Jumat, 18 Mei 2018

ILMU PENDIDIKAN ISLAM: Makalah Struktur Ilmu Pendidikan Islam (Semester 2)


STRUKTUR ILMU PENDIDIKAN ISLAM
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu Pendidikan Islam
Yang dibina oleh Indah Komsiyah, S.Ag, M.Pd.


 
Disusun Oleh:
Kelompok 9
1.        Risma Nur Izzati     (17205153002)
2.        Pantri Afrika Sari    (17205153017)
3.        Nurul Lailatul N.    (17205153026)



JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
April 2016


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum1.png
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt.yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta  salam  semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad saw. dan semoga kita akan selalu mendapat syafaatnya baik didunia maupun di akhirat kelak.
Alhamdulillah, dengan pertolongan dan hidayah-Nya  penulis dapat  menyusun makalah ini untuk memenuhi  tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang berjudul STRUKTUR ILMU PENDIDIKAN ISLAM.
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak penulisan makalah ini tidak mungkin terlaksana dengan baik.Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.        Dr. Mafthukin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di IAIN Tulungagung ini,
2.        Indah Komsiyah, S.Ag, M.Pd.  selaku Dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang telah membimbing dan mengarahkan kami dengan sabar agar mempunyai pemahaman yang benar mengenai mata kuliah ini,
3.        Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membuahkan ilmu yang maslahahfiidinniwadunyawalakhirah.

Tulungagung, 20 April 2016



                      Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Sampul...............................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang..................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.       Tujuan Pembahasan.............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A.      Pengertian Struktur Ilmu Pendidikan Islam......................................... 3
B.       Struktur Ilmu dalam Perspektif Al-Qur’an........................................... 3
C.       Dasar Struktur Ilmu Pendidikan Islam................................................. 5
D.      Pembentukan Struktur Ilmu Pendidikan Islam..................................... 6
E.       Komponen-komponen yang terdapat dalam
Struktur Ilmu Pendidikan Islam........................................................... 7
F.        Fungsi Struktur Ilmu Pendidikan Islam................................................ 11

BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan........................................................................................... 12
B.       Saran..................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Ilmu itu sangat penting bagi kehidupan manusia. Maka dalam hal ini Allah memberikan petunjuk kepada manusia melalui utusan-Nya tentang bagaimana cara mencari ilmu, menggunakan ilmu, mengkaji ilmu dalam kehidupan manusia, serta ilmu apa saja yang perlu dipelajari guna mempertahankan eksistensinya di muka bumi ini. Tentunya, dari sekian banyak ilmu pengetahuan yang ada di muka bumi ini, sangat sulit untuk dikuasai secara keseluruhan oleh setiap individu manusia. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah struktur mengenai suatu ilmu untuk mempermudah seseorang dalam memberikan persepsi tentang komponen-komponen apa saja yang terkandung di dalam suatu ilmu, khususnya dalam hal ini adalah ilmu pendidikan islam. Pada dasarnya walaupun ilmu itu bermacam-macam pada hakikatnya kesemuanya itu merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan. Dalam mempelajari suatu hal kita membutuhkan berbagai macam ilmu. Begitupun dalam mempelajari satu ilmu, kita membutuhkan ilmu yang lain. Dalam pendidikan kita tidak boleh menitikberatkan hanya pada satu kiblatan ilmu saja. Maksudnya dalam dunia pendidikan yang umumnya lebih condong mempelajari tentang ilmu duniawi kita lebih baiknya tidak melupakan ilmu agama islam. Karena Allah sendiri telah mengingatkan kita untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Sebagai agama wahyu, seperti telah disebutkan berulang-ulang, komponen agama Islam adalah akidah, syari’ah dan akhlaq yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist. Selain komponen utama agama islam, di dalam Al-Qur’an perkataan ilmu ( pengetahuan tentang sesuatu ) dalam berbagai bentuk disebut sebanyak 854 kali. Karena banyak dan seringnya perkataan itu disebut dalam berbagai hubungan atau konteks, dapatlah disimpulkan bahwa kedudukan ilmu sangat penting dalam agama Islam.

A.      Rumusan Masalah
1.        Bagaimana pengertian struktur ilmu pendidikan islam?
2.        Bagaimana struktur ilmu dalam perspektif Al-Qur’an?
3.        Bagaimana dasar struktur ilmu pendidikan islam?
4.        Bagaimana pembentukan struktur ilmu pendidikan islam?
5.        Bagaimana komponen-komponen yang terdapat dalam struktur ilmu pendidikan islam?
6.        Bagaiamana fungsi struktur ilmu pendidikan islam?

B.       Tujuan Pembahasan
1.        Untuk menjelaskan pengertian struktur ilmu pendidikan islam.
2.        Untuk menjelaskan struktur ilmu dalam perspektif Al-Qur’an.
3.        Untuk menjelaskan dasar struktur ilmu pendidikan islam.
4.        Untuk menjelaskan pembentukan struktur ilmu pendidikan islam.
5.        Untuk menjelaskan komponen-komponen yang terdapat dalam struktur ilmu pendidikan islam.
6.        Untuk menjelaskan fungsi struktur ilmu pendidikan islam.














BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Struktur Ilmu Pendidikan Islam
Secara etimologi, struktur berasal dari bahasa inggris ‘structure’ atau ‘structura’ yang memiliki arti bangunan atau susunan, sedangkan ilmu berasal dari bahasa Arab, ‘alima sama dengan kata dalam bahasa Inggris, science yang berasal dari bahasa latin, Scio atau Scire yang kemudian di Indonesiakan menjadi kata ilmu. Jika dalam organisasi struktur merupakan organ atau perangkat dari organisasi tersebut yang tentunya terkait dengan mekanisme kerjanya dan tujuan yang akan dicapai, Maka dalam keilmuan khususnya ilmu pendidikan islam struktur merupakan sebuah susunan yang terdiri dari komponen-komponen yang membatasi mekanisme dalam pencarian kebenaran.[1] Dari hal tersebut dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan struktur ilmu pendidikan islam adalah suatu susunan mengenai komponen-komponen atau ilmu apa saja yang terkandung dalam praktek pendidikan islam.

B.       Struktur Ilmu dalam Perspektif al-Qur’an
Selain ilmu tentang akidah, syariah, dan akhlak dengan seluruh percabangannya yang sudah dikenal dan sudah banyak ulama yang membahasnya dalam berbagai buku dan kitab, dalam al-Qur’an juga terdapat ayat-ayat yang memberikan penjelasan global ataupun isyarat tentang bidang-bidang ilmu pengetahuan, baik eksak (sains) maupun humaniora dengan berbagai percabangannya yang berkembang hingga saat ini. Eksplorasi cabang-cabang sains yang mempertemukan ayat-ayat qur’aniyah dengan ayat-ayat kawniyah telah dimulai oleh para pilosof muslim di abad keemasan Islam (golden age of Islam). Pengembangan filsafat dan sains dengan memadukan ayat-ayat kawniyah dan ayat-ayat qur’aniyah tesebut telah melahirkan nama-nama besar para filosof dan ilmuan muslim seperti al-Farabi, al-Razi, Ibn Sina, al-Kindi, Ibn Rushd, dll. Mereka kemudian diikuti oleh tokoh-tokoh ilmuan zaman berikutnya seperti al-Haythami, al-Biruni (dalam ilmu fisika), al-Khawarizmi, ‘Umar Khayam, dan kelompok Ikhwan al-Safa (dalam bidang matematika dan astronomi), Jabir ibn Hayan dan al-‘Iraqi (dalam bidang matematika dan kimia), serta Ibn Batutah (dalam bidang geografi). Hal tersebut merupakan bukti sejarah yang tidak terbantahkan bahwa mereka telah memperoleh inspirasi dalam mengembangkan sains yang memadukan ayat-ayat al-Qur’an dengan realitas empirik. Al-Farabi memandang sains bukan sebagai ilmu di luar ilmu-ilmu keislaman, tetapi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ilmu-ilmu keislaman. Setelah ilmu-ilmu syari‘at, al-Farabi memasukkan ilmu-ilmu bahasa, ilmu-ilmu sosial, logika dan sains ke dalam struktur ilmu. Ilmu bahasa antara lain meliputi sintaksis, gramatika, komunikasi dan sastra.
Ilmu bantu sains seperti aritmatika, geometri, dan optika, serta kelompok sains yang terdiri dari fisika, kimia, biologi dan astronomi. Demikian pula Ibn Khaldun, setelah menyebut ilmu al-Qur’an, hadis, fikih, teologi, dan tasawuf dengan beberapa percabangannya, ia menuliskan cabang-cabang sains sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ilmu-ilmu keislaman, seperti ilmu logika, matematika, fisika, optika, astronomi, serta ilmu-ilmu humaniora seperti sosiologi.[2]
Dari uraian para ahli di atas dapat dikatakan bahwa struktur ilmu dalam al-Qur’an tidak terbatas hanya pada ilmu-ilmu akidah, syariah dan akhlak, atau yang biasa disebut ilmu agama. Al-Qur’an, sebagaimana dikemukakan oleh para ahli, mengandung isyarat-isyarat berbagai ilmu pengetahuan alam seperti fisika, biologi, kimia, astronomi, geologi, dan lain-lain. Dengan berbagai percabangannya sebagaimana yang telah berkembang dalam ilmu pengetahuan moderen saat ini. Bahkan diantaranya terdapat uraian yang jelas dan spesifik yang menerangkan kejadian-kejadian alam, seperti proses penciptaan bumi dan planet-planet, serta proses penciptaan manusia.[3]

C.      Dasar Struktur Ilmu Pendidikan Islam
1.        Agama
Agama yang dijadikan dasar disini tentunya adalah agama islam. Agama merupakan sebuah sistem yang mengatur keimanan atau kepercayaan dan peribadahan terhadap Tuhan serta kaidah yang berkaitan dengan lingkungan dan pergaulan manusia. Dalam struktur ilmu pendidikan islam, agama adalah sumber dari segala-galanya, disini ditekankan bahwa semua ilmu yang dipelajari merujuk pada agama. Semua ilmu juga bersumber dari agama. Disini agama merupakan tiang bagi ilmu-ilmu lainnya. Ilmu yang dipelajari dalam pendidikan islam harus sesuai dan memuat kaidah-kaidah agama.
2.        Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan kedalam bahasa yang bisa dimengerti oleh manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. Dalam struktur ilmu pendidikan islam ilmu pengetahuan merupakan salah satu komponen yang ada di dalamnya. Disini ilmu pengetahuan yang dipelajari sudah dikombinasikan atau dihubungkan dengan nilai-nilai agama yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan tersebut. Kebenaran ilmu pengetahuan pada hal ini juga disandarkan dengan al-Qur’an dan Hadits, tidak hanya pada kenyataan yang sudah ada saja.
Layaknya perbedaan-perbedaan dalam kehidupan ini, seperti siang dan malam, jasmani dan rohani, dan laki-laki dengan perempuan, dalam hal ini mereka bukan diciptakan untuk menjadi lawan melainkan sebagai pasangan. Pada umumnya antara kedua dasar struktur ilmu pendidikan islam yakni agama dan ilmu pengetahuan juga memiliki perbedaan terutama secara epistemologis. Tetapi justru perbedaan itulah yang akan melahirkan kekuatan bagi siapa yang menyandang keduanya. Beragama yang sekaligus berilmu pengetahuan akan membentuk orang menjadi saleh, yaitu yang digambarkan dalam tujuan pendidikan sebagai orang yang memiliki kedalaman spiritual, keagungan akhlak, keluasan ilmu dan kematangan professional. Allah sendiri memerintahkan kita untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Begitupun dalam menuntut ilmu, kita tidak diperbolehkan untuk menitikberatkan pada satu kiblatan ilmu saja.[4]

D.      Pembentukan Struktur Ilmu Pendidikan Islam
Pada dasarnya struktur ilmu pendidikan islam itu dibentuk dalam rangka untuk menjadikan al-Qur’an sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma ini dimaksudkan untuk membangun teori-teori ilmu pengetahuan khas Islam. Dengan paradigm ini, al-Qur’an diharapkan dapat menjadi suatu konstruksi pengetahuan yang memungkinkan memahami realitas sebagaimana al-Qur’an memahaminya.
Paradigma al-Qur’an berarti suatu konstruksi pengetahuan. Konstruksi pengetahuan itu pada mulanya dibangun dengan tujuan agar kita memiliki “hikmah” untuk membentuk perilaku yang sejalan dengan sistem Islam, termasuk sistem ilmu pengetahuannya. Jadi, disamping memberikan gambaran aksiologis, paradigma al-Qur’an juga dapat berfungsi untuk memberikan wawasan epistemologis. Sampelnya adalah statemen-statemen yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadits yakni nilai-nilai normatif.
Nilai-nilai normatif ini ada dua, yaitu nilai-nilai praktis yang dapat diaktualkan dalam perilaku sehari-hari, dan nilai-nilai yang harus diterjemahkan dulu dalam bentuk teori sebelum diterapkan dalam perilaku. Nilai-nilai pertama telah banyak dikembangkan dalam bentuk ilmu fiqh, sedangkan nilai yang kedua perlu ditransformasikan dalam bentuk ilmu pengetahuan Islam.[5]
Dari konsep-konsep yang ada di dalam al-Qur’an lah, dapat diciptakan teori-teori “ilmu pengetahuan profetik” yang pada dasarnya bersifat transformatif, yang dimaksud transformatif disini adalah mampu membangun dan membawa perubahan sosial,  baik cara berpikir, bersikap dan  berperilaku  secara individual maupun sosial pada diri peserta didik.

E.       Komponen-komponen yang terdapat dalam Struktur Ilmu Pendidikan Islam
Banyak kriteria atau istilah yang dapat digunakan untuk menunjukkan suatu susunan atau hierarki  ilmu pendidikan islam. Misalnya seperti ini:
Jika dilihat dari sisi ontologik (bahan kajian ilmu yang dipelajari):
1)        Ilmu fisik (fenomena)
Yakni suatu ilmu pengetahuan yang memfokuskan pada hal-hal fisik. Komponen yang termasuk dalam ilmu fisik ini antara lain : Ilmu hitung (aritmetika/matematika), Ilmu bahasa (nahwu, sharaf, sintaksis, grammar),  ilmu riyadhah atau olah fisik dan ketangkasan jasmani, dan ilmu alam (sains dan teknik).
2)        Ilmu a-fisik (nomena)
Yakni ilmu pengetahuan yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat non fisik. Komponen yang termasuk dalam ilmu a-fisik ini antara lain : ilmu untuk kepentingan akhlak atau perilaku manusia (baik sikap kepada sesama manusia maupun sikap kepada tuhan), ilmu untuk kepentingan interaksi antar manusia (mu’amalah, ekonomi), dan ilmu untuk kepentingan mengenal, memahami, dan pendekatan kepada tuhan.[6]
Jika dilihat dari aksiologis (orientasi dan penerapan ilmu):
1)        Ilmu yang orientasinya langsung dirasakan dan diterapkan dalam kehidupan sesama manusia (di dunia). Dalam hal ini hasil yang didapatkan lebih touchable dan visible (dapat dirasakan dan dapat dilihat).
2)        Ilmu yang orientasinya lebih tertuju pada pendekatan kepada tuhan, yang akibatnya atau manfaatnya lebih dirasakan sebagai kepuasan spiritual dan hasilnya diyakini akan didapatkan sesudah kematian (di akhirat).
REALITAS
Sedangkan Ibn Taimiyyah , berpendapat bahwa struktur ilmu pendidikan islam secara sederhana terdiri dari dua komponen yaitu naqliyah (tekstual) yang berkutat pada Al-Qur’an dan Al-Hadist dan aqliyah (rasional) yang berkecimpung dalam alam fisis. Akan tetapi dengan pendapat yang dikemukakannya ini tidak berarti Ibn Taimiyyah menganut paham dikotomik dalam memandang ilmu.
Berdasarkan pada deskripsi tersebut, maka secara umum struktur ilmu pendidikan islam dapat ditinjau ke dalam tiga komponen besar yakni:
a.         Dari segi materi atau obyeknya, struktur ilmu pendidikan islam terdiri dari dua komponen, yakni:
1)        Obyek ilmu yang bersifat materi
Obyek ilmu materi adalah obyek ilmu yang dapat di dengar, dilihat atau dirasakan. Contohnya adalah ilmu-ilmu dalam kategori alam nasut (alam materi) dan alam malakut (alam kejiwaan). seperti sains yang ada sekarang, mencakup ilmu eksak (ilmu pasti) dan ilmu non-eksak (seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain).
2)        Obyek ilmu yang bersifat non-materi
Obyek ilmu non-materi adalah obyek ilmu yang tidak dapat didengar, dilihat, ataupun dirasakan. Hasil akhir dari obyek ilmu non-materi biasanya lebih dirasakan sebagai kepuasan spiritual seperti ketenangan jiwa, perasaan nyaman, motivasi, keyakinan, dan sejenisnya. Contoh obyek ilmu non-materi adalah: obyek yang membicarakan tentang ruh (alam jabarut), sifat-sifat ketuhanan (alam lahut), dan wujud tuhan (alam hahut).
b.        Ditinjau dari cara memperolehnya, struktur ilmu pendidikan islam terdiri dari dua komponen, yakni:
1)      Ilmu kasbi atau mubasyarah
Ilmu kasbi adalah ilmu yang diperoleh dengan cara daya upaya manusia itu sendiri untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan yang ada, baik dari tanda-tanda yang tersurat (eksplisit) maupun yang tersirat (implisit). Baik dari tanda qauliyah (firman Allah yang tertulis di dalam Al-Qur’an) ataupun kauniyah (tanda kekuasaan Allah yang nampak terlihat di alam). Baik dengan melakukan asosiasi dan analogi dari ilmu atau teori-teori yang sudah ada maupun dengan merekayasa ilmu dan teori yang benar-benar baru.
2)      Ilmu ladunni atau mukasyafah
Ilmu ladunni adalah ilmu yang diperoleh manusia berupa anugerah yang langsung diberikan oleh Allah.  Jika dalam dunia pendidikan anugerah dari Allah tersebut dipandang sebagai suatu potensi dasar yang memang sudah ada. Tapi jika di dalam islam ilmu ini juga bisa di dapat dari ilham-ilham yang dianugerahkan Allah kepada hamba-Nya yang terpilih.
c.         Ditinjau dari sisi manfaat atas penerapan dan orientasinya, struktur ilmu pendidikan islam terdiri dari dua komponen, yakni:
1)        Ilmu yang diterapkan dan bermanfaat langsung untuk kehidupan manusia di dunia. Ilmu dalam kelompok ini adalah yang jelas-jelas langsung dirasakan dan dibutuhkan oleh manusia di dunia atau dibutuhkan dalam masa hidupnya.
2)        Ilmu yang bermanfaat secara tidak langsung untuk kehidupan manusia di dunia, tetapi untuk akhirat dan dimensi spiritual. Ilmu dalam kelompok ini dikategorikan dengan ilmu-ilmu yang bersifat non-materi dan hasil yang dirasakan tidak langsung untuk kehidupan manusia di dunia atau semasa hidupnya. Ilmu ini banyak berkaitan dengan agama dan keimanan seseorang. Seperti bagaimana dan mengapa manusia harus beragama, harus percaya kepada tuhan, percaya bahwa semua itu datangnya dari tuhan, dan lain-lain.[7]
Umumnya kriteria atau istilah yang digunakan diatas bersesuaian dengan sudut pandang yang dipakai, bentuk, jenis objek yang diteliti, serta arah atau tujuan pembentukan suatu studi ilmu pendidikan islam. Tapi dalam hal ini para peneliti sepakat untuk menggunakan bahwa struktur ilmu pendidikan islam tersebut pada hakikatnya terdiri dari ilmu konkreta, abstrakta, illata atau rasional, metafisika dan transenden, berikut penjelasannya:
1.        Kelompok Ilmu Konkreta
Kelompok ilmu konkreta merupakan kelompok ilmu yang bersifat konkret dan riil. Jenis kelompok ilmu ini tidak mempunyai tafsiran lain selain apa yang dimaksud dalam pernyataan. Pengertian dan pemahamannya-pun bersifat tunggal dan pasti.
2.        Kelompok Ilmu Abstrakta
Kelompok ilmu abstrakta adalah kelompok ilmu yang bersifat teoritis. Menurut pengertiannya abstrakta berarti samar atau transparan. Dikatakn jelas juga tidak, tetapi dikatakan tidak jelas juga kurang tepat. Sebab masih terdapat gambaran yang dapat dilihat bentuknya meskipun sekilas atau samar-samar.[8]
3.        Kelompok Ilmu Illata (rasional)
Kelompok ilmu illata (rasional) merupakan jenis kelompok ilmu yang mengandalkan pembenaran logika dan penalaran ilmiah. Standar dan ukuran minimal pembenaran kelompok ilmu ini cukup jelas, yaitu objektif dan bersesuaian. Masalah itu baik atau buruk menurut versi moralitas, itu lain perkara. Masalah semacam itu bagi jenis kelompok ilmu ini dianggap sebagai bagian dari fungsi aksiologi suatu bentuk ilmu pengetahuan. Lebih tepatnya kode etik suatu studi ilmu.
4.        Kelompok Ilmu Metafisika
Kelompok ilmu ini memerlukan banyak tafsiran dan sudut pandang yang berbeda-beda agar dapat dipahami dan dimengerti dengan baik. Bahkan kadangkala satu sudut pandang saja tidak cukup untuk memahaminya, apalagi berusaha mengerti maksud dan tujuan dari jenis ilmu semacam ini. Metafisika di samping secara material tidak berwujud benda fisik, secara teoritis juga memiliki wilayah kerja yang tidak terjangkau. Bagi metafisika, “logika rasional”, “dasar-dasar pembuktian empiris abstrakta”, bahkan “kontekstualisasi ilmu konkreta” bisa saja menjadi tidak berguna karena tidak sesuai dengan maksud dan tujuan yang diciptakan. Gerak kawasan ilmu metafisika biasanya berada pada unsur yang disebut iman atau kepercayaan.
5.        Kelompok Ilmu Transenden
Kelompok ilmu transenden adalah kelompok ilmu yang tidak bisa diungkapkan dalam bentuk bahasa dan penjelasan ilmiah. Pengetahuan ini biasanya lebih mendekati keyakinan dan kepercayaan dalam arti yang sesungguhnya. Pengetahuan ini bukan termasuk jenis pengetahuan yang bisa diungkapkan dengan kata-kata atau perbuatan semata, tetapi dengan hidayah iman atau kekuatan hati seseorang.[9]

F.       Fungsi Strukstur Ilmu Pendidikan Islam
1.        Menjelaskan hubungan atau keterkaitan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya
2.        Menjelaskan fungsi atau kegunaan setiap ilmu yang ada di dalam struktur ilmu pendidikan islam
3.        Mendukung mekanisme kerja di dalam kegiatan pendidikan islam[10]





BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.        Struktur ilmu pendidikan islam adalah suatu susunan mengenai komponen-komponen atau ilmu apa saja yang terkandung dalam praktek pendidikan islam.
2.        Struktur ilmu dalam perspektif Al-Qur’an tidak hanya terpacu pada ilmu-ilmu seputar agama islam saja (akhidah, syari’ah, akhlak), melainkan juga terdapat ayat-ayat yang memberikan penjelasan global ataupun isyarat tentang bidang-bidang ilmu pengetahuan, baik eksak (sains) maupun humaniora dengan berbagai percabangannya yang berkembang hingga saat ini.
3.        Dasar dalam struktur ilmu pendidikan islam itu ada dua, yang pertama adalah agama dan yang kedua adalah ilmu pengetahuan. Kedua dasar tersebut tidak dapat dipisahkan. Meski keduanya memiliki perbedaan terutama secara epistemologis. Tetapi justru perbedaan itulah yang akan melahirkan kekuatan bagi siapapun yang menguasai keduanya.
4.        Struktur ilmu pendidikan islam itu dibentuk dalam rangka untuk menjadikan al-Qur’an sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma ini dimaksudkan untuk membangun teori-teori ilmu pengetahuan khas Islam.
5.        Struktur ilmu pendidikan islam itu pada umumnya terdiri dari ilmu dunia dan ilmu akhirat tanpa ada unsur mendikotonomikan keduanya. Dan di struktur ilmu pendidikan islam ini agamalah yang menjadi tiang ataupun penyeimbang bagi ilmu-ilmu lainnya.
6.        Struktur ilmu pendidikan islam berfungsi untuk mendukung mekanisme kerja di dalam pendidikan islam serta menjelaskan keterkaitan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya.


B.       Saran
Sehubungan dengan materi pembahasan, sebaiknya di dalam menuntut ilmu kita tidak mendikotonomikan antara ilmu dunia dan ilmu akhirat, mengingat kedua dari ilmu tersebut sama-sama penting. Dan sehubungan dengan makalah ini, tiada gading yang tak retak dengan kata lain makalah ini tak luput dari kekurangan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dari berbagai pihak demi lebih baiknya makalah ini.
























DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Baharuddin dan Sri Minarti. 2011. Dikotomi Pendidikan Islam. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Baequni, Achmad. 1997. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman. Yogyakarta: Dana Bakti Primayasa.
Mujib, Abdul. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Mujtahid. 2011. Reformulasi Pendidikan Islam. Malang: UIN-MALIKI Press.
Muliawan, Jasa Ungguh. 2015. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Rahman, Afzalur. 2000. Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ramayulis. 2015. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
S., Jujun dan Suria Sumantri. 1997. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.


[1] Jujun S. dan Suria Sumantri, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997), hal. 23.
[2] Afzalur Rahman, al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 9.
[3] Achmad Baequni, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Yogyakarta: Dana Bakti Primayasa, 1997), hal. 56.
[4] Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 103.
[5] Mujtahid, Reformulasi Pendidikan Islam, (Malang: UIN-MALIKI Press, 2011), hal. 63.
[6] M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hal. 95.

[7] Baharuddin dan Sri Minarti, Dikotomi Pendidikan Islam, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011), hal. 97.
[8] Baharuddin dan Sri Minarti, Dikotomi Pendidikan Islam..., hal. 101.
[9] Jasa Ungguh Muliawan, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2015), hal. 83.
[10] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), hal. 57.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar