Sabtu, 15 September 2018

PENGEMBANGAN KURIKULUM: Laporan Hasil Observasi Kurikulum 2013 di MI Al-Falah (Semester 3)


LAPORAN HASIL OBSERVASI KURIKULUM 2013
MI AL-FALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu:
Hamidah Abdul Shomad Elfin Nikmati, M. Pd. I
Oleh :
Kelompok 2

1.        Risma Nur Izzati                             (17205153002)
2.        Anisa Rochim                                 (17205153006)
3.        Tria Anggari Saputri                       (17205153009)
4.        Nila Arfida Okta Purnanda                        (17205153010)
5.        Vivi Kurnia Sari                              (17205153016)
6.        Retno Damayanti                            (17205153022)
7.        Yolanda Murti Ningrum                 (17205153028)
8.        Layli Binti Mahmudah                   (17205153030)
9.        Rika Suryani                                   (17205153038)
10.    Ernia Fitroturrohmah                      (17205153039)
11.    Okta Vinanda Kusumawati                        (17205153049)



JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
November  2016



KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta  salam  semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad saw. dan semoga kita akan selalu mendapat syafaatnya baik didunia maupun di akhirat kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya  penulis dapat  menyusun Laporan Hasil Observasi Kurikulum 2013 ini untuk memenuhi  tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum.
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak penulisan Laporan Observasi ini tidak mungkin terlaksana dengan baik. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.        Dr. Mafthukin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di IAIN Tulungagung ini,
2.        Hamidah Abdul Shomad Elfin Nikmati, M.Pd.I.  selaku Dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Kurikulum yang telah membimbing dan mengarahkan kami dengan sabar agar mempunyai pemahaman yang benar mengenai mata kuliah ini,
3.        Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membuahkan ilmu yang maslahahfiidinniwadunyawalakhirah.

Tulungagung, 26 November 2016



      Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang..................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah................................................................................. 1
C.       Tujuan Pembahasan.............................................................................. 2
D.       Topik Observasi.................................................................................... 2
E.        Waktu dan Tempat Observasi.............................................................. 2
F.        Landasan Observasi.............................................................................. 2
G.       Metode Observasi................................................................................. 2
H.       Profil Madrasah.................................................................................... 3
I.          Visi dan Misi Madrasah........................................................................ 4      

BAB II PEMBAHASAN
A.      Tujuan Kurikulum 2013........................................................................ 6
B.       Materi Kurikulum 2013........................................................................ 9
C.       Metode Kurikulum 2013...................................................................... 23
D.      Media Kurikulum 2013......................................................................... 28
E.       Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2013............................................... 33

BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan........................................................................................... 39
B.       Saran..................................................................................................... 40

LAMPIRAN................................................................................................... 41





BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Era globalisasi ditandai dengan fenomena terjadinya proses perubahan hubungan antar bangsa dan antar negara tanpa terikat oleh batas geo-sosial politik atau geo-nasional ideologis. Fenomena yang terjadi di era globalisasi adalah seluruh dunia cenderung menjadi satu dan membentuk ketergantungan. Oleh karena itu, pendidikan di era globalisasi dituntut untuk menghasilkan lulusan-lulusan atau Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan menyesuaikan perkembangan zaman adalah melakukan pengembangan kurikulum.
Kurikulum Tahun 2006 (KTSP) dikembangkan dan diperbaharui menjadi Kurikulum 2013. Namun, setelah Kurikulum 2013 secara serentak mulai diberlakukan di seluruh Indonesia pada tahun pelajaran 2014/2015, ternyata Kurikulum 2013 masih memiliki kelemahan-kelemahan yang perlu dikaji ulang.
Salah satunya adalah MI Al-Falah Karangrejo yang menerapkan Kurikulum 2013. Kami melakukan observasi untuk mengetahui implementasi Kurikulum 2013 di sekolah tersebut.

B.       Rumusan Masalah
1.        Bagaimana tujuan kurikulum 2013?
2.        Bagaimana materi kurikulum 2013?
3.        Bagaimana metode kurikulum 2013?
4.        Bagaimana media kurikulum 2013?
5.        Bagaimana evaluasi pembelajaran kurikulum 2013?




C.      Tujuan Pembahasan
1.        Untuk menjelaskan tujuan kurikulum 2013.
2.        Untuk menjelaskan materi kurikulum 2013.
3.        Untuk menjelaskan metode kurikulum 2013.
4.        Untuk menjelaskan media kurikulum 2013.
5.        Untuk menjelaskan evaluasi pembelajaran kurikulum 2013.

D.      Topik Observasi
Implementasi  kurikulum 2013 di MI Al-Falah Karangrejo

E.       Waktu dan Tempat Observasi
1.        Waktu           : Rabu, 28 September 2016 pukul 08.00 WIB - 11.00 WIB
2.        Tempat          : MI Al-Falah Karangrejo

F.       Landasan Observasi
1.        UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
2.        Permendikbud No 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan
3.        Permendikbud No 67 Tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SD-MI
4.        Dan lain-lain.

G.      Metode Observasi
1.      Wawancara
Metode pertama yang kami gunakan dalam observasi ini adalah wawancara langsung. Adapun yang kami wawancara yang pertama ialah Ibu Istifadah selaku kepala sekolah MI Al-Falah Karangrejo. Dan yang kedua adalah Ibu Zulaikha selaku wali kelas IV-A, Bapak Sokep selaku wali kelas I, serta beberapa siswa dan siswi MI Al-Falah Karangrejo yang kami temui.



2.        Pengamatan Langsung
Metode kedua yang kami gunakan dalam kegiatan observasi ini adalah pengamatan langsung. Dalam hal ini, kami selaku peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang sedang dilakukan. Kegiatan yang kami amati disini seputar tentang bagaimana proses belajar mengajar dengan menggunakan Kurikulum 2013 berlangsung.

H.      Profil Madrasah












1.        Nama Madrasah                    : MI Al-Falah
2.        No. Statistik                          : 111235040038
3.        Akreditasi                             : A
4.        Alamat Lengkap                   : Desa Sukowidodo
 Kecamatan Karangrejo
 Kabupaten Tulungagung
 Provinsi Jawa Timur
5.        Nomor Telepon                     : 081335097650
6.        Nama Kepala Sekolah          : Istifadah, M.Pd.I.
7.        Nama Yayasan                      : Al Falah
8.        Alamat Yayasan                   : Desa Sukowidodo, Kecamatan Karangrejo,
 Kabupaten Tulungagung
9.        No. Akte Pendirian Yayasan            : 23 Tahun 2005
10.    Kepemilikan Tanah               : Yayasan
Status Tanah                         : Wakaf
Luas Tanah                           : 1219 m2
11.    Status Bangunan                   : Yayasan
12.    Luas Bangunan                     : 450 m2

I.         Visi dan Misi Madrasah
a.        Visi Madrasah
“Terwujudnya generasi yang berakhlakul karimah, unggul, tangguh, dan berprestasi berdasarkan imtaq dan iptek”.
b.        Misi Madrasah
1.        Terwujudnya pengembangan kurikulum yang adatif dan proaktif
a)        Mewujudkan perangkat kurikulum satuan pendidikan yang lengkap, mutakhir, dan berwawasan ke depan
b)        Mewujudkan perangkat pembelajaran silabus
c)        Mewujudkan rencana pelaksanaan pembelajaran
d)       Mewujudkan pelaksanaan pengembangan kurikulum muatan lokal
2.        Terwujudnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien
a)        Mewujudkan penyelenggaraan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
b)        Mewujudkan pengembangan metode pembelajaran (proses) di sekolah
c)        Mewujudkan pengembangan strategi pembelajaran
3.        Terwujudnya lulusan yang cerdas dan kompetitif
a)        Mewujudkan pengembangan kegiatan bidang akademik
b)        Mewujudkan kepramukaan yang menjadi suri tauladan
c)        Mewujudkan kemampuan olahraga yang tangguh dan kompetitif


BAB II
PEMBAHASAN




























Text Box: Kegiatan Wawancara dengan Kepala Sekolah MI Al-Falah



Text Box: Kreasi Flanel Karya Siswa-siswi Kelas IV



Text Box: Kreasi Lampion dari Barang Bekas
 




Menurut Ibu Kepala Sekolah MI Al-Falah Karangrejo, kurikulum merupakan seperangkat aturan yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan lembaga. Kurikulum itu terdiri dari dua dokumen. Dokumen yang pertama berisi tentang visi misi, tujuan madrasah, pengaturan madrasah, dan tentang bagaimana madrasah itu berjalan ketika harus menyelenggarakan pendidikan. Adapun dokumen kedua berisi tentang silabus dan tata perencanaan termasuk RPP nya.
Kreasi Lampion dari Barang Bekas
Menurut beliau pengembangan kurikulum perlu dilakukan sebab kalau suatu lembaga berpijak pada visi misi yang tetap, tidak ada review, ataupun tidak ada revisi maka lembaga tersebut akan cenderung statis dan tidak akan berkembang, oleh karena itu diperlukan adanya pengembangan.
Kurikulum itu dikeluarkan oleh pemerintah. Yang dikeluarkan oleh pemerintah itu adalah kemampuan minimal, oleh karena itu ketika kurikulum diterapkan di sekolah, maka kurikulum tersebut juga harus menyesuaikan dengan kondisi masing-masing lembaga.
MI Al-Falah sendiri sudah menerapkan kurikulum 2013 sejak 3 tahun yang lalu. Hal tersebut dapat terwujud sebab ketika melakukan uji coba, MI Al-Falah termasuk ke dalam sembilan lembaga di kabupaten Tulungagung yang mendapat SK harus menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum dari pemerintah tidak sepenuhnya diterima, sebab di mata lembaga ini kurikulum dari pemerintah kurang bisa menampung aspek kearifan lokal daerah ini. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengembangan baik dari pihak sekolah maupun dari pihak pendidik.
Jadi pada dasarnya pengembangan kurikulum itu perlu dilakukan dalam rangka untuk mengembangkan kurikulum dari pusat yang masih minimal atau yang masih mencakup hal-hal pokoknya saja.

A.      Tujuan Kurikulum 2013
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa fungsi kurikulum ialah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan tujuan kurikulum menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Adapun tujuan Kurikulum 2013 secara lebih rinci, antara lain sebagai berikut :
1.        Meningkatkan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan hard skills dan soft skills melalui kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam rangka menghadapi tantangan global yang terus berkembang.
2.        Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif dan inovatif sebagai modal pembangunan bangsa dan Negara Indonesia.

Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan kurikulum 2013 adalah untuk menyiapkan kemampuan siswa agar menjadi sumber daya manusia yang produktif, kreatif dan inovatif dengan berusaha meningkatkan serta menyeimbangkan kemampuan hard skills dan soft skills siswa.
Di MI Al-Falah sendiri menurut Ibu Istifadah, tujuan utama dari kurikulum 2013 adalah untuk membina kekreatifitasan siswa. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, tujuan tersebut sudah tercapai. Hal ini dapat kita lihat pada siswa-siswi kelas IV yang sudah 3 tahun ini melaksanakan kurikulum 2013, dalam hal ini mereka sudah mampu membuat beberapa karya seperti yang tertera di halaman selanjutnya:
           









Kreasi Flanel Karya Siswa-siswi Kelas IV
 
Kreasi Lampion dari Barang Bekas
Kreasi Seni Lukis di Pot Bunga
 















Melalui langkah inilah, utamanya tujuan untuk menyeimbangkan antara soft skill dan hard skill berusaha untuk dicapai. Adapun kegiatan ini merupakan langkah awal dalam mencapai tujuan yang kedua yakni untuk mencetak sumber daya manusia yang produktif.
B.       Materi Kurikulum 2013
Materi yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah materi tematik terpadu yakni materi tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Tema disini mempunyai makna sebagai pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Dengan menggunakan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, diantaranya yakni:
1.        Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
2.        Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama.
3.        Peserta didik memahami materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4.        Peserta didik dapat dapat memiliki kompetensi dasar lebih baik, karena mengkaitkan mata pelajaran dengan pengalaman pribadi peserta didik.
5.        Peserta didik lebih mampu merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6.        Peserta didik lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain.
7.        Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

Secara pedagogis materi tematik ini didasarkan pada eksplorasi terhadap pengetahuan dan nilai-nilai yang diajarkan melalui tema sehingga peserta didik memiliki pemahaman yang utuh. Disini peserta didik diposisikan sebagai pengeksplorasi sehingga mereka mampu menemukan hubungan-hubungan dan pola-pola yang ada di dunia nyata dalam konteks yang relevan. Pembelajaran tematik dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh melalui proses pembelajaran tematik terpadu ke dalam konteks dunia nyata yang dibawa kedalam proses pembelajaran secara kreatif. Adapun tematik terpadu memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.        Peserta didik mencari tahu, bukan diberi tahu.
2.        Pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu nampak. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan kompetensi melalui tema-tema yang paling dekat dengan kehidupan peserta didik.
3.        Terdapat tema yang menjadi pemersatu sejumlah kompetensi dasar yang berkaitan dengan berbagai konsep, keterampilan dan sikap.
4.        Sumber belajar tidak terbatas pada buku.
5.        Peserta didik dapat bekerja secara mandiri maupun berkelompok sesuai dengan karakteristik kegiatan yang dilakukan.
6.        Guru harus merencanakan dan melaksanakan pembelajaran agar dapat mengakomodasi peserta didik yang memiliki perbedaan tingkat kecerdasan, pengalaman, dan ketertarikan terhadap suatu topik.
7.        Kompetensi Dasar mata pelajaran yang tidak dapat dipadukan dapat diajarkan tersendiri.
8.        Memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik (direct experiences) dari hal-hal yang konkret menuju ke abstrak.

Menurut kelompok kami materi yang terdapat dalam kurikulum 2013 itu sama seperti materi pada kurikulum yang pernah berlaku sebelumnya, hanya saja dalam penyampaiannya materi-materi ini di lebur dalam satu tema. Adapun karakteristik dalam setiap mata pelajarannya yakni:
1.        Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan terdiri atas:
a.         Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa diperankan dan dimaknai sebagai entitas inti yang menjadi sumber rujukan dan kriteria keberhasilan pencapaian tingkat kompetensi dan pengorganisasian dari keseluruhan ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
b.        Substansi dan jiwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia ditempatkan sebagai bagian integral dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, yang menjadi wahana psikologis pedagogis pembangunan warga negara Indonesia yang berkarakter Pancasila.
Pada jenjang sekoah dasar mata pelajaran PPKn tidak diajarkan tersendiri tetapi diintegrasikan dengan mata pelajaran yang lain melalui pembelajaran tematik terpadu.



2.        Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, sekaligus mengembangkan kemampuan beripikir kritis dan kreatif. Di sini peserta didik dimungkinkan untuk memperoleh kemampuan berbahasanya dari bertanya, menjawab, menyanggah, dan beradu argumen dengan orang lain. Sebagai alat ekspresi diri, bahasa Indonesia merupakan sarana untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam diri seseorang, baik berbentuk perasaan, pikiran, gagasan, dan keinginan yang dimilikinya. Begitu juga digunakan untuk menyatakan dan memperkenalkan keberadaan diri seseorang kepada orang lain dalam berbagai tempat dan situasi. Dalam kurikulum 2013, kegiatan berbahasa Indonesia mencakup kegiatan produktif dan reseptif di dalam empat aspek berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan berbahasa yang bersifat reseptif pada hakikatnya merupakan kemampuan untuk memahami bahasa yang dituturkan oleh pihak lain. Pemahaman terhadap bahasa yang dituturkan oleh pihak lain tersebut dapat melalui sarana bunyi atau sarana tulisan. Pemahaman terhadap bahasa melalui sarana bunyi merupakan kegiatan menyimak dan pemahaman terhadap bahasa penggunaan sarana tulisan merupakan kegiatan membaca.
Kegiatan reseptif membaca dan menyimak memiliki persamaan yaitu sama-sama kegiatan dalam memahami informasi. Perbedaan dua kemampuan tersebut yaitu terletak pada sarana yang digunakan yaitu sarana bunyi dan sarana tulisan. Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif. Berbicara adalah keterampilan bahasa lisan yang bersifat produktif, baik yang interaktif, semi interaktif, dan noninteraktif. Adapun menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya, karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur. Kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif, dan bahkan inventif peserta didik perlu secara sengaja dibina dan dikembangkan. Untuk melakukan hal itu, mata pelajaran bahasa Indonesia menjadi wadah strategis. Melalui membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikir tersebut secara terus-menerus yang akan diteruskan juga melalui mata pelajaran yang lain. Hal itu harus benar-benar disadari semua guru Bahasa Indonesia, agar dalam menjalankan tugasnya dapat mewujudkan mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai wadah pembinaan/ pengembangan kemampuan berpikir.









Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
 



3.        Matematika
Matematika dapat didefinisikan sebagai studi dengan logika yang ketat dari topik seperti kuantitas, struktur, ruang, dan perubahan. Matematika merupakan tubuh pengetahuan yang dibenarkan dengan argumentasi deduktif, dimulai dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi.
Kecakapan atau kemahiran matematika merupakan bagian dari kecakapan hidup yang harus dimiliki siswa terutama dalam pengembangan penalaran, komunikasi, dan pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan siswa sehari-hari. Matematika selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, semua bidang studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai, merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas. Matematika juga dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang, mengembangkan kreaktivitas dan sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Pada struktur kurikulum SD/MI, mata pelajaran matematika dialokasikan setara 5 jam pelajaran (1 jam pelajaran = 35 menit) di kelas I dan 6 jam pelajaran kelas II – VI per minggu. Akan tetapi disini guru dapat menyesuaikannya sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam pencapaian kompetensi yang diharapkan. Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut. Cakupan materi matematika di SD meliputi bilangan asli, bulat, dan pecahan, geometri dan pengukuran sederhana, dan statistika sederhana serta kompetensi matematika dalam mendukung pencapaian kompetensi lulusan SD ditekankan pada:
a.         Menunjukkan sikap positif bermatematika: logis, kritis, cermat dan teliti, jujur, bertanggung jawab, dan tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah, sebagai wujud implementasi kebiasaan dalam inkuiri dan eksplorasi matematika.
b.        Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika, yang terbentuk melalui pengalaman belajar.
c.         Menghargai perbedaan dan dapat mengidentifikasi kemiripan dan perbedaan berbagai sudut pandang.
d.        Mengklasifikasi berbagai benda berdasar bentuk, warna, serta alasan pengelompokannya.
e.         Mengidentifikasi dan menjelaskan informasi dari komponen, unsur dari benda, gambar atau foto dalam kehidupan sehari-hari.
f.         Menjelaskan pola bangun dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan dugaan kelanjutannya berdasarkan pola berulang.
g.        Memahami efek penambahan dan pengambilan benda dari kumpulan objek, serta memahami penjumlahan dan pengurangan bilangan asli, bulat dan pecahan.
h.        Menggunakan diagram, gambar, ilustrasi, model konkret atau simbolik dari suatu masalah dalam penyelesaian masalah.
i.          Memberikan interpretasi dari sebuah sajian informasi/data.

4.        Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Materi IPA di SD kelas I sampai kelas III terintegrasi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pembelajaran dilakukan secara terpadu dalam tema dengan mata pelajaran lain. Untuk SD kelas IV sd VI, IPA menjadi mata pelajaran tersendiri namun pembelajaran dilakukan secara tematik terpadu. Ruang lingkup materi mata pelajaran IPA SD mencakup Tubuh dan Panca Indra; Tumbuhan dan Hewan; Sifat dan Wujud Benda-benda Sekitar; Alam Semesta dan Kenampakannya; Bentuk Luar Tubuh Hewan dan Tumbuhan; Daur Hidup Makhluk Hidup; Perkembangbiakan Tanaman; Wujud Benda; Gaya dan Gerak; Bentuk dan Sumber Energi dan Energi Alternatif; Rupa Bumi dan Perubahannya; Lingkungan; Alam Semesta dan Sumber Daya Alam; Iklim dan Cuaca; Rangka dan Organ Tubuh Manusia dan Hewan; Makanan, Rantai Makanan, dan Keseimbangan Ekosistem; Perkembangbiakan Makhluk Hidup; Penyesuaian Diri Makhluk Hidup pada Lingkungan; Kesehatan dan Sistem Pernafasan Manusia; Perubahan dan Sifat Benda; Hantaran Panas; Listrik dan Magnet; Tata Surya; Campuran dan Larutan.


5.        IPS
IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang kehidupan manusia dalam berbagai dimensi ruang dan waktu serta berbagai aktivitas kehidupannya. Mata pelajaran IPS bertujuan untuk menghasilkan warga negara yang religius, jujur, demokratis, kreatif, kritis, senang membaca, memiliki kemampuan belajar, rasa ingin tahu, peduli dengan lingkungan sosial dan fisik, berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial dan budaya, serta berkomunikasi secara produktif. Ruang lingkup IPS terdiri atas pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang dikembangkan dari masyarakat dan disiplin ilmu sosial. Penguasaan keempat konten ini dilakukan dalam proses belajar yang terintegrasi melalui proses kajian terhadap konten pengetahuan. Secara rinci, materi IPS dirumuskan ke dalam beberapa kategori, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.         Pengetahuan: tentang kehidupan masyarakat di sekitarnya, bangsa, dan umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan dan lingkungannya.
b.        Keterampilan: berpikir logis dan kritis, membaca, belajar (learning skills, inquiry), memecahkan masalah, berkomunikasi dan bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat-berbangsa.
c.         Nilai: nilai-nilai kejujuran, kerja keras, sosial, budaya, kebangsaan, cinta damai, dan kemanusiaan serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut.
d.        Sikap: rasa ingin tahu, mandiri, menghargai prestasi, kompetitif, kreatif dan inovatif, dan bertanggungjawab
Materi IPS mencakup kehidupan manusia dalam:
a.       Tempat dan Lingkungan
b.      Waktu Perubahan dan Keberlanjutan
c.       Organisasi dan Sistem Sosial
d.      Organisasi dan Nilai Budaya
e.       Kehidupan dan Sistem Ekonomi
f.       Komunikasi dan Teknologi
Pengemasan materi IPS disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Pada kelas I–III (SD/MI) IPS sebagai bagian integral dari mata pelajaran lain yaitu bahasa Indonesia, dan PPKn yang diajarkan secara tematik terpadu.

6.        Seni Budaya dan Prakarya
Mata pelajaran Seni Budaya merupakan aktivitas belajar yang menampilkan karya seni estetis, artistik, dan kreatif yang berakar pada norma, nilai, perilaku, dan produk seni budaya bangsa. Mata pelajaran ini bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memahami seni dalam konteks ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta berperan dalam perkembangan sejarah peradaban dan kebudayaan, baik dalam tingkat lokal, nasional, regional, maupun global. Pembelajaran seni di tingkat pendidikan dasar dan menengah bertujuan mengembangkan kesadaran seni dan keindahan dalam arti umum, baik dalam domain konsepsi, apresiasi, kreasi, penyajian, maupun tujuan-tujuan psikologis-edukatif untuk pengembangan kepribadian peserta didik secara positif. Pendidikan Seni Budaya di sekolah tidak semata-mata dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi pelaku seni atau seniman namun lebih menitik beratkan pada sikap dan perilaku kreatif, etis dan estetis.
Mata pelajaran Seni Budaya di tingkat pendidikan dasar sangat kontekstual dan diajarkan secara konkret, utuh, serta menyeluruh mencakup semua aspek (seni rupa, seni musik, seni tari dan prakarya), melalui pendekatan tematik. Untuk itu para pendidik seni harus memiliki wawasan yang baik tentang eksistensi seni budaya yang hidup dalam konteks lingkungan sehari-hari di mana ia tinggal, maupun pengenalan budaya lokal, agar peserta didik mengenal, menyenangi dan akhirnya mempelajari. Dengan demikian pembelajaran seni budaya dan prakarya di SD harus dapat memanfaatkan lingkungan sebagai kegiatan apresiasi dan kreasi seni. Ruang lingkup materi untuk seni budaya dan prakaraya di SD/MI mencakup: gambar ekspresif, mozaik, karya relief, lagu dan elemen musik, musik ritmis, gerak anggota tubuh, meniru gerak, kerajinan dari bahan alam, produk rekayasa, pengolahan makanan, cerita warisan budaya, gambar dekoratif, montase, kolase, karya tiga dimensi, lagu wajib, lagu permainan, lagu daerah, alat musik ritmis dan melodis, gerak tari bertema, penyajian tari daerah, kerajinan dari bahan alam dan buatan (anyaman, teknik meronce, fungsi pakai, teknik ikat celup, dan asesoris), tanaman sayuran, karya rekayasa sederhana bergerak dengan angin dan tali, cerita rakyat, bahasa daerah, gambar ilustrasi, topeng, patung, lagu anak-anak, lagu daerah, lagu wajib, musik ansambel, gerak tari bertema, penyajian tari bertema, kerajinan dari bahan tali temali, bahan keras, batik, dan teknik jahit, apotik hidup dan merawat hewan peliharaan, olahan pangan bahan makanan umbi-umbian dan olahan non pangan sampah organik atau anorganik, cerita secara lisan dan tulisan unsur-unsur budaya daerah, bahasa daerah, pameran dan pertunjukan
karya seni.
Hasil Prakarya Siswa-siswi
 


7.        Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK)
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. PJOK memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
PJOK membantu peserta didik mengembangkan pemahaman tentang apa yang mereka perlukan untuk membuat komitmen seumur hidup tentang arti penting hidup sehat, aktif dan mengembangkan kapasitas untuk menjalani kehidupan yang memuaskan dan produktif. Sehingga berdampak pada meningkatkan produktivitas dan kesiapan untuk belajar, meningkatkan semangat, mengurangi ketidakhadiran, mengurangi biaya perawatan kesehatan, penurunan kelakuan anti-sosial seperti bullying dan kekerasan, mempromosikan hubungan yang aman dan sehat, dan meningkatkan kepuasan pribadi. Karakteristik Perkembangan Gerak Anak Usia SD, pada usia antara 7-8 tahun, anak sedang memasuki perkembangan gerak dasar dan memasuki tahap awal perkembangan gerak spesifik. Karakteristik awal perkembangan gerak spesifik dapat diidentifikasi dengan makin sempurnanya kemampuan melakukan berbagai kemampuan gerak dasar yang menuntut kemampuan koordinasi dan keseimbangan agak kompleks. Oleh karenanya, keterampilan gerak yang dimiliki anak telah dapat diorientasikan pada berbagai bentuk, jenis dan tingkat permainan yang lebih kompleks. Pada anak berusia antara 9 sampai dengan 10 tahun, anak telah dapat mengunjukkerjakan rangkaian gerak yang mutipleks-kompleks dengan tingkat koordinasi yang makin baik. Kualitas kemampuan pada tahap ini dipengaruhi oleh ketepatan rekayasa dan stimulasi lingkungan yang diberikan kepada anak pada usia sebelumnya. Pada tahap ini, anak laki-laki dan perempuan telah memasuki masa awal masa adolense. Dengan pengaruh perkembangan hormonal pada usia ini, mereka akan mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan fungsi motorik yang sangat cepat. Adapun ruang lingkup materi mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah sebagai berikut:
a.         Pola Gerak Dasar
1)      Pola gerak dasar lokomotor atau gerakan berpindah tempat, misalnya; berjalan, berlari, melompat, berguling, mencongklak.
2)      Pola gerak non-lokomotor atau bergerak di tempat, misalnya; membungkuk, meregang, berputar, mengayun, mengelak, berhenti.
3)      Pola gerak manipulatif atau mengendalikan/ mengontrol objek, misalnya; melempar bola, menangkap bola, memukul bola menggunakan tongkat, menendang bola.
b.        Aktivitas Permainan dan Olahraga termasuk tradisional
Misalnya: kasti, sepak bola, bola voli, bola basket, sepak takraw, tenis meja, bulutangkis, silat, dan lain sebagainya. Kegiatan ini bertujuan untuk memupuk kecenderungan alami anak untuk bermain melalui kegiatan bermain informal dan meningkatkan pengembangan keterampilan dasar, kesempatan untuk interaksi sosial. Menerapkannya dalam kegiatan informal dalam kompetisi dengan orang. Juga untuk mengembangkan keterampilan dan memahami dari konsep-konsep kerja sama tim, serangan, pertahanan dan penggunaan ruang dalam bentuk eksperimen/eksplorasi untukmengembangkan keterampilan dan pemahaman.








Foto siswa-siswi saat bermain catur
 
























Foto anak-anak saat bermain sepak bola
 


c.         Aktivitas Kebugaran
Meliputi pengembangan komponen keburan berkaitan dengan kesehatan, terdiri dari; daya tahan, kekuatan, kelenturan, komposisi tubuh, dan pengembangan komponen kebugaran berkaitan dengan keterampilan, terdiri dari; kecepatan, kelincahan, keseimbangan, dan koordinasi.
d.        Aktivitas Senam dan Gerak Ritmik
Meliputi senam lantai, senam alat, apresiasi terhadap kualitas estetika dan artistik dari gerakan, tarian kreatif dan rakyat. Konsep gerak berkaitan eksplorasi gerak dengan tubuh dalam ruang, dinamika perubahan gerakan dan implikasi dari bergerak di kaitannya dengan apakah orang lain dan lingkungannya sendiri.
e.         Aktivitas Air
Memuat kompetensi dan kepercayaan diri saat peserta didik berada di dekat, di bawah dan di atas air. Memberikan kesempatan unik untuk pengajaran gaya-gaya renang (punggung, bebas, dada, dan kupu-kupu) dan juga penyediaan peluang untuk kesenangan bermain di air dan aspek lain dari olahraga air termasuk pertolongan dalam olahraga air.
f.         Kesehatan
Meliputi kebersihan diri sendiri dan lingkungan, makanan dan minuman sehat, penanggulangan cidera ringan, kebersihan alat reproduksi, penyakit menular, menghidari diri dari bahaya narkoba, psikotropika, seks bebas, P3K, dan bahaya HIV/AIDS.

Pola penerapan pembelajaran dalam satu minggu dapat menggunakan beberapa cara, yaitu;
a.       Jika di sekolah tidak tersedia/tidak ada guru khusus mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan maka pembelajaran dapat dilakukan oleh guru kelas
b.      Jika di sekolah terdapat guru mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, maka pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan 2 kali dalam seminggu dengan alokasi waktu 70 menit setiap pertemuan, atau 4 kali pertemuan dalam satu minggu, dengan alokasi waktunya adalah 35 menit.
Karena yang kami teliti ini adalah Madrasah Ibtida’iyah maka materinya ditambah dengan materi Pendidikan Agama Islam yang meliputi Al-Qur’an Hadist, Aqidah Akhlak, Fikih dan Sejarah Kebudayaan Islam. Serta ada satu mata pelajaran tambahan lagi yakni Bahasa Arab. Adapun dalam kurikulum 2013, mata pelajaran dibedakan ke dalam 2 golongan yakni golongan A yang mencakup Pendidikan Agama Islam (Al-Qur’an Hadist, Aqidah Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam), PPKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Matematika, IPA, dan IPS. Sementara golongan B mencakup Seni Budaya dan Prakarya dan PJOK.

Berdasarkan hasil observasi kami, menurut Ibu Zulaikha sebenarnya tidak ada masalah dalam hal materi kurikulum 2013. Hanya saja sebagai guru kita harus lebih pandai lagi dalam menjabarkan materi, sebab terkadang itu materi yang tertera di buku dapat kita katakan levelnya sudah berada pada level 2 ataupun 3, oleh karena itu mau tidak mau kita harus menyampaikan materi pada level sebelumnya, tujuannya adalah agar peserta didik tidak merasa bingung ketika kita tiba-tiba menyampaikan materi yang levelnya berada jauh dari jangkauan mereka.

C.       Metode Kurikulum 2013
Salah satu prinsip pembelajaran Kurikulum 2013 adalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk aktif mencari, mengolah, mengkontruksi dan menggunakan pengetahuan Salah satu prinsip pembelajaran Kurikulum 2013 adalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk aktif mencari, mengolah, mengkontruksi dan menggunakan pengetahuan Maka, siswa seharusnya diberikan kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Guru dapat menggunakan metode-metode pembelajaran pada Kurikulum 2013 sebagai upaya untuk memberikan kesempatan siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Adapun Metode pembelajaran yang diterapkan pada Kurikulum 2013 ada tiga, yaitu :
1.        Discovery Learning
Penemuan atau discovery merupakan model pembelajaran untuk mengembangkan siswa aktif dengan menemukan dan menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan bermakna dan tersimpan dalam memori jangka panjang siswa. Metode Discovery Learning adalah model pembelajaran dimana siswa mencari tahu sendiri pengetahuan baru, agar pengetahuan yang diperoleh menjadi pengetahuan yang bermakna bagi siswa. Siswa aktif dalam proses pembelajaran dengan menjawab serangkaian pertanyaan atau memecahkan masalah untuk mengenal suatu konsep atau keterampilan.

2.        Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merancang peserta didik untuk belajar. Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem-Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri siswa. Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk mencari solusi permasalahan yang ada di dunia nyata.
Masalah yang diberikan digunakan untuk mengikat siswa agar memiliki rasa ingin tahu pada pembelajaran. Langkah-langkah PBL meliputi:
a.         Orientasi siswa pada masalah
b.        Mengorganisasikan siswa untuk belajar
c.         Membimbing penyelidikan yang dilakukan siswa baik individu maupun kelompok
d.        Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
e.         Menganalisis dan mengevaluasi proyek pemecahan masalah.
Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 kegiatan, yaitu :
a.              Siswa dihadapkan pada masalah
b.             Mencari penyebab masalah
c.              Mencari solusi dari masalah
d.             Mengumpulkan data dan mencoba solusi
e.              Menganalisis data

3.        Pembelajaran Berbasis Proyek
Model Pembelajaran Bebasis proyek (Project Based Learning/ PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. PjBL merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan pengetahuan baru dari pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Langkah-langkah pembelajaran dalam PjBL adalah :
a.         Penentuan proyek
b.        Perencanaan langkah-langkah penyelesaian proyek
c.         Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek
d.        Penyelesaian proyek dengan monitoring dan bimbingan guru
e.         Penyusunan laporan dan presentasi hasil proyek
f.         Evaluasi proses serta hasil proyek

Adapun berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang kami lakukan kepada Bapak Sokep yang sedang mengajar di kelas 1, beliau saat mengajar banyak menggunakan metode ceramah. Alasan beliau menggunakan metode ceramah, karena pada umumnya anak kelas 1 masih dalam tahap transisi dari taman kanak-kanak, yang masih terkungkung dalam dunia permainannya. Jadi menurut beliau dirasa belum waktunya jika salah satu dari ketiga metode diatas diterapkan pada anak kelas 1. Oleh sebab itu di jenjang ini beliau banyak membekali anak didiknya  dengan materi-materi. Terlebih lagi materi di kurikulum 2013 itu sifatnya masih global. Tapi ada juga kadang kalanya sebagai bentuk pembekalan bapak Sokep juga memberikan sedikit proyek sederhana. Misalnya pada salah satu tema yang membahas tentang keluargaku, Bapak Sokep menginstruksikan anak didiknya untuk menggambarkan anggota keluarganya lalu menceritakannya secara singkat di depan kelas.
Sebaliknya, Ibu Zulaikha selaku wali kelas IV A beliau dalam proses pembelajaran banyak menggunakan metode proyek. Tentunya dengan diselingi dengan kegiatan ceramah terlebih dahulu guna sebagai wujud pembekalan pada siswa untuk menghadapi masalah yang nantinya akan diberikan pada metode pembelajaran selanjutnya yakni metode proyek. Beliau agak menambahkan porsi pembelajaran pada metode proyek karena beliau rasa anak-anak menjadi lebih aktif untuk mengikuti pelajaran ketika metode tersebut diterapkan.
Apabila dibandingkan, memang benar pembelajaran dengan menggunakan metode proyek lebih menyenangkan bagi siswa. Terbukti dengan metode ini jiwa keberanian dan daya kreatifitas peserta didik lebih terasah. Siswa juga cenderung untuk lebih aktif ketimbang saat pendidik menggunakan metode ceramah.











Proses Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Ceramah
 


Dapat kita amati pada gambar diatas, dalam pembelajaran yang menerapkan metode ceramah siswa cenderung tidak memperhatikan, bercakap-cakap dengan teman dibelakangnya, dan sibuk dengan dunianya sendiri.












Wawancara dengan Ibu Zulaikha
 


Kendati tidak mengamati secara langsung bagaimana wujud keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode proyek, akan tetapi berdasarkan penuturan Ibu Zulaikha dan berdasarkan hasil karya yang kami lihat kami cukup percaya bahwa metode tersebut memang benar-benar dapat menggugah rasa ingin tahu siswa dan daya kreatifitas siswa.






Hasil Proyek Siswa
 
D.      Media Kurikulum 2013
Seberapapun pentingnya peran media dalam pengajaran, namun tetap tidak bisa menggeser peran guru, karena media hanya berupa alat bantu yang memfasilitasi guru dalam pengajaran. Oleh karena itu, guru tidak dibenarkan menghindar dari kewajibannya sebagai pengajar dan pendidik untuk tampil di hadapan anak didik dengan seluruh kepribadiannya. Sering terjadi seorang guru tidak kreatif dalam menggunakan metode pengajaran. Mereka sudah cukup puas dengan metode konvensional sehingga kurang memotivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Mereka mengandalkan metode ceramah yang sangat membosankan sehingga tidak terjadi proses belajar mengajar yang menarik dan menyenangkan di dalam kelas.
Akibat dari semua itu sering kita seorang siswa mengalami kejenuhan di dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas, dimana banyak peserta didik yang merasa sekolah ibarat penjara, sekolah tidak bisa menimbulkan semangat belajar. Bahkan lebih parah, banyak peserta didik yang paling suka bila sang guru absen, tanpa merasa kehilangan sesuatu. Boleh jadi, fenomena tersebut disebabkan selama ini peserta didik hanya diposisikan sebagai objek atau robot yang harus dijejali beragam materi sehingga membuat peserta didik tidak betah di kelas. Sedangkan, pengajaran yang baik yaitu ketika para peserta didik bukan hanya sebagai objek tapi juga subyek. Jadi, siswa akan menjadi aktif tidak pasif sehingga peserta didik akan merasa betah dalam mengikuti proses belajar mengajar dan paham terhadap penjelasan guru.
Ada banyak manfaat yang dapat kita petik jika guru mau memanfaatkan media pembelajaran. Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajan akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat media lebih rinci. Kemp dan Dyaton, mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran, yaitu:
1.        Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
Setiap guru mungkin mempunyai penafsiran yang berbeda-beda terhadap suatu konsep materi pelajaran tertentu. Dengan bantuan media, penafsiran yang beragam tersebut dapat dihindari sehingga dapat disampaikan kepada siswa secara seragam.

2.        Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Dengan berbagai potensi yang dimilikinya, media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi. Materi pelajaran yang dikemas melalui program media, akan lebih jelas, lengkap, menarik minat siswa. Dengan media, bahan materi sajian bisa membangkitkan rasa keingintahuan siswa, merangsang siswa bereaksi baik secara fisik maupun emosional. Pendeknya, media dapat membantu guru untuk menciptakan suasa belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.

3.        Proses pembelajaran menjadi interaktif
Jika dipilih dan dirancang secara baik, media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama proses pembelajaran. Tanpa media, seorang guru mungkin akan cenderung berbicara satu arah kepada siswa. Namun dengan media, guru dapat mengatur kelas sehingga bukan hanya guru sendiri yang aktif tetapi juga siswa.

4.        Efisiensi dalam waktu dan tenaga
Dengan memanfaatkan media secara baik juga, seorang guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Seorang guru tidak perlu menjelaskan seluruh materi pelajaran, karena bisa berbagi dengan media. Dengan demikian, guru akan lebih banyak memiliki waktu untuk memberi perhatian kepada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar.


5.        Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
Penggunaan media bukan hanya membuat proses belajaran lebih efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi belajar lebih mendalam dan utuh. Bila hanya dengan mendengarkan informasi verbal dari guru saja, mungkin siswa kurang memahami pelajaran secara baik. Tetapi jika hal itu diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan atau mengalami sendiri melalui media, maka pemahaman siswa pasti akan lebih baik.

6.        Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja
Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih leluasa, kapanpun dan dimanapun, tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru. Program-program pembelajaran audio visual, termasuk program pembelajaran menggunakan komputer, memungkin siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri, tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Penggunaan media akan menyadarkan siswa betapa banyak sumber-sumber belajar yang dapat mereka manfaatkan untuk belajar.

7.        Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
Dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan. Kebiasaan siswa untuk belajar dari berbagai sumber tersebut, akan bisa menanamkan sikap kepada siswa untuk senantiasa berinisiatif mencari berbagai sumber belajar yang diperlukan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jika media dimanfaatkan secara optimal kualitas belajar siswa akan meningkat sehingga akan menghasil output yang memuaskan. Selain prestasi akademik mereka akan mengalami peningkatan, diharapkan belajar yang berkualitas akan mengubah perilaku perserta didik.
Adapun biasanya dalam kurikulum 2013 media yang digunakan adalah media berbasis teknologi seperti laptop maupun alat pendukung lainnya seperti LCD. Kurikulum 2013 biasanya lebih menuntut kekreatifan pendidik dalam menciptakan media pembelajarannya sendiri.

Di MI Al-Falah karena fasilitasnya terbatas seperti di madrasah tersebut hanya mempunyai 1 buah LCD yang sekarang ini juga tengah rusak serta di sisi lain pendidik kurang menguasai teknologi, para guru biasanya memanfaatkan barang-barang yang ada dalam membuat media pembelajarannya. Dapat kita ambil contoh pada waktu observasi beberapa waktu yang lalu salah seorang guru memanfaatkan botol aqua bekas untuk membuat alat peraga kincir angin yang digunakan dalam pembelajaran sains kelas 4. Dari hal itu dapat kita ambil pelajaran bahwa keterbatasan bukanlah suatu batu hambatan yang menghalangi kita untuk maju. Seperti di sekolah pada umumnya, MI Al-Falah juga menggunakan media pendukung lainnya seperti white board dan buku pegangan siswa. Adapun dalam hal ini MI Al-Falah mewajibkan setiap siswa-siswinya untuk memiliki buku pegangan dalam setiap mata pelajaran. Para guru menyadari tanpa adanya buku paket pembelajaran kurikulum 2013 akan sulit berjalan, oleh sebab itu juga pihak sekolah menjalin kerja sama dengan para wali murid guna dimintai kesadarannya untuk dapat membelikan anaknya buku paket, sebab jika hanya mengandalkan buku yang ada di perpustakaan nmadrasah tentunya juga tidak akan cukup. Selain itu kami juga menemui media pembelajaran hasi kreasi pendidik yang ditempelkan di dinding salah satu kelas, media tersebut cukup sederhana yakni hanya memanfaatkan kertas pelangi yang digunting berbentuk bulat yang memuat 99 asmaul husna.
















Media Pembelajaran White Board














Media Pembelajaran Asmaul Husna Kreasi Pendidik
 










Media Pembelajaran Buku Pegangan Siswa
 









LCD dan Laptop, Media Pembelajaran Berbasis Teknologi
 




E.       Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2013
Kriteria penilaian hasil belajar Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut :
1.        Penilaian berbasis kompetensi.
2.        Pergeseran dari penilaian tes, menuju penilaian autentik.
3.        Memperkuat Penilaian Acuan Patokan, yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperoleh terhadap skor ideal.
4.        Mendorong portofolio sebagai instrumen utama penilaian.

Penilaian pembelajaran pada kurikulum tingkat satuan pendidikan belum dilakukan secara menyeluruh atau masih parsial. KTSP lebih dominan pada penilaian kognitif. Penilaian hanya diperoleh melalui hasil tes tertulis yang yang diberikan pada siswa. Persiapan dan proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa belum mendapatkan perhatian khusus. Penilaian kurikulum 2013 dilakukan dengan mengacu pada indikator masing-masing Kompetensi Dasar dari masing-masing mata pelajaran. Pembelajaran tematik terpadu menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran yang terdapat pada Kompetensi Dasar (KD) KI-3 dan juga keterampilan yang tergambar pada KD KI-4 dalam suatu proses pembelajaran. Implementasi KD KI-3 dan KD KI-4 diharapkan akan mengembangkan berbagai sikap yang merupakan cerminan dari KI-1 dan KI-2. Melalui pemahaman konsep dan keterampilan secara utuh akan membantu peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan penilaian autentik. Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan secara menyeluruh, meliputi persiapan siswa, proses pembelajaran, dan hasil belajar siswa. Penilaian ini membantu guru untuk mengetahui pencapaian siswa yang meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Masing-masing kompetensi memiliki instrumen penilaian masing-masing.
Penilaian dapat diartikan sebagai proses pemberian nilai terhadap hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Di sisi lain penilaian juga dapat diartikan sebagai suatu proses monitoring terhadap serangkaian aktivitas pembelajaran (berfokus pada proses) untuk memantau aktivitas setiap saat supaya memperoleh pemahaman yang menyeluruh sehingga dapat menenntukan langkah untuk pemilihan stategi pembelajaran berikutnya. Pakar lain mengungkapkan bahwa adalah kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga dapat menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Dari pengertian-pengertian di atas,  peneliti menyimpulkan bahwa penilaian adalah proses mengumpulkan informasi melalui pengukuran, menafsirkan, mendiskripsikan, dan menginterpretasi bukti bukti hasil pengukuran yang dilakukan selama proses pembelajaran untuk mengetahui proses dan hasil belajar siswa.
Dalam Kurikulum 2013, guru melakukan penilaian autentik untuk mengukur hasil belajar siswa. Penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar siswa untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa penilaian autentik adalah proses evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian Autentik memiliki relevansi kuat terhadap Pendekatan Saintifik yang digunakan dalam Kurikulum 2013. Penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian autentik memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimilikinya dalam berbagai tugas. Tugas-tugas tersebut antara lain: membaca dan meringkasnya, membuat karangan, diskusi kelas, projek, survei, dan eksperimen. Penilaian Autentik adalah salah satu bentuk tugas yang menghendaki siswa untuk menunjukkan kinerjanya di dunia nyata. Selain itu, siswa dituntut untuk dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang dimilikinya secara nyata dan bermakna. Penilaian autentik tidak sekedar menilai pengetahuan yang didapatkan siswa, namun menilai kinerja nyata dari pengetahuan yang sudah dimilik siswa. Prinsip penilaian Kurikulum 2013 antara lain sebagai berikut:
1.        Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi oleh faktor subjektivitas.
2.        Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
3.        Ekonomis, berarti penilaian yang efektif dan efisien dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporannya.
4.        Transparan (terbuka) berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar dapat diakses oleh semua pihak.
5.        Akuntabel berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal sekolah untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.

Lampiran Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014, menyebutkan bahwa penilaian menggunakan Acuan Kriteria yang merupakan penilaian kemajuan siswa dibandingkan dengan kriteria capaian kompetensi yang ditetapkan. Bagi yang belum berhasil mencapai kriteria, diberi kesempatan mengikuti pembelajaran remedial yang dilakukan setelah suatu kegiatan penilaian (bukan di akhir semester) baik secara individual, kelompok, maupun kelas. Bagi mereka yang berhasil dapat diberi program pengayaan sesuai dengan waktu yang tersedia baik secara individual maupun kelompok. Program pengayaan merupakan pendalaman atau perluasan dari kompetensi yang dipelajari. Acuan Kriteria menggunakan modus untuk sikap, rerata untuk pengetahuan, dan capaian optimum untuk keterampilan. Nilai modus adalah nilai terbanyak capaian pembelajaran pada ranah sikap. Nilai rerata adalah nilai rerata capaian pembelajaran pada ranah pengetahuan. Nilai optimum adalah nilai tertinggi capaian pembelajaran pada ranah keterampilan. Pemanfaatan waktu sangat dibutuhkan oleh guru agar penilaian autentik dapat berjalan dengan maksimal. Terkait dengan pemanfaatan waktu, implementasi yang bisa dilakukan guru adalah menentukan penggunaan tambahan waktu, identifikasi permasalahan dan hambatan, serta membahas dengan kepala sekolah dan rekan guru/teman sejawat.
Mengumpulkan informasi tentang kemajuan siswa dapat dilakukan dengan berbagai teknik, baik berhubungan dengan proses maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar siswa terhadap pencapaian kompetensi. Teknik dan instrumen penilaian dalam Kurikulum 2013 dikelompokkan menjadi tiga.
1.        Penilaian Sikap (Spiritual dan Sosial)
       Penilaian sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat (peer evaluation) oleh siswa dan jurnal. Sasaran hasil belajar oleh pendidik pada ranah sikap meliputi menerima sikap, menanggapi sikap, menghargai nilai, menghayati nilai, dan mengamalkan nilai.

2.        Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan merupakan penilaian yang berhubungan dengan kompetensi kognitif. Sasaran hasil belajar oleh pendidik pada kemampuan berpikir meliputi mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Sasaran hasil belajar oleh pendidik pada dimensi pengetahuan meliputi faktual, prosedural, dan metakognitif.

3.        Penilaian Kompetensi Keterampilan
Penilaian keterampilan merupakan penilaian yang berhubungan dengan kompetensi keterampilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Sasaran hasil belajar oleh pendidik pada keterampilan abstrak berupa kemampuan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

Aplikasinnya, pada MI Al-Falah evaluasi kurikulum 2013 sebenarnya sudah mengacu pada hal diatas, hanya saja menurut pengakuan guru-guru di sana banyak dari mereka yang tidak telaten dalam memilah dan memilih komponen yang harus dievaluasi, sehingga sebagian dari mereka cenderung untuk mengarang nilai siswa pada komponen tertentu. Tapi masih ada juga sebagian dari mereka yang berusaha memaksimalkan evaluasi dengan berbagai cara, menurut bahasa mereka “metani” satu per satu sekiranya aspek manakah yang ingin soal ini gali. Terkadang karena keterbatasan penguasaan teknologi mereka harus menjumlah penilaian secara otodidak.

Kesimpulannya sejauh pengamatan kami, MI Al-Falah masih terkendala dengan msalah intern, yaitu guru pembimbing kelas yang belum mampu menjalankan sepenuhnya pembelajaran kurikulum 2013 dengan maksimal. Sebagian dari tenaga pendidik di MI Al-Falah belum mendalami pembelajaran kurikulum 2013, tentunya hal ini mempengaruhi tercapainya pembelajaran kurikulum 2013 yang baik. Beberapa guru masih bingung dengan sistem penilaian, media apa yang harus digunakan, dan bagaimana menciptakan pembelajaran kurikulum 2013 yang efektif.
Selain dari faktor intern, masih ada faktor ekstern yang berasal dari orang tua murid atau wali murid. Banyak dari mereka yang belum mengetahui perubahan kurikulum yang baru. Jadi ketika anak mereka bertanya tentang mata pelajaran tematik, banyak dari wali murid tidak dapat membimbing anaknya yang bingung dengan pelajaran tematik.
Bukan hanya sebatas bingung, wali murid juga banyak yang tidak mendukung kegiatan pembelajaran. Seperti banyaknya praktek dalam pembelajaran. Contohnya ketika seorang anak akan mempraktekkan membuat layang-layang, pasti hal ini membutuhkan dana dan bantuan dari orang tuannya untuk membawa bahan-bahan dari rumah agar bisa dibawa ke sekolah.
Munculnya dua faktor diatas sangat disayangkan. Karena mengingat suksesnya pembelajaran tidak hanya dari pihak sekolah, tetapi juga perlu dorongan dan suport dari masyarakat atau wali murid dalam hal ini.

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.      Tujuan dari kurikulum 2013 adalah untuk menyiapkan kemampuan siswa agar menjadi sumber daya manusia yang produktif, kreatif dan inovatif dengan berusaha meningkatkan serta menyeimbangkan kemampuan hard skills dan soft skills siswa.
2.      Materi kurikulum 2013 pada umumnya sama dengan materi pada kurikulum lain hanya saja satu pelajaran dengan pelajaran yang lainnya itu di lebur ke dalam satu tema.
3.      Metode yang digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 diantaranya adalah metode discovery learning, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran berbasis proyek.
4.      Media yang digunakan dalam kurikulum 2013 pada hakikatnya adalah media pembelajaran berbasis teknoogi. Tapi karena keterbatasan fasilitas sebagai seorang pendidik kita juga harus dapat menciptakan media pembelajaran yang kreatif dan menarik.
5.      Evaluasi dalam kurikulum 2013 dilakukan dengan mengacu pada indikator masing-masing Kompetensi Dasar dari masing-masing mata pelajaran.

B.       Saran
1.        Untuk MI Al-Falah, khususnya untuk para tenaga pendidik di MI Al-Falah alangkah lebih baiknya sebagai tenaga didik para guru lebih memperdalam lagi pengetahuan mengenai implementasi kurikulum 2013. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa pendidik merupakan salah satu kunci dalam keberhasilan proses belajar mengajar.
2.        Untuk calon pendidik melihat fenomena diatas alangkah lebih baiknya juga kalau kita saat ini menambah bekal pengetahuan kita akan kurikulum 2013 ataupun lainnya. Tujuannya adalah agar nantinya kita sudah benar-benar siap jika suatu saat diharuskan terjun ke instansi pendidikan. Baik


              sebagai pendidik maupun sebagai pengembang kurikulum.
3.        Untuk makalah hasil observasi ini tiada gading yang tak retak, dengan kata lain makalah hasil observasi yang kami susun ini tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai belah pihak yang bersifat membangun demi lebih baiknya makalah hasil observasi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar