Sabtu, 15 September 2018

PENGEMBANGAN KURIKULUM: Makalah Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum (Semester 3)


PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu:
Hamidah Abdul Shomad Elfin Nikmati, M.Pd.I.
unnamed (7)







Disusun Oleh:
Kelompok 6
1.        Risma Nur Izzati                   (17205153002)
2.        Tria Anggari Saputri              (17205153009)
3.        Laily Nursa’adah                   (17205153010)
4.        Nurul Lailatul Nikmah          (17205153026)




JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
OKTOBER 2016



KATA PENGANTAR
Assalamualaikum1.png
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta  salam  semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad saw. dan semoga kita akan selalu mendapat syafaatnya baik didunia maupun di akhirat kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya  penulis dapat  menyusun makalah ini untuk memenuhi  tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum yang berjudul PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM.
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak penulisan makalah ini tidak mungkin terlaksana dengan baik.Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.        Dr. Mafthukin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di IAIN Tulungagung ini,
2.        Hamidah Abdul Shomad Elfin Nikmati, M.Pd.I.  selaku Dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Kurikulum yang telah membimbing dan mengarahkan kami dengan sabar agar mempunyai pemahaman yang benar mengenai mata kuliah ini,
3.        Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membuahkan ilmu yang maslahahfiidinniwadunyawalakhirah.

Tulungagung, 01 Oktober 2016



      Penulis
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang..................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah................................................................................. 1
C.       Tujuan Pembahasan.............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A.      Berbagai Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum...................... 2

BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan........................................................................................... 15
B.       Saran..................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 16



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Pendekatan juga dapat diartikan sebagai cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang lebih baik. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Sehingga bila dikaitkan dengan kurikulum, pendekatan dalam pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.
Pendekatan dalam pengembangan kurikulum merefleksikan pandangan seseorang terhadap sekolah dan masyarakat. Para pendidik pada umumnya tidak hanya berpegang pada salah satu pendekatan secara murni, melainkan menganut beberapa pendekatan yang mereka anggap sesuai dengan aliran pendidikan yang dianut. Pada umumnya terdapat empat aliran di dalam pendidikan yakni aliran pendidikan klasik, pendidikan pribadi, pendidikan teknologi, dan pendidikan interaksionis. Dimana dari keempat aliran tersebut mempunyai pendekatan yang berbeda dalam praktek pendidikannya maupun pengembangan kurikulumnya. Oleh sebab itu, di makalah ini kami akan membahas mengenai berbagai macam pendekatan yang biasanya digunakan dalam pengembangan kurikulum.

B.       Rumusan Masalah
1.        Bagaimana berbagai pendekatan dalam pengembangan kurikulum?

C.      Tujuan Pembahasan
1.      Untuk menjelaskan berbagai pendekatan dalam pengembangan kurikulum.




BAB II
PEMBAHASAN

A.      Berbagai Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum diperlukan pendekatan-pendekatan, hal ini bertujuan agar kurikulum yang digunakan dapat sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Yang dimaksud dengan pendekatan adalah cara kerja yang dilakukan dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis guna memperoleh kurikulum yang baik. Berikut berbagai pendekatan yang biasanya digunakan dalam pengembangan kurikulum:
1.        Pendekatan Subjek Akademis
Pendekatan ini biasanya diterapkan pada institusi pendidikan yang menganut aliran pendidikan klasik. Pendekatan ini bisa dikatakan merupakan pendekatan tertua diantara pendekatan lainnya, karena sejak sekolah yang pertama berdiri kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Banyak lembaga pendidikan yang tidak bisa lepas dari pendekatan ini sampai sekarang. Sebab, bisa dikatakan bahwa pendekatan subjek akademis ini adalah pendekatan yang tergolong sangat praktis, dikarenakan mudah disusun dan mudah digabungkan dengan pendekatan lainnya.[1]
Penyusunan kurikulum pada pendekatan ini didasarkan pada disiplin ilmu tertentu. Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi yang berbeda dengan sistematisasi ilmu lainnya. Pengembangan kurikulum dengan pendekatan ini dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk pengembangan disiplin ilmu. Pendekatan ini memandang bahwa belajar adalah menguasai ilmu pengetahuan dan produk budaya sebanyak-banyaknya. Orang yang dipandang berhasil adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar materi pembelajaran yang telah disiapkan.[2]
Dalam pendekatan ini, materi pelajaran diambil dari semua jenis disiplin ilmu pengetahuan. Disini para pengembang kurikulum tidak perlu menyusun dan mengembangkan bahan pelajaran sendiri, tetapi hanya tinggal memilih bahan suatu disiplin ilmu yang telah dikembangkan oleh para ahlinya masing-masing. Kemudian tinggal mengorganisasi bahan tersebut secara sistematis sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.[3]
Dalam pendekatan ini pula, guru sebagai penyampai bahan pelajaran memegang peranan yang sangat penting. Disini guru tidak hanya sebatas menguasai materi yang ada di dalam kurikulum tetapi lebih dari itu guru adalah model bagi para siswanya. Adapun ciri dari pendekatan ini diantaranya adalah:
a.         Bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang solid serta melatih para siswa untuk menggunakan ide-ide dan proses penelitian. Disini para siswa harus belajar menggunakan pemikiran dan dapat mengontrol dorongan-dorongannya sehingga diharapkan siswa mempunyai konsep dan cara yang dapat dikembangkan di masyarakat luas.
b.        Banyak menggunakan metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan guru baru kemudian dilaksanakan siswa sampai mereka bisa menguasainya
c.         Terdapat beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran), diantaranya correlated curriculum, unified atau concentrated, integrated curriculum, problem solving curriculum.
d.        Bentuk evaluasinya bervariasi, disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran.
2.        Pendekatan Humanistik
Pendekatan ini biasanya diterapkan pada institusi pendidikan yang menggunakan aliran pendidikan pribadi. Pendekatan humanistik lebih memberikan tempat yang utama pada siswa. Disini siswa adalah subyek dan pusat kegiatan di dalam pendidikan. Pendekatan ini memandang bahwa anak didik itu mempunyai potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Pendekatan ini merupakan wujud reaksi atas praktek pendidikan yang hanya menekankan sisi intelektual saja, dengan peran utama dipegang oleh pendidik.
Dalam pengembangan kurikulum pendekatan humanistis bertolak dari pandangan memanusiakan-manusia. Hal ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya.[4]

3.        Pendekatan Teknologis
Pendekatan ini memiliki persamaan dengan pendekatan subyek akademis, yang menekankan pada isi atau materi kurikulum. Tetapi mempunyai perbedaan yaitu diarahkan pada penguasaan kompetensi bukan diarahkan pada pengawetan dan pemeliharaan ilmu pengetahuan. Suatu kompetensi yang besar atau standar diuraikan menjadi kompetensi-kompetensi yang lebih sempit atau kompetensi dasar, yang pada akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang bisa diamati dan diukur.
Penerapan teknologi dalam bidang kurikulum terwujud dalam dua bentuk yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Aplikasi teknologi perangkat lunak di sebut juga dengan teknologi system (system technology), sedangkan aplikasi teknologi perangkat keras disebut dengan teknologi alat (tool technology). Teknologi alat lebih menekankan pada penggunaan alat-aat teknologis untuk menunjang efisiensi dan efektifitas program pendidikan. Kurikulumnya berisi rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan media serta model-model pembelajaran yang banyak melibatkan alat. Tanpa bantuan media maka proses pembelajaran tidak dapat berlangsung, karena perencanaan pembelajaran telah tersusun terpadu antara kegiatan-kegiatan pendidikan dengan media tersebut. Misalnya pembelajan dengan bantuan video, VCD, modul, komputer, internet dan lain-lain. Adapun teknologi system menekankan pada penyusunan program pembelajaran atau perencanaan pembelajaran yang menggunakan pendekatan system, baik dibantu oleh alat dan media maupun tidak. Dalam teknologi sistem ini proses pembelajaran tetap dapat berlangsung tanpa bantuan media, karena media itu digunakan jika diperlukan.
Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan tertentu. Materi yang diajarkan, kriteria evaluasi sukses dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas (job discription) tersebut. Rencana dan proses pembelajaran dirancang sedemikian rupa, sehingga hasilnya dapat dievaluasi dan diukur dengan jelas dan terkontrol. Dalam menyusun kurikulum, sesungguhnya tidak semua materi perjalanan dapat pendekatan teknologis, karena sifat-sifat atau karakter materi pelajaran itu berbeda. Termasuk dalam pendekatan ini adalah kurikulum berbasis kompetensi yang kini sedang diterapkan oleh pemerintah.[5]

4.        Pendekatan Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme berasal dari bahasa Inggris reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.  Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme, gerakan ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini.
Pendekatan ini juga disebut sebagai pendekatan rekonstuksi sosial. Pendekatan rekonstruksi sosial sangat memperhatikan hubungan kurikulum dengan sosial masyarakat dan politik perkembangan ekonomi. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Pendekatan rekonstruksi sosial ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Pandangannya adalah bahwa pendidikan bukanlah upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi dan kerja sama. Kerja sama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang dilingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui interaksi dan kerja sama ini siswa berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat.[6]
Pendekatan kurikulum rekonstrksi sosial ini selain menekan pada isi pembelajaran, sekaligus juga menekankan pada proses pendidikan dari pengalaman belajar. Ini dikarenakan, pendekatan rekonstruksi sosial berasumsi bahwa, manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang kehidupannya membutuhkan orang lain, selalu bersama, berinteraksi dan bekerjasama. Dari pendekatan kurikulum rekonstruksi sosial ini, nantinya diharapkan peserta didik mempunyai tanggung jawab dalam masyarakatnya guna membantu pemerintah dalam perbaikan-perbaikan dalam masyarakatnya yang lebih baik lagi kedepannya.[7]

5.        Pendekatan Accountability
Accountability atau pertanggungjawaban lembaga pendidikan tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat akhir-akhir ini menjadi hal yang penting dalam dunia pendidikan. Akuntabilitas yang sistematis pertama kali diperkenalkan Frederick Tylor dalam bidang industri pada permulaan abad ini. Pendekatannya yang dikenal sebagai scientific management atau manajemen ilmiah, menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus diselesaikan pekerja dalam waktu tertentu. Tiap pekerja bertanggung jawab atas penyelesaian tugas itu.[8]
Menurut Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd., ada dua pendekatan yang bisa diterapkan dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
a.        Pendekatan Top Down
Pendekatan top down bisa dilakukan baik untuk menyusun kurikulum yang benar-benar baru (curriculum construction) ataupun untuk penyempurnaan kurikulum yang sudah ada (curriculum improvement). Prosedur kerja atau proses pengembangan kurikulum pendekatan ini dilakukan kira-kira sebagai berikut: Langkah pertama, dimulai dengan pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan. Langkah kedua, adalah menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebujakan atau rumusan-rumusan yang telah disusun oleh tim pengarah. Langkah Ketiga, apabila kurikulum sudah selesai disusun oleh tim atau kelompok kerja, selanjutnya hasilnya diserahkan kepada tim perumus untuk dikaji dan diberi catatan-catatan atau direvisi. Langkah Keempat, para administrator selanjutnya memerintahkan kepada setiap sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum yang telah tersusun itu.[9]



b.        Pendekatan Grass Roots
Dalam pendekatan grass roots atau pengembangan kurikulum yang diawali oleh inisiatif dari bawah lalu disebartluaskan pada tingkat atau skala yang lebih luas, dengan istilah singkat sering dinamakan pengembangan kurikulum dari bawah ke atas. Oleh karena sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam penyempurnaan kurikulum (curriculum improvement), walaupun dalam skala yang terbatas mungkin juga digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curriculum construction). Ada beberapa langkah penyempurnaan kurikulum yang dapat dilakukan manakala menggunakan pendekatan grass roots ini. Pertama, menyadari adanya masalah. Berawal dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku. Kedua, mengadakan refleksi. Refleksi dilakukan dengan mengkaji literature yang relevan misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang kita hadapi atau mengkaji sumber informasi lain. Ketiga, mengajukan hipotesis atau jawaban sementara. Guru memetakan berbagai kemungkinan munculnya masalah dan cara penanggulangannya. Keempat, menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan. Kelima, mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus-menerus hingga terpecahkan masalah yang dihadapi. Dalam pelaksanaannya kita bisa berkolaborasi atau meminta pendapat teman sejawat. Keenam, membuat dan menyusun laporan hasil pelaksanaan pengembangan melalui grass roots. Langkah ini sangat penting untuk dilakukan sebagai bahan publikasi dan diseminasi, sehingga memungkinkan dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang lain yang pada gilirannya hasil pengembangan dapat tersebar.[10]

6.        Pendekatan Pembangunan Nasional
Pendekatan ini mengandung tiga unsur yakni:
a.       Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam masyarakat kita yang demokratis, warga negara dapat dimasukkan dalam tiga kategori:
1)      Warga negara yang apatis
Merupakan golongan warga negara yang cenderung memiliki sikap masa bodoh atau tidak mau tahu terhadap apa yang terjadi di negaranya. Warga negara yang memiliki sikap apatis tidak mau mentaati perundang-undangan yang telah ditetapkan, jangankan mentaati mereka menganggap peraturan perundang-undangan seperti angin yang berlalu. Pada umumnya sikap apatis ini muncul karena rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap politik. Selain itu pemicu lainnya disebabkan karena adanya dominasi politik yang diciptakan oleh beberapa oknum politisi yang lebih condong untuk memperhatikan karir politikya tanpa mempedulikan apa yang terjadi di negaranya.
2)      Warga negara yang pasif
Merupakan warga negara yang hanya cenderung patuh terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3)      Warga negara yang aktif
Merupakan golongan warga negara yang ikut berperan aktif di dalam kehidupan bernegara, terutama di dalam mempengaruhi kebijakan publik. Mereka juga sadar akan adanya hak dan kewajiban sehingga mereka cenderung untuk memenuhi kewajiban mereka dahulu sebelum menuntut hak yang mereka miliki.

b.      Pendidikan sebagai alat pembangunan nasional
Tujuan pendidikan ini adalah mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Para pengembang kurikulum bertugas untuk mendesain program yang sesuai dengan analisis jabatan yang akan diduduki.

c.         Pendidikan keterampilan praktis bagi kehidupan sehari-hari
Keterampilan yang diperlukan bagi kehiduan sehari-hari dapat dibagi dalam beberapa kategori yang tidak hanya bercorak keterampilan akan tetapi juga mengandung aspek pengetahuan dan sikap, yaitu:
1)        Keterampilan untuk mencari nafkah.
2)        Keterampilan untuk mengembangkan masyarakat.
3)        Keterampilan untuk menyumbang kepada kesejahteraan umum.
4)        Keterampilan sebagai warga negara yang baik.[11]

7.        Pendekatan Klarifikasi Nilai
Adapun pendekatan klarifikasi nilai biasanya dicirikan  sebagaimana berikut:
a.         Peran guru kurang dominan dalam pembelajaran.
b.        Guru lebih sedikit memberi informasi dan lebih banyak mendengarkan penjelasan peserta didik.
c.         Guru lebih sering menggunakan metode tanya jawab.
d.        Tidak banyak kritik destruktif.
e.         Kurang menekankan faktor kegagalan dan lebih menerima kesalahan-kesalahan.
f.         Menanggapi dan menghayati pekerjaan peserta didik.
g.        Merumuskan tujuan dengan jelas.
h.        Dalam batas tertentu peserta didik diberi kebebasan untuk bekerja dan bertanggung jawab.
i.          Peserta didik diberi kebebasan untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan dan fikirkan.
j.          Adanya keseimbangan antara tugas kelompok dan tugas individu.
k.        Belajar bersifat individual.
l.          Evaluasi tidak terfokus pada prestasi akademik, tetapi juga proses pertukaran pengalaman.[12]

8.        Pendekatan Komprehensif
Pendekatan ini melihat, memperhatikan, dan menganalisis kurikulum secara keseluruhan. Semua masalah yang berkaitan dengan kurikulum diidentifikasi secara global oleh pengembang kurikulum. Pengembang kurikulum dapat menetapkan langkah pertama yang akan dilakukan dan apa yang akan dicapai sebagai sasaran dengan merumuskan filsafat pendidikan, visi-visi, tujuan pendidikan, serta sasaran yang ingin dicapai.

9.        Pendekatan yang Berpusat pada Masalah
Pengembangan kurikulum dengan pendekatan ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi berbagai masalah kurikulum secara khusus. Para guru dimintai berbagai informasi mengenai masalah-masalah, keinginan, harapan, dan kesulitan-kesulitan yang peserta didik hadapi dalam mata pelajaran. Seperti perbaikan cara atau sistem penilaian, penggunaan metode ataupun media dalam pembelajaran.

10.    Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu adalah suatu pendekatan yang memadukan keseluruhan bagian dan indikator-indikatornya dalam suatu bingkai kurikulum untuk mencapai tujuan tertentu. Bagian tersebut menggambarkan:

a.         Hasil belajar
Hasil belajar dapat diartikan sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar.

b.        Tahap pengembangan kurikulum
Menurut Harie, tahapan dalam pengembangan kurikulum itu ada 4 diantaranya adalah:
1)        Merumuskan tujuan pembelajaran (instructional objective)
Terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tahap pertama yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah memahami tiga sumber, yaitu siswa (source of student), masyarakat (source of society), dan konten (source of content). Tahap kedua adalah merumuskan standar kompetensi (tentative general objective) dengan memperhatikan landasan sosiologi, kemudian di screen melalui dua landasan lain dalam pengembangan kurikulum yaitu landasan filosofis pendidikan (philosophy of learning) dan psikologi belajar (psychology of learning), dan tahap yang terakhir adalah merumuskan kompetensi dasar (precise education).
2)        Merumuskan dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar (selection of learning experience)
Menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar dalam pengembangan kurikulum harus memahami definisi pengalaman belajar dan landasan psikologi belajar. Pengalaman belajar merupakan bentuk interaksi yang dialami atau dilakukan oleh siswa yang dirancang oleh guru untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Pengalaman belajar yang harus dialami siswa sebagai learning activity menggambarkan interaksi siswa dengan objek belajar. Belajar berlangsung melalui perilaku aktif siswa, apa yang dia kerjakan adalah apa yang dia pelajari, bukan apa yang dia lakukan oleh guru.
3)        Mengorganisasi pengalaman belajar (organization of learning experience)
Pengorganisasian ini diperlukan dalam rangka memudahkan anak didik untuk belajar. Dalam pengorganisasian kurikulum tidak lepas dari beberapa hal penting yang mendukung, yakni tentang: teori, konsep, pandangan tentang pendidikan, perkembangan anak didik, dan kebutuhan masyarakat. Pengorgabisasian kurikulum bertalian erat dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Oleh karena itu kurikulum menentukan apa yang akan dipelajari, kapan waktu yang tepat untuk mempelajari, keseimbangan bahan pelajaran, dan keseimbanagn antara aspek pendidikan yang akan disampaikan.
4)        Mengevaluasi kurikulum
Tahap terakhir dalam pengembangan kurikulum adalah evaluasi. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan dimana data yang terkumpul dan dibuat pertimbangan untuk tujuan memperbaiki sistem. Evaluasi yang seksama adalah sangat esensial dalam pengembangan kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu proses dalam membuat keputusan, sedangkan riset berkedudukan sebagai proses pengumpulan data sebagai dasar pengambilan keputusan.
c.         Program pendidikan yang ditawarkan[13]
Program pendidikan yang ditawarkan dapat kita artikan sebagai suatu wadah dari institusi pendidikan yang menyediakan berbagai alternatif jenis atau tingkatan pendidikan, sehingga calon peserta didik dapat memilih program pendidikan sesuai dengan bakat dan minatnya atau apa yang disukainya. Misalnya kalau di perguruan tinggi ada berbagai fakultas dan jurusan, disitu calon mahasiswa diberi kebebasan untuk memilih apa yang diinginkannya, tentunya juga harus melalui persyaratan yang telah ditentukan.


[1] Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hal. 190.
[2] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Madrasah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 140.
[3] Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 120.
[4] Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 153.
[5] Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum..., hal. 123.
[6] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 91.
[7] Sutrisno, Revisi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Ar-Ruz Media, 2005), hal. 78.
[8] M. Ahmad, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal. 49.
[9] Ibid..., hal. 51.
[10] S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hal. 48-50.
[11] S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran..., hal. 58.
[12] Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 94.
[13] Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2006), hal. 63.



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Pendekatan dalam pengembangan kurikulum sangat penting hal ini bertujuan agar kurikulum yang digunakan dapat sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Ada banyak pendekatan yang bisa kita gunakan dalam pengembangan kurikulum diantaranya pendekatan subjek akademis, pendekatan humanistik, pendekatan teknologis, pendekatan rekonstruksionalisme, pendekatan accountability, pendekatan pembangunan nasional, pendekatan klarifikasi nilai, pendekatan komprehensif, pendekatan yang berpusat pada masalah, dan pendekatan terpadu. Dimana masing-masing dari pendekatan tersebut dapat disesuaikan penerapannya berdasarkan aliran pendidikan apa yang kita anut ataupun tujuan pendidikan yang seperti apa yang hendak dicapai.

B.       Saran
1.        Saran untuk calon pendidik utamanya sehubungan dengan materi yang dibahas pada makalah ini yakni tentang pendekatan dalam pendekatan kurikulum, hendaknya kita sebagai calon pendidik ataupun calon pengembang kurikulum setidaknya dalam mengembangkan kurikulum maupun dalam proses belajar mengajar kita harus lebih memperhatikan lagi sekiranya pendekatan apa yang cocok kita gunakan agar sesuai dengan aliran pendidikan yang kita anut ataupun tujuan pendidikan yang seperti kita inginkan, agar pada nantinya semua bisa terlaksana secara efektif dan efisien.
2.        Saran sehubungan dengan penyusunan makalah ini, tiada gading yang tak retak dengan kata lain makalah ini tak luput dari kekurangan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dari berbagai pihak demi lebih baiknya makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, M. 2008. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Pustaka Setia.
Idi, Abdullah. 2007.  Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhaimin. 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nasution, S. 2012. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Subandijah. 2003. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2006. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sutrisno. 2005. Revisi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Ar-Ruz Media.
Zaini, Muhammad. 2009. Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Teras.
 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar