Jumat, 14 September 2018

MANAJEMEN PENDIDIKAN: Makalah Pengambilan Keputusan Pendidikan (Semester 2)


PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENDIDIKAN
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Pendidikan
Yang dibina oleh Dr. Ahmad Tanzeh, M.Pd.I


 
Disusun Oleh:
Kelompok 5
1.      Risma Nur Izzati               (17205153002)
2.      Raya Arsita Febriani         (17205153024)
3.      Ana Nur Khumairoh         (17205153036)



JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
Maret 2016


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt.yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta  salam  semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad saw.dan semoga kita akan selalu mendapat syafaatnya baik didunia maupun di akhirat kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya  penulis dapat  menyusun makalah ini untuk memenuhi  tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan yang berjudul PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENDIDIKAN.
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak penulisan makalah ini tidak mungkin terlaksana dengan baik.Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.        Dr. Mafthukin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di IAIN Tulungagung ini,
2.        Dr. Ahmad Tanzeh, M.Pd.I.  selaku Dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pendidikan yang telah membimbing dan mengarahkan kami dengan sabar agar mempunyai pemahaman yang benar mengenai mata kuliah ini,
3.        Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membuahkan ilmu yang maslahahfiidinniwadunyawalakhirah.


Tulungagung, 24 Februari 2016



      Penulis

DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang..................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.       Tujuan................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A.      Pengertian Pengambilan Keputusan Pendidikan.................................. 3
B.       Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pengambilan Keputusan Pendidikan.................................................... 4
C.       Model-model Pengambilan Keputusan Pendidikan............................. 5
D.      Jenis-jenis Pengambilan Keputusan Pendidikan................................... 6
E.       Tahap-tahap Pengambilan Keputusan Pendidikan............................... 7

BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan........................................................................................... 10
B.       Daftar Rujukan..................................................................................... 10



BAB I

PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Di sepanjang perjalanan hidupnya, manusia selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan yang pada akhirnya membutuhkan suatu pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan bisa menjadi salah satu hal yang sangat urgen ketika seseorang menjadi pimpinan, manajer, atau orang-orang yang dianggap memiliki pengaruh di dalam suatu organisasi atau lembaga, salah satunya yang akan kita bahas disini yakni pengambilan keputusan di dalam lembaga pendidikan. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan eksistensi seseorang utamanya pemimpin tadi dapat dilihat dari keputusan yang diambilnya, apakah sudah relevan atau belum. Dalam hal ini Nawawi juga mengatakan bahwasanya sebuah organisasi atau lembaga hanya akan berfungsi jika pemimpinnya memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan memerintahkan pelaksanaannya kepada anggotanya sesuai dengan bidang dan tanggung jawabnya masing-masing.
Di dunia pendidikan sendiri, tak sedikit kritikan-kritikan dilancarkan oleh berbagai kalangan terhadap praktek pendidikan. Hal tersebut berlawanan dengan salah satu visi pendidikan itu sendiri yang mengisyaratkan bahwa sebagai sebuah institusi, lembaga pendidikan harus solid. Idealnya, pendidikan musti terbebas dan steril dari berbagai macam permasalahan. Namun tampaknya, hal ini adalah suatu hal yang mustahil, karena suka tidak suka permasalahan akan selalu ada dimanapun dan kapanpun termasuk di dunia pendidikan. Oleh sebab itu, sekarang ini persoalannya bukan lagi mencari sebuah usaha agar terhindar dari permasalahan, melainkan justru perlunya menghadapi permasalahan itu secara cerdas, sehingga bisa didapatkan sebuah solusi ataupun pengambilan keputusan untuk mengatasi masalah yang timbul di dunia pendidikan tersebut.

B.       Rumusan Masalah
1.    Bagaimana pengertian pengambilan keputusan pendidikan?
2.    Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pendidikan?
3.    Apa saja Model-model pengambilan keputusan pendidikan?
4.    Bagaimana tahap-tahap pengambilan keputusan pendidikan?
5.    Apa saja jenis-jenis pengambilan keputusan pendidikan ?

C.      Tujuan
1.    Untuk menjelaskan pengertian pengambilan keputusan pendidikan.
2.    Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pendidikan.
3.    Untuk menjelaskan model-model pengambilan keputusan pendidikan.
4.    Untuk menjelaskan jenis-jenis pengambilan keputusan pendidikan.
5.    Untuk menjelaskan tahap-tahap pengambilan keputusan pendidikan.











BAB II
PEMBAHASAN


A.      Pengertian Pengambilan Keputusan Pendidikan
1.    Keputusan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keputusan berasal dari kata dasar putus yang mendapat awalan ke- dan akhiran –an yang memiliki arti segala putusan (hasil memutuskan) yang telah ditetapkan.
Sedangkan menurut seorang ahli yang bernama James A.F. Stoner yang dimaksud dengan keputusan ialah pilihan (choice) dari salah satu alternatif-alternatif yang ada. Jadi, yang dimaksud dengan keputusan tak lain adalah  jawaban akhir dari sebuah proses pemikiran mengenai suatu masalah, dengan menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif pemecahannya.

2.    Pengambilan Keputusan
Seorang ahli yang bernama Robbin mengungkapkan “decision making is which chooses between two or more alternatives”. Sedangkan salah satu ahli lagi yang bernama Siagian mengungkapkan bahwa yang dinamakan dengan pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi. Maalah-masalah tersebut menyangkut pengetahuan tentang hakikat dari masalah yang dihadapi, analisis masalah dengan mempergunakan fakta dan data, mencari alternatif yang paling rasional, dan penilaian hasil yang dicapai sehingga akibat dari keputusan yang diambil akan dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang harus diperbuat untuk mengatasi masalah tersebut dengan menjatuhkan pilihan (choice) pada salah satu alternatif tertentu.
Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah memilih dan menetapkan satu alternatif yang dianggap paling tepat dari beberapa alternatif yang dirumuskan. Keputusan itu harus bersifat fleksibel, analitis, dan mungkin untuk dilaksanakan dengan dorongan sarana prasarana dan sumber daya yang tersedia (berupa manusia dan material).[1]

3.        Pengambilan Keputusan Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat awalan pen- dan akhiran –an, yang berarti hal atau cara mendidik.  Pendidikan sendiri secara etimologi bersal dari bahasa Yunani ‘paedagogie’, terdiri dari dua kata yakni ‘pais’ yang berarti anak dan ‘gogos’ yang berarti membimbing. Jadi, secara etimologi pendidikan diartikan sebagai bimbingan yang diberikan kepada anak. Secara terminologi John Dewey mengartikan bahwa pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional. Sedangkan jika dilihat dalam hal prakteknya pendidikan menyangkut semua hal yang menyangkut dengan kegiatan belajar mengajar.
Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan pendidikan ialah suatu proses pemecahan masalah dan penciptaan kejadian-kejadian yang menyangkut kegiatan belajar mengajar dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif guna menetapkan suatu tindakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.[2]

B.       Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Pendidikan
1.    Posisi atau Kedudukan
Posisi atau kedudukan dapat dilihat dalam hal:
a.         Letak Posisi
Hal ini meliputi:
1)   Pembuatan keputusan (decision maker)
2)   Penentu keputusan (staff)
b.        Tingkatan Posisi
2.    Masalah
Yang dimaksud dengan masalah adalah suatu hal yang menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan. Hal ini meliputi:
a.         Masalah terstruktur (well structured problems)
b.        Masalah tidak terstruktur (well structured problems)
3.    Situasi
Keseluruhan faktor dalam keadaan yang berkaitan satu sama lain dan yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita perbuat.
4.        Kondisi
Yang dimaksud dengan kondisi adalah keseluruhan faktor yang secara bersama-sama menentukan daya gerak dan daya berbuat kita.
5.        Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai pada umumnya telah ditentukan. Dan tujuan yang telah ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau objektif.

C.      Model-model Pengambilan Keputusan Pendidikan
Model-model pengambilan keputusan yang dapat diadopsi oleh lembaga pendidikan, yaitu :
1.        Model Rasional (rational model)
Model rasional ini dipergunakan jika tingkat ambiguitas atau konfliksitas sasaran maupun tingkat ketidakpastian teknis rendah. Pilihan dipermudah oleh kinerja program dan standart operasional yang disusun menurut aturan keputusan serta rutinitas yang telah dipelajari sebuah organisasi atau lembaga pendidikan.

2.        Model Politikal (political model)
Ketika tujuan diperebutkan oleh berbagai kelompok kepentingan dan kepastian teknis tinggi dalam kelompok, keputusan dari tindakan merupakan hasil tawar menawar antara pemain yang mengejar kepentingan mereka dan manipulasi instrument pengaruh yang tersedia.

3.        Model Anarki (anarchy model)
Model ini dipergunakan jika tingkat ambiguitas atau konfliksitas sasaran maupun tingkat ketidakpastian teknis tinggi. Keputusan terjadi melalui peluang dan waktu ketika ada masalah, partisipan, dan pilihan tepat serta solusi dilekatkan terhadap persoalan dan persoalan dipilih oleh partisipan yang memiliki waktu dan energi untuk melakukan hal tersebut.

4.        Model Proses (procces model)
Model ini dipergunakan jika tingkat ambiguitas atau konfliksitas sasaran rendah sedangkan ketidakpastian teknisnya tinggi. Ketika tujuan atau sasaran bersifat srategis dan jelas tetapi metode taknis untuk mencapainya tidak pasti, pengambilan keputusan menjadi proses dinamis yang ditandai dengan banyak interupsi dan iterasi.[3]

D.      Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan Pendidikan
1.        Pengambilan Keputusan Otoritatif
Yakni pengambilan keputusan pendidikan yang dilakukan oleh suatu pihak yang memiliki kekuasaan di institusi pendidikan. Hasil dari keputusan ini dalam pelaksanaannya biasanya dipaksakan kepada bawahannya. Disini, bawahan tidak diberikan kesempatan untuk membuat alasan apakah dia menerima atau menolak hasil dari keputusan itu. Disni, bawahan diibaratkan seperti sapi perahan yang dapat dikendalikan sedemikian rupa.

2.        Pengambilan Keputusan secara Pribadi
Yakni pengambilan keputusan dalam pendidikan yang dilakukan oleh individu atas nama pribadi. Jika kepuitusan ini diambil oleh seseorang yang menjabat di dalam institusi pendidikan maka keputusan ini harus benar-benar terpisah dari statusnya sebagai pejabat. Ketika seseorang pejabat membuat keputusan pribadi, dia harus membuat statement yang tegas bahwa keputusan itu benar-benar atas nama pribadi. Karena jika tidak ada ketegasan semacam itu, akan melahirkan sebuah dilema bagi organisasi yang dinaunginya.[4]

E.       Tahap-Tahap Pengambilan Keputusan Pendidikan
Setiap orang pasti membuat keputusan, entah itu keputusan mayor atau minor.
Pengambilan keputusan, khususnya keputusan mayor tidak dapat dilakukan seperti membalik telapak tangan seperti keputusan minor. Hal tersebut dikarenakan keputusan mayor tersebut pada akhirnya akan memberi dampak terhadap banyak aspek. Tidak ada satu tindakanpun yang dapat dilakukan tanpa adanya sebuah pengambilan keputusan sebelumnya, termasuk segala tindakan yang terjadi di institusi pendidikan. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan keputusan yang akurat dan penuh pertimbangan harus melalui tahapan-tahapan tertentu sehingga kemungkinan timbulnya dampak negatif dari keputusan yang dibuat tersebut dapat diminimalisir.
Menurut Herbart A. Simon, setidaknya ada tiga tahap yang ditempuh dalam pengambilan keputusan, yaitu :
1.        Tahap Penyelidikan
Tahap ini dilakukan dengan mempelajari lingkungan atas kondisi yang memerlukan keputusan. Pada tahap ini data mentah yang diperoleh, diolah dan diuji serta dijadikan petunjuk untuk mengetahui atau mengenal persoalan.

2.        Tahap Perancangan
Pada tahap ini dilakukan pendaftaran, pengembangan, penganalisaan arah tindakan yang mungkin dilakukan.

3.        Tahap Pemilihan
Pada tahap ini dilakukan kegiatan pemilihan arah tindakan dari semua yang ada.[5]
Sedangkan Menurut Syamsi ada dua teknik pengambilan keputusan dalam pendidikan beserta tahapannya yakni:
1.    Teknik Delphi
Penyelesaian masalah teknik ini dilakukan secara bersama. Tahapannya yang pertama para pimpinan institusi pendidikan dimintai pendapat atau ide mereka, saran-saran dan pandangan secara tertulis mengenai rencana keputusan yang akan diambilnya. Pendapat dan saran mereka disampaikan tanpa menyebutkan identitas penyarannya. Setelah dikumpulkan mereka diminta untuk saling menanggapi terhadap masukan-masukan yang ada. Masukan-masukan tersebut menunjukkan adanya kontribusi kecakapan, keterampilan, kemauan dan juga kontribusi informasi. Akhirnya pendapat yang menurut para pimpinan yang terbaiklah yang diambil. Teknik ini dimaksudkan untuk menghindari hubungan langsung yang kurang enak antara pendapat yang satu dengan yang lainnya.

2.      Teknik Nominal
Tahapannya adalah masing-masing peserta pengambilan keputusan entah itu para pimpinan atau yang lainnya diminta untuk menulis ide pokok atau pendapatnya di white board secara bergantian. Kemudian pendapat-pendapat yang tertulis itu dibicarakan bersama secara terbuka. Setiap ide dibicarakan dan dikupas sampai tuntas. Untuk keputusannya dilakukan pengambilan suara atau voting oleh peserta tadi. Suara terbanyaklah yang menjadi pilihannya.[6]




























BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Pengambilan Keputusan adalah hal yang sangat penting di manajemen pendidikan dalam rangka menghasilkan kebijakan-kebijakan dan memecahkan masalah yang terjadi di dalam lembaga pendidikan. Ada beragam model, jenis, dan tahapan-tahapan yang dapat kita gumakan dalam pengambilan keputusan yang dapat kita gunakan sesuai dengan klasifikasi masalah yang dihadapi dan kondisi yang tengah terjadi.

B.       Daftar Rujukan
Danim, Sudarwan. 2008. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Fattah, Nanang. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hikmat. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Purwanto, Sodiq. 2006. Pengambilan Keputusan di Lembaga Pendidikan. Semarang: UNNES Press.
Qomar, Mujamil.2006. Manajemen pendidikan Islam. Malang: Erlangga.
Sabri, Ahmad. 2007. Kebijakan dan Pengambilan Keputusan dalam Lembaga Pendidikan Islam. Padang: IAIN Imam Bonjol Press.




[1] Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Malang: Erlangga, 2007), hlm.291.

[2] Sodiq Purwanto, Pengambilan Keputusan di Lembaga Pendidikan, (Semarang: UNNES Press, 2006), hlm.14.

[3] Hikmat, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 157.

[4] Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2008), hlm.242.

[5] Ahmad Sabri, Kebijakan dan Pengambilan Keputusan dalam Lembaga Pendidikan Islam, (Padang: IAIN Imam Bonjol Press, 2007), hlm. 376.


[6] Ibid, hlm. 377.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar