain adalah guru.

B.       Guru Berorientasi Entrepreneur
Berbicara tentang entrepreneurship, pasti dalam benak kita akan timbul bayangan seseorang yang banyak berkecimpung di dunia usaha, berkaitan dengan modal/uang, atau yang lebih sederhana lagi pengusaha atau wirausahawan. Memang istilah tersebut lebih banyak dikaitkan dengan hal-hal yang berbau dunia usaha. Tetapi, apakah hanya pengusaha/wirausahawan yang punya mental entrepreneur? Apakah profesi lainnya tidak menguasai entrepreneurship? Coba kita lihat arti sebenarnya dari entrepreneurship ini. Menurut wikipedia, entrepreneurship (kewirausahaan) adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Dari pengertian ini jelas bahwa pengertian entrepreneurship sangat bisa diterapkan dalam menjalankan profesi yang lain, dan bahkan untuk seorang guru sekalipun. Dalam Wikipedia juga, arti Guru secara umum adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Sedang dalam Kamus Bahasa Indonesia menjelaskan guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Jika menelaah pengertian guru tadi, tepat kiranya jika entrepreneurship juga melekat pada seseorang yang berprofesi guru. Guru, yang tugas kesehariannya adalah membimbing, mendidik, serta mengayomi perserta didik. Dalam konteks ini seorang guru dituntut harus terus mengasah keterampilan mengajar serta materi keilmuannya. Tidak bisa guru hanya mengandalkan insting atau pengalaman yang dimiliki dalam berinteraksi dengan bidang pekerjaannya, meskipun insting atau pengalaman juga bisa dijadikan sebagai rujukan. Guru harus mampu meng "up grade" dirinya dalam hal apapun. Dalam entrepreneurship, yang pada akhirnya akan menghasilkan jiwa-jiwa entreprenur, banyak sifat-sifat yang harus dimiliki, antara lain; percaya diri, berorientasikan tugas dan hasil, pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan, berorientasi ke masa depan serta jujur dan tekun. Sifat-sifat ini kalau dimiliki oleh seorang guru, akan semakin dahsyat efeknya terhadap siswanya.
Sifat yang pertama adalah percaya diri, seorang guru wajib mempunyai sifat ini. Sikap percaya diri disini memang tidak untuk yang berlebihan, tetapi lebih ditekankan pada bahwa profesi guru adalah profesi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Terlebih lagi untuk guru yang sudah menyandang Guru Profesional. Sehingga dengan percaya diri yang dimiliki, seorang guru itu mempunyai keyakinan bahwa apa yang dikerjakan selalu membawa manfaat untuk masa depan. Dari percaya diri pula akan muncul kemandirian dalam berkarya yang dibalut dalam bingkai selalu optimis dalam melaksanakan tugas mengajar demi melahirkan generasi emas di masa yang akan datang.
Sifat entrepreneurship yang kedua adalah berorientasi tugas dan hasil. Sifat ini sangat tepat dimiliki oleh seorang guru. Dalam sifat ini akan tumbuh semangat selalu berusaha untuk berprestasi,mengutamakan proses yang baik untuk mencapai hasil yang maksimal, mempunyai ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat dalam bekerja, suka bekerja keras dan energik. Dan yang tak kalah pentingnya dengan sifat ini guru terbiasa memiliki insiatif yang diperlukan dalam menyelesaikan setiap persoalan yang muncul. Tidak lagi menunggu perintah dari atasan atau kepala sekolah.
Sifat ketiga yaitu, berani mengambil resiko. Pendidik yang memiliki sifat ini akan terbiasa untuk selalu berani mencoba sesuatu yang dianggap baru meskipun di lingkungan tempat dia bekerja menganggap apa yang dilakukannya akan tidak berhasil. Guru yang entrepreneur selalu berani ambil resiko atas apa yang dikerjakan dan diyakini akan membawa perubahan. Dia tidak takut menghadapi resiko kegagalan. Tantangan adalah sesuatu yang harus dilewati. Prinsipnya adalah "mengerjakan sesuatu yang baru jika hasilnya salah itu masih lebih baik dari pada diam. Dan guru seperti ini juga terbiasa mempraktekkan apa yang disebut dengan teaching out of the box.
Sifat keempat dari entrepreneurship adalah kepemimpinan. Untuk sifat yang ini merupakan sesuatu yang wajib dimiliki oleh seorang guru. Jiwa seorang pemimpin haruslah melekat pada seorang guru. Bertingkah laku sebagai pemimpin bagi dirinya dan siswanya. Guru pemimpin adalah guru yang selalu menjadi tauladan dalam bersikap bagi siswa dan tekan guru yang lain. Guru pemimpin dapat bergaul dengan orang lain/rekan sesama guru dan tidak membedakan golongan atau strata guru di sekolah. Serta guru pemimpin itu suka terhadap saran dan kritik yang membangun. Tidak gampang emosi ketika di kritik serta selalu menanggapi positif setiap saran dan kritik yang dialamatkan kepadanya.
Sifat kelima, menyukai keorisinilan. Pada sifat ini akan selalu memunculkan guru yang mencintai sesuatu yang baru. Meskipun tidak meninggalkan hal-hal lama yang memang baik. Guru terbiasa untuk berinovasi dalam mengembangkan tugas keguruannya. Mulai pengembangan cara mengajar, cara berinteraksi dengan siswa, inovasi pengembangan media pembelajaran dan yang lainnya. Sehingga kalau suka berinovasi dalam tugasnya sehari-hari, maka kreativitas guru akan selalu muncul untuk membuat hal-hal yang selalu ditunggu oleh siswa tercinta di sekolah. Dan sifat keorisinalan ini pulalah yang membuat guru tidak mudah untuk mencontek karya ilmiah orang lain, terutama dalam penyusunan penelitian tindakan kelas.
Sifat keenam, berorientasi pada masa depan, guru yang entrepreneur akan selalu mempunyai wawasan yang selalu berorientasi masa depan. Dalam melaksanakan tugasnya, selalu memikirkan bagaimana dampaknya bagi masa depan siswa dan dirinya. Karena pada prinsipnya, sekolah adalah mencetak insan-insan untuk masa depan. Seorang guru yang berorientasi pada masa depan, akan selalu mencintai pekerjaannya. Prinsipnya "hari esok harus lebih baik dari hari ini". Guru seperti ini selalu mengevaluasi setiap hasil pekerjaan, selalu mengevaluasi dan memperbaiki kesalahan sekecil apapun, untuk menuju sukses masa depan.
Sifat yang terakhir adalah jujur dan tekun, guru yang memiliki sikap ini, akan senantiasa menjauhi hal-hal yang tidak sportif. Guru tersebut selalu mengajarkan dan mencontohkan sikap kejujuran pada siswanya. Selain itu sifat tekun dan sungguh-sungguh juga menjadi "baju" dalam kegiatan sehari-hari. Jujur dan tekun akan selalu menyatu diri guru tersebut. Guru yang mempunyai sifat ini akan selalu memiliki keyakinan bahwa "hidup ini sama dengan kerja keras". Maka jika mengajar dengan dengan tekun dan sungguh-sungguh, yang akan merasakan manfaatnya adalah siswa di kelasnya. Nah, pada akhirnya jika beberapa sifat entrepreneurship diatas juga dimiliki oleh seorang guru, akan tercapailah apa yang dimaksud dengan Tujuan Pendidikan Nasional, dan pada akhirnya negara tercinta inilah yang akan menikmati hasilnya untuk terciptanya masa depan yang adil makmur sejahtera.

C.      Ciri-ciri Entrepreneur
Seorang enterpreneur haruslah seorang yang mampu melihat ke depan. Melihat kedepan bukan hanya melamun kosong, tetapi melihat, berfikir dengan penuh perhitungan, mencari pilihan dari berbagai alternatif masalah dan pemecahannya. Dari berbagai penelitian di Amerika Serikat, untuk menjadi enterpreneur, seseorang khususnya guru harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.        Percaya Diri
Orang yang tinggi percaya dirinya adalah orang yang sudah matang jasmani dan rohaninya. Pribadi semacam ini adalah pribadi yang independen dan sudah mencapai tingkat maturity. Karakteristik kematangan seseorang dapat dilihat dari beberapa hal, diantaranya adalah: ia tidak tergantung pada orang lain, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, obyektif, dan kritis. Emosionalnya boleh dikatakan sudah stabil, tidak gampang tersinggung, dan naik pitam. Juga tingkat sosialnya tinggi, mau menolong orang lain, dan yang paling tinggi adalah kedekatannya dengan sang pencipta Tuhan Yang Maha Esa. Diharapkan enterpreneur seperti ini betul-betul dapat menjalankan usahanya secara mandiri, jujur, dan disenangi oleh semua relasinya.

2.        Berorientasi Pada Tugas dan Hasil
Orang berciri ini tidak mengutamakan prestise dulu lalu prestasi kemudian. Akan tetapi, ia gandrung pada prestasi baru kemudian setelah berhasil prestisenya akan naik. Seseorang yang hanya memikirkan prestisenya lebih dulu dan prestasi kemudian, tidak akan mengalami kemajuan.  Berbagai motivasi akan muncul dalam bisnis jika kita berusaha menyingkirkan prestise. Kita akan mampu bekerja keras, energik, tanpa malu dilihat team, asal yang kita kerjakan itu adalah pekerjaan halal.


3.        Pengambilan Resiko
Di dunia nyata banyak anak muda yang senang mencari resiko atau tantangan, seperti olah raga panjat tebing, balap-balapan motor dijalan raya, kebut-kebutan, dan lain-lain. Ciri-ciri dan watak seperti ini dibawa ke dalam entrepreneur yang juga penuh dengan resiko dan tanangan, seperti persaingan, harga turun naik, barang tidak laku, dan sebagainya. Namun semua tantangan ini harus dihadapai dengan penuh perhitungan. Jika perhitungan sudah matang, membuat pertimbangan dari segala macam segi, maka berjalanlah terus dengan tidak lupa berlindung kepada-Nya.

4.        Kepemimpinan
Sifat kepemimpinan memang ada dalam setiap diri individu. Namun sekarang ini, sifat kepemimpinan sudah banyak dipelajari dan dilatih. Ini tergantung pada masing-masing individu dalam menyesuaikan diri dengan organisasi atau orang yang dia pimpin. Ada pemimpin yang disenangi bawahan, mudah memimpin sekelompok orang, ia diikuti, dipercaya oleh bawahannya. Namun adapula pemimpin yang tidak disenangi bawahan, atau ia tidak disenangi bawahan, ia curiga kepada bawahannya, ia mau mengawasi bawahannya tetapi ia tidak ada waktu untuk itu. Menanam kecurigaan kepada orang lain, pada suatu ketika kelak akan berakibat tidak baik pada usaha yang dijalankan. Pemimpin yang baik harus mau menerima kritik dari bawahan, ia harus bersifat rensonsif.

5.        Keorisinilan
Sifat orisinil ini tentu tidak selalu ada pada diri seseorang. Yang dimaksud orisinil disini iala ia yang tidak hanya mengekor pada orang lain, tetapi memiliki pendapat sendiri, ada ide yang orisinil, ada kemampuan untuk melakukan sesuatu. Orsinil tidak berarti harus baru sekali, tetapi produk tersebut mencerminkan hasil kombinasi baru atau reintegrasi dari komponen-komponen yang sudah ada, sehingga melahirkan sesuatu yang baru.

6.        Berorientasi ke Masa Depan
Seorang entrepreneur haruslah perspektif mempunyai visi kedepan, apa yang hendak ia lakukan?, apa yang ingin ia capai?, sebab sebuah usaha bukan didirikan untuk sementara, tetapi untuk selamanya. Oleh karena itu, faktor kontinuitasnya harus dijaga dan pandangan harus ditujukan ke depan.

D.      Cara Berenterpreneur yang Baik
1.        Tetap Fokus
Kesalahan yang paling banyak di lakukan oleh entrepreneur pemula ialah tidak fokus, kebanyakan pemula mengambil semua peluang bisnis yang ada tanpa memperhitungkan perkembangan usaha kedepannya. Sebagai pemula alangkah baiknya jika fokus terhadap satu usaha terlebih dahulu. Lakukanlah 1 hal dengan sempurna dari pada melakukan 10 hal yang sia-sia.

2.        Mulai Dari Hal yang di Sukai
Jika anda sulit menentukan untuk memulai usaha atau bisnis apa, maka cara termudah ialah berbisnis dengan sesuatu yang paling disukai. Mengapa demikian, karena sesuatu yang disukai akan membuat bersemangat dalam menjalankannya. Di saat terjadi masalahpun dapat mengatasinya dengan mudah. Barulah setelah usaha yang disukai menuai kesuksesan, anda dapat mendirikan usaha lainnya, yang penting jangan terburu-buru.

3.        Terus Belajar
Sebagai seorang entrepreneur baik pemula maupun sudah ahli, belajar dan terus belajar merupakan hal yang wajib di lakukan. Belajar dengan hal-hal baru mengenai suatu hal atau konsep bisnis merupakan ciri khas entrepreneur sukses. Anda dapat belajar ilmu terbaru yang bersumber dari internet, teman bahkan anda tak perlu malu belajar dengan entrepreneur lain tentang hal baru meskipun entrepreneur tersebut belum sepengalaman anda.

4.        Kuasai Konsep Bisnis Anda 100%
Menguasai konsep bisnis terutama bisnis yang dijalankan wajib hukumnya, anda harus benar-benar memiliki wawasan luas pada bisnis yang anda jalankan, terutama jika bisnis anda membutuhkan investor atau kerja sama dengan pihak lain. Jika anda menguasai 100% konsep bisnis anda, dan memberikan penjelasan yang cukup jelas maka akan sangat banyak perusahaan lain atau investor yang beminat bekerja sama dengan anda.

5.        Hemat
“Pengeluaran sekecil mungkin pemasukkan sebesar mungkin” Itulah konsep dasar dari seorang pebisnis. Anda harus benar-benar bisa mengoptimalkan antara pengeluaran dengan pemasukkan, namun jika anda berjalan dalam bisnis yang menghasilkan suatu produk, tetaplah gunakan bahan baku yang berkualitas, jangan hanya melihat dari harga yang murah. Bahan baku yang baik itu yang murah dan berkualitas.

6.        Belajar dari Pengalaman
Pengalaman adalah guru terbaikmu. Ungkapan tersebut memang benar dan patut anda lakukan. Sebagai seorang pebisnis pemula memang tidak memiliki banyak pengalaman, namun pengalaman bukan hanya dalam bidang usaha saja, pengalaman lain seperti ilmu pengetahun juga sangat penting.


7.        Jaga Kesehatan
Sebagai seorang pemula terkadang kita tidak tahu waktu, setiap hari dan setiap saat selalu melakukan hal yang berkaitan dengan bisnis sampai-sampai lupa beristirahat atau berolahraga. Hal tersebut memang baik sebagai pengalaman anda dalam berbisnis, namun sangat buruk untuk kesehehatan anda. Jangan sampai ketika anda telah sukses, uang anda habis untuk biaya berobat anda.

8.        Pemasaran yang Sempurna
Kiat sukses usaha bagi pemula lainnya yakni ketika anda menjadi seorang entrepreneur yang berjalan dalam bidang penjualan suatu produk, maka pastikan pemasaran yang anda lakukan benar-benar tepat. Jangan sampai produk yang anda jual tidak sesuai sasaran yang membuat produk anda tidak laku.

9.        Jangan Pernah Menyerah
“Tak ada kata menyerah dalam kamus saya” ungkapan tersebut sering di ucapkan oleh seorang pengusaha sukses atau motivator, tapi memang bagitulah menjadi seorang wirausaha itu, harus tetap semangat dan berusaha apapun yang terjadi.

10.    Tahu Kapan Berhenti
Jangan pernah melakukan hal-hal bodoh untuk menggapai keberhasilan, karena bukan keberhasilan yang akan di peroleh namun kegagalanlah yang akan datang. Jangan terlalu egois ketika terjadi masalah, yang terpenting menemukan solusi dan memperbaiki kembali. Anda harus tahu kapan berhenti dengan suatu konsep dan mencari konsep lain yang lebih baik.



11.    Berdoa dan Bersedekah
Dalam hidup kita harus di tuntut untuk terus berdoa, percuma jika ada usaha namun tidak di imbangi dengan doa. Kesuksesan yang di raih hanya dengan usaha saja hanya bertahan sebentar, namun kesuksesan yang di raih dengan usaha dan doa akan bertahan lama. Tak lupa bersedekah merupakan hal yang di haruskan sebagai seorang yang mampu. Ingatlah bersedekah itu mensucikan harta kita dan tidak akan pernah membuat kita menjadi miskin.

E.       Upaya Menumbuhkan Jiwa Entrepreneur pada Diri Guru
Mencetak guru berjiwa entrepreneurship melalui pendidikan bukanlah suatu hal yang mudah dilaksanakan. Apalagi hakikat profesi guru yang dikenal selama ini hanya seputar mengajar dan mendidik. Sedangkan Entrepreneur bukan berarti harus menjadi pengusaha, pedagang, maupun pebisnis. Sebenarnya, profesi apapun bisa memberi nilai tambah jika ia mampu menerapkan jiwa entrepreneurship didalamnya. Tidak terlepas dalam hal ini adalah guru. Pada tahun 2008, BPS mengumumkan pengangguran dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi mencapai angka 7% dari total seluruh pengangguran di Indonesia. Penelusuran lebih dalam yang dilakukan ialah disebabkan kurikulum dan kultur pendidikan pada perguruan tinggi kurang mendukung. Mahasiswa-mahasiswanya kurang diberi ruang belajar untuk praktik bekerja langsung atau menciptakan pekerjaan. Fenomena sistem pendidikan tersebut memaksa kita untuk mengubah visi dan misi kurikulum di Indonesia. Jangan sampai tidak belajar dari kesalahan sebelumnya. Profesi guru dengan jiwa entrepreneurship pasti akan menambahkan keterampilan pada anak didiknya di luar bidang akademik yang dikuasai. Terutama keterampilan yang berkaitan dengan entrepreneurship. Pendidikan di Indonesia membutuhkan pendidik-pendidik yang mampu untuk berpikir lokal, bersikap sebagai bangsa Indonesia yang menjunjung moralitas dan kesederhanaan, namun bersikap profesional dengan memperhatikan tantangan global. Indonesia membutuhkan pendidik/guru yang tidak hanya ahli dalam segi teori. Namun, sudah saatnya Indonesia membutuhkan guru dengan keterampilandan jiwa entrepreneurship mengingat kondisi sektor ekonomi Indonesia yang sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Mengkolaborasikan sisi ekonomi dengan pendidikan adalah satu hal yang bisa menjadi luar biasa. Upaya peningkatan persentase jiwa entrepreneurship guru di Indonesia harus ditempuh dengan segala cara. Salah satunya adalah upaya yang dilakukan melalui pendidikan entrepreneurship yang terintegrasi dalam pembelajaran. Tidak terlepas dari hal ini, pribadi seorang gurunya pun juga harus ditingkatkan menjadi berjiwa entrepreneurship. Berkenaan dengan bahasan kependidikan, guru bisa berinisiatif untuk mengkolaborasikan pendidikan dengan bentuk pembelajaran berbasis entrepreneurship. Sehingga kurikulum tidak hanya membahas tentang materi pendidikan yang sudah dijadwalkan, namun juga terdapat pengajaran tentang pembentukan jiwa entrepreneurship dalam proses pembelajaran. Terkadang, jiwa seorang guru seringkali hanya fokus pada kewajiban jam mengajar dikelas saja. Tidak banyak diantaranya yang bisa menyadari untuk bisa mengoptimalkan kemampuan mengajarnya. Padahal jika bisa optimal, maka aktivitas ‘mengajar’ bukan hanya sekedar profesi lagi, namun menjadi kesenangan. Menjadikan murid-murid sebagai mitra belajar adalah lebih baik daripada hanya memandang mereka sebagai pihak yang menerima materi. Buatlah murid berasa nyaman dengan keberadaan kita. Mereka adalah mitra sekaligus teman profesi. Fenomena lainnya ialah, longgarnya waktu yang dimiliki guru diluar jam pelajaran adalah surga. Mereka beranggapan bahwa di luar jam mengajar adalah waktu istirahat, karena tugas utama mereka hanya mengajar ketika pembelajaran berlangsung. Disinilah daya tariknya. Menjadi guru yang istirahat setelah mengajar lebih membuat mereka bangga daripada menjadi guru yang produktif. Padahal, menjadi guru produktif tidak kalah keren. Menjadi kreatif dan mampu meng-upgrade diri menjadi lebih baik di dalam maupun di luar kegiatan pembelajaran. Sebuah kesempatan untuk membekali diri sendiri Entrepreneurship, apalagi bagi guru-guru muda yang belum diangkat menjadi PNS. Selain membuka jalan pikir Entrepreneurship untuk diri sendiri, bisa juga membekali murid. Sebagai golongan terpelajar, hendaknya menjadi seorang yang produktif dan tidak hanya menggantungkan nasib kepada pemerintah. Mempersiapkan diri sebagai wirausahawan sekaligus abdi negara bukanlah profesi yang sia-sia. Apalagi jika bisa berkolaborasi antara diri sendiri dengan murid untuk saling belajar Entrepeneurship, bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan baik untuk diri sendiri maupun anak-anak. Mengingat betapa besar manfaat dari entrepreneur sendiri, oleh sebab itu dibutuhkan berbagai upaya agar jiwwa tersebut bisa tumbuh. Upaya menumbuhkan jiwa entrepreneur pada diri guru dapat ditempuh melalui 2 cara, yakni:
1.        Memandang Entrepreneur Sebagai Sebuah Seni dalam Mengajar
Seorang guru seringkali terpaku pada jam mengajar di kelas saja. Sedikit diantaranya ada yang mampu mengoptimalkan kemampuan mengajarnya. Padahal, jika digunakan secara lebih optimal, maka mengajar bukan semata menjadi profesi lagi, namun menjadi kesenangan. Selain itu, bisa juga memberikan pesan agama dan moral kepada murid-murid sebagai bekal spiritual mereka. Dengan begitu, bukan hanya murid-murid yang merasa nyaman. Namun guru juga akan lebih optimal dalam memberikan pelajaran. Ini bisa dilakukan dengan menjadikan para murid sebagai mitra belajar, bukan semata memandang anak-anak sebagai pihak yang menerima materi. Murid-murid adalah mitra sekaligus teman profesi. Komunikasi dua arah dalam mengajar, tentu bisa lebih membuat murid-murid betah dan nyaman berada di kelas. Komunikasi dua arah dalam mengajar diistilahkan sebagai pembelajaran kelas. Pembelajaran akan berlangsung efektif jika guru mengadopsi pembelajaran inovatif berbasis PAIKEM sebagai pelengkap dalam mencapai tujuan pendidikan. PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inspiratif/Interaktif/Inovatif, Kritis/Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Dalam PAIKEM digunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya. Pembelajaran berbasis PAIKEM membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif (critical and creative thinking). Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu keigatan mental untuk meningkatkan kemurnian (originality), ketajaman pemahaman (insight) dalam mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan PAIKEM perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil maksimal.

2.        Entrepreneur dalam Dunia Usaha
Longgarnya waktu yang dimiliki oleh guru di luar jam pelajaran merupakan salah satu daya tarik mahasiswa prodi kependidikan. Mereka beranggapan bahwa di luar jam mengajar adalah waktu istirahat karena tugas utama mereka hanya mengajar ketika pembelajaran berlangsung. Fenomena ini menunjukkan adanya watak atau karakter sebagai karyawan jauh lebih tinggi daripada menjadi seorang produsen. Mereka lebih bangga menjadi guru yang istirahat setelah mengajar daripada menjadi guru yang produktif. Guru yang produktif disini adalah guru yang kreatif dan mampu memberikan nilai lebih baik di dalam maupun di luar kegiatan pembelajaran. Seperti yang telah diketahui bahwa tunjangan kependidikan untuk guru bergolongan II/a dengan masa kerja 10 tahun ditetapkan senilai Rp 286.000 per bulan. Dan jika ditambahkan dengan komponen penghasilan lainnya, maka penghasilan bersih seorang guru golongan II/a yang belum kawin akan mencapai Rp 2.489.635 per bulan. Nilai sejumlah itu akan didapatkan setelah mencapai masa jabatan 10 tahun. Sementara untuk memenuhi kebutuhan hidup jelas dengan gaji Rp 286.000 perbulan adalah jumlah yang kurang. Sehingga guru muda apalagi yang belum diangkat menjadi PNS hendaknya memiliki bekal entrepreneurship. Pendidikan kewirausahaan yang dapat diberikan dalam hal ini adalah membekali mahasiswa mengenai pentingnya jiwa entrepreneurship sebagai alat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya dalam bidang ekonomi. Selain itu membuka jalan pikir mahasiswa bahwa mahasiswa sebagai golongan terpelajar hendaknya menjadi seseorang yang produktif dan tidak hanya menggantungkan nasib kepada pemerintah. Karena mempersiapkan diri sebagai wirausahawan sekaligus abdi negara adalah profesi yang bermanfaat. Bentuk penerapan Pendidikan Kewirausahaan dapat dilaksanakan dengan metode “tamu kunjung”. Tamu kunjung adalah cara yang digunakan dalam pembelajaran dengan menghadirkan tokoh-tokoh usahawan muda maupun usahawan yang sudah sukses untuk membagikan pengalamannya secara langsung kepada mahasiswa. Tamu bertindak sebagai pemateri sekaligus motivator dan fasilitator di dalam kelas. Setelah pemateri menyampaikan materi dan pengalamannya tentang kewirausahaan, mahasiswa diberi kesempatan untuk bertanya. Hal ini bertujuan untuk merangsang keingintahuan mahasiswa mengenai kewirausahaan. Jika pendidikan kewirausahaan hanya diberikan oleh dosen, terkesan hanya berupa teori tanpa ada wujud nyata. Namun jika pihak yang berwenang bersedia mendatangkan pemateri yang sudah mapan dalam profesinya berwirausaha, mahasiswa akan lebih tertarik dan bahkan dapat termotivasi atas pengalaman yang disampaikan oleh pemateri. Penyelenggaraan tamu kunjung dalam perkuliahan Pendidikan Kewirausahaan dapat dilaksanakan sebanyak 30% dari jumlah pertemuan perkuliahan. Jika jumlah pertemuan dalam 1 semester ada 12 kali pertemuan, maka setidaknya ada 4 kali perkuliahan dengan tamu kunjung. Hal ini dikarenakan Pendidikan Kewirausahaan tidak hanya membutuhkan teori. Namun suntikan motivasi dan pengalaman bermakna jauh akan lebih terekam dalam memori mahasiswa. Semakin banyaknya minat mahasiswa untuk terjun di dunia pendidikan yang secara tidak langsung adanya niat untuk menjadi PNS, hendaknya dibekali oleh perguruan tinggi dengan pendidikan kewirausahaan. Hal ini bertujuan agar lulusan perguruan tinggi nantinya tumbuh menjadi sumber daya manusia yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah sebagai wirausaha yang produktif. Keinginan menjadi PNS hendaknya diimbangi dengan ketrampilan berwirausaha sehingga untuk kedepannya lulusan perguruan tinggi tidak hanya sebagai karyawan pemerintah. Namun juga mampu berkontribusi bagi pemerintah. Langkah yang diambil oleh universitas dalam hal ini adalah dengan memasukkan Pendidikan Kewirausahaan di dalam kurikulum perkuliahan di prodi kependidikan. Tujuan Pendidikan Kewirausahaan tersebut adalah untuk membentuk guru yang berjiwa entrepreneurship yang mampu menjadi entrepreneur di dalam maupun di luar pembelajaran. Jadi guru masa depan lebih memiliki nilai tambah yang tidak hanya bekerja di hadapan peserta didik. Namun juga mampu berkecimpung dalam masyarakat sebagai entrepreneur.













KESIMPULAN & SARAN

A.      Kesimpulan
1.        Entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kecakapan tinggi dalam melakukan perubahan, memiliki karakteristik yang hanya ditemukan sangat sedikit dalam sebuah populasi.
2.        Enterpreneur tidak hanya dapat dimiliki oleh seseorang yang memiliki passion di dunia usaha. Jauh dari itu entrepreneur sangat bisa diterapkan dalam profesi lain yakni guru.
3.        Beberapa ciri yang musti dimiliki seorang entrepreneur diantaranya adalah percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambilan resiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan.
4.        Cara berentrepreneur yang baik diantaranya: tetap fokus, mulai dari hal yang disukai, terus belajar, kuasai konsep bisnis anda 100%, hemat, belajar dari kesalahan, jaga kesehatan, pemasaran yang sempurna, jangan pernah menyerah, tahu kapan berhenti, serta berdo’a dan bersedekah.
5.        Upaya menumbuhkan jiwa entrepreneur pada diriguru dapat dilakukan melalui 2 cara yakni dengan memandang entrepreneur sebagai seni dalam mengajar dan mendalami entrepreneur dalam dunia usaha.

B.       Saran
1.        Untuk calon pendidik bahwa alangkah lebih baiknya kalau mulai dari sekarang kita tak hanya terpacu pada satu kata yakni “guru”, marilah kita perluas wawasan kita salah satunya dengan mempelajari dan menumbuhkan jiwa entrepreneur dalam diri kita. Karena tanpa kita sadari kelak kita pasti akan membutuhkannya entah itu untuk menunjang profesi kita sebagai seorang guru ataupun sebagai batu loncatan jika suatu saat profesi guru kurang mendukung aspek finansial di kehidupan kita.
2.        Untuk penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa tiada gading yang tak retak. Atau dengan kata lain makalah kami tak luput dari berbagai kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai belah pihak yang bersifat membangun demi lebih baiknya makalah ini untuk kedepannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar